Mohon tunggu...
Muharningsih
Muharningsih Mohon Tunggu... Guru - Pengurus IGI Kab. Gresik-Pengurus KOMNASDIK KAB. Gresik-Editor Jurnal Pendidikan WAHIDIN

Linguistik-Penelitian-Sastra-Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Salah Kaprah terhadap Orang yang Suka Menyendiri

11 Januari 2024   22:49 Diperbarui: 11 Januari 2024   23:10 1009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seputar kesehatan mental masih mengakar kuat pada pandangan menilai kepribadian orang lain. Semakin tajam pengamatan semakin kejam tanggapan. Tidak semata penilaian tapi lebih dari penanaman serta implikasi kesehatan mental tidak dapat dipandang sebelah mata saat disandingkan dengan kesehatan raga. Berjuang melawan sakit mental jauh lebih sengsara. Luka batin menganga itu terus mengalir tiap langkah kaki melaju. 

Ikhtiar dini menangani problematika kesehatan mental, salah satunya melalui dunia pendidikan. Harapannya para pelajar dan mahasiswa benahi saku untuk terus menabung hal penting terkait kesehatan mental. Diselipkan pada mata pelajaran maupun simulasi belajar. 

Teori yang dibarengi praktik akan membuahkan hasil lebih mengena bagi murid. Contohnya dalam tayangan video motivasi sebelum memulai interaksi pembelajaran di kelas maupun outing class. Tampilan video bertema 'Sehatkah mental seseorang yang sering menyendiri? Salahkah mereka melakukannya?

Berkecamuk spekulasi kita yang belum memahami apa penyebab orang suka menyendiri. Tidak se-frekuensikah dengan teman-temannya? Atau sombong, kuper, hingga kita berasumsi bahwa tipikal orang yang suka menyendiri itu tidak wajar. Tidak mampu membaur dan bersosialisasi. Jangan anggap remeh seseorang, begitu pula terhadap orang yang suka menyendiri. Karena di balik pengambilan sikapnya itu mereka punya alasan. Supaya tidak terjadi salah kaprah, mari kita ulik kenapa orang memilih menyendiri.

Kehidupan sudah riuh, jangan diperkeruh!

Si penyendiri menghindari obrolan tidak berbobot yang selalu munculkan hal kecil atau sepele sebagai bahan pembicaraan dan dibesar-besarkan. Bukannya tidak mau bergabung, tapi karena hidup sudah terlalu berisik jadi memutuskan berdamai dengan menyendiri. Karakter ini selektif memutuskan mana yang bisa diikuti, ditunda atau menunda, dan wajib dihadiri. Sayang terhadap dirinya sendiri lebih dominan ketimbang membuat gaduh. 

Lantas bisakah disebut egois? Tentu tidak. Basic egois adalah kecenderungan memprioritaskan keinginan dan kebutuhan sendiri di atas kebutuhan orang lain. Seseorang dengan sifat ini kerap bertindak berlebihan dengan caranya, semata-mata untuk menguntungkan diri sendiri, meski harus merugikan orang lain. 

Orang egois justru akan tampil di banyak momentum, sebab ada capaian khusus yang hendak diraih. Berbeda halnya dengan orang yang suka menyendiri lebih kepada menghargai dirinya untuk tidak terpengaruh atau bahkan sudah lelah memercingkan mata terhadap kehidupan yang membuatnya engap. 

Langkah tepat tanggapi orang pada tipe ini, jangan paksa dia masuk circle 'umbar' kehidupan berbelit-belit. Ketika menyendiri, dekatilah perlahan-lahan. Komunikasikan bahwa teman-teman lainnya juga membutuhkan sosok penyendiri sebagai controling saat mereka melampaui batas pembicaraan hiperbola dan tong kosang nyaring bunyinya.

Butuh waktu untuk menariknya ke dalam circle kalian. Sabar dan kenalilah si penyendiri dengan seksama, maka dirimu akan jauh lebih tenang ketimbang awal mengenalnya. Intinya jangan dipaksa dan berikanlah waktu sebentar supaya orang yang suka menyendiri menyadari bahwa hidup tidak selamanya sendiri, hidup perlu bersinggungan antar mahluk ciptaan Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun