Mohon tunggu...
Muharningsih
Muharningsih Mohon Tunggu... Guru - Pengurus IGI Kab. Gresik-Pengurus KOMNASDIK KAB. Gresik-Editor Jurnal Pendidikan WAHIDIN

Linguistik-Penelitian-Sastra-Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hari Anak Sedunia: Setiap Siswa Punyai Tipe Unik

20 November 2023   20:56 Diperbarui: 5 Desember 2023   17:03 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah menjadi fakta universal bahwa setiap 20 November para orang tua di muka bumi berbondong-bondong setidaknya mengucapkan "Selamat Hari Anak Sedunia".  Nilai plus  sosok anak menjadi daya tarik tersendiri bagi PBB untuk mendeglarasikannya. Bicara anak, tentunya orang tua maupun guru tidak akan habis membahasnya. Kali ini penulis akan memaparkan kondisi riil anggota kelas binaannya.

Miliki 32 siswa dalam setiap kelas, sekolah menengah pertama negeri di tengah kota ini  dapat dibilang sekolah jujugan. Sekolah favorit menyandang lebel adiwiyata mandiri, sekolah sehat, dan ramah anak. Mengusung kurikulum merdeka menjadikan pembelajaran bervariatif. Guru dan karyawan secara temporal upgrading diri. Perlahan, hal tersebut mampu mengubah sekolah menjadi 'wajah berseri-seri'. Dikarenakan sekolah ramah anak, maka anak berkebutuhan khusus atau acap kali disebut 'anak surga' diramut secara elok. 

Yuk, simak jabaran klasifikasi tipe siswa dalam satu kelas di tingkat akhir.

Si Pintar

Sekitar 20 persen dari keseluruhan kelas terutama siswa perempuan cenderung ditemukan tipe ini. Si pintar dibagi dalam berbagai karakter. Ada Si pintar pelit, Si pintar baik hati dan tidak sombong, Si pintar suka menolong, namun ditemukan juga Si pintar jutek. Apapun karakteristik Si pintar tetap menjadi number one saat ditunjuk mewakili kelas. Contoh dalam hal perwakilan lomba akademik dan non-akademik, pencalonan pengurus kelas, moderator antara wali kelas dan siswa bermasalah, penyampai pesan informasi dari guru ke siswa. 

Tipikal Si pintar miliki keuntungan khusus bagi seluruh anggota kelas. Bayangkan jika di kelas Si pintar tidak masuk sekolah karena sakit, misalnya. Apa yang terjadi? Sering didapati "Bu, hari ini Si pintar tidak masuk, jadi tidak ada yang berani presentasi". Menanggulangi hal tersebut, Si pintar jangan dijadikan poros kelas, namun diposisikan sebagai agen yang akan melahirkan agen-agen baru sehingga ketika Si pintar berhalangan maka regenerasi kelas sudah tersedia.

Si Pelit

Si pelit, lebih terperinci pelit 'sodaqoh' jawaban saat ulangan. Tidak sebatas dalam masalah kunci jawaban, ada pula tipe Si pelit ketika dimintai sesendok bekal makanan, sepotong buah, bahkan tak terkabulkan juga jika ada teman mau pinjam penggaris. Hampir setiap barang miliknya terpampang nama pemilik. Uniknya, pernah temukan pensil tertuliskan "Nek nyilih balekno Rek" (Kalau pinjam kembalikan Rek). Spontan reaksi teman sekelasnya pun nyinyir. Bagi Si pelit hal tersebut bertujuan supaya barang bawaannya selalu aman dan terkendali.

Siswa lain menanggapi dengan beragam sikap, tapi kelas punya komitmen untuk saling memberi dan membantu bagi yang membutuhkan. Selain itu setiap siswa diharapkan membawa perlengkapan alat tulis secara mandiri. Suasana kekeluargaan dapat tercipta jika masing-masing siswa menyadari bahwa mereka adalah satu keluarga dengan saling melengkapi satu dan lainnya.

Gamer

Wah, tak asing dengan sekelompok para gamer ini. Mereka biasanya tidak pandang latar tempat.  Leluasa mabar (main bareng) di rumah kemudian berlanjut keesokan harinya di kelas. Asyik terus yang penting bisa menang, hingga ada salah satu guru menegur, telinganya seolah tak berfungsi. Otak fokus pada games, kepekaan lingkungan tidak digubris. Para gamer ini cenderung cuek terhadap empati dan simpati. Sikap egois menjalar pada kejiwaan si anak.

Salah satu alternatif guna menanggulangi gamer yakni HP disimpan dalam laci selama pelajaran. Minimnya penggunaan HP sewaktu jam pelajaran akan mengantarkan para gamer lebih cermati apa yang terjadi di dalam kelas.

Si Rajin

Tipe satu ini tidak hanya berlaku bagi siswa perempuan saja. Laki-laki pun banyak ditemukan dengan julukan Si rajin. Rajin piket kelas, rajin merapikan dan menyampuli buku, rajin mengerjakan PR. Tetapi dijumpai pula ada Si rajin menggerutu, nah bagaimana menyikapinya? Guru akan melakukan diskusi kecil terhadap siswa yang sering menggerutu bahkan tanpa sebab. Cari akar permasalahan, jika terbiasa berbudaya buruk di rumah, maka wali kelas segera mengorek data kepada orang tua siswa guna menemukan solusi. Setidaknya gerutu yang sering dilontarkan dapat terkikis sedikit demi sedikit. 

Tukang Lawak

Bakat bawaan lawak nyatanya ditemukan pada kelas ini. Ide konyol yang sering terlontarkan membuat tawa berkepanjangan di sela-sela pelajaran. Mau nahan senyum pun juga ambrol seketika. Tukang lawak tidak hanya pada verbalnya saja, tapi didukung dengan gestur dan postur tubuh menggemaskan membuat siswa satu kelas merasa menonton dagelan.

Religius

"Yuk salat dulu."

"Mari teman-teman kita literasi Surat Al Waqiah bersama-sama."

Kiranya contoh dua kalimat tersebut selalu menemani Si religius. Sifat agamis menjadi ciri khas tersendiri. Tutur kata yang santun. Menghormati guru, jalan dengan menunduk, menyerukan ajaran agama wajib maupun sunnah. Pasca sekolah, Si religius miliki jadwal rutin untuk menggali ilmu menuju rumah tahfidz guna murojaah hafalan Al quran. 

Upaya sekolah agar tipe religius senantiasa tidak luntur dan dapat diikuti semua siswa, maka diadakannya kegiatan Qurani yakni BTQ (Baca Tulis Al Quran) metode Bil Qolam. Selain itu bergabung dalam jaringan remaja mushola sekolah, rupanya menjadi keharusan tersendiri bagi para siswa religius.

Organisator

Siapa yang getol berorganisasi? Tipe organisatoris tidak dapat dipisahkan dalam lingkup OSIS, pramuka, bahkan sampai ekstra lainnya. Jika sudah menggeluti organisasi tidak menutup kemungkinan akan puas dengan satu organisasi saja. Semakin ke depan, organisatoris akan semakin terjun  mengembangkan diri melalui bermacam bidang yang diminati. Keuntungan mengikuti organisasi di usia dini adalah mengajarkan siswa berani berargumentasi, mengelola perkumpulan atau tim, bersosialisasi terhadap sejumlah teman dalam satu organisasi maupun di luar organisasi. Problem pada tipe ini yakni pandai-pandailah mengatur waktu antara kewajiban sebagai siswa dengan dedikasi berorganisasi.

Provokator

Serem juga andai bersua tipe siswa provokator. Jika dalam segi positif it's ok. Lalu bagaimana jika negatif? Riilnya provokator tingkat siswa SMP lebih terkesan buruk. Misalnya, mengajak merokok, perundungan meskipun berawal dari guyonan, mengejek dengan sebutan nama orang tua, membuat stiker dari foto teman dan disebarkan dalam grup WA. Wah ngeri-ngeri sedap. Jangan kalut hadapi tukang provokator. Tetap jalin persahabatan seperti teman lainnya. Perlakuan baik dan semangati untuk tidak selalu berpikiran negatif. Beranjak dari suudzon inilah terbentuknya provokator. Setiap pagi dan di sela-sela pembelajaran gaungkan yel-yel anti perundungan dan stop saling provokasi.

Introvert dan Pemalu

Tipe introvert 11-12 dengan pemalu. Jika pemalu cemas dan tidak nyaman memulai interaksi lebih dulu, introvert lebih ke lelah mental dan emosi seandainya berinteraksi dengan orang banyak. Waktu menyendiri bikin tidak nyaman bagi seorang pemalu. Lain halnya dengan introvert, dia menganggap kesendiriannya sebagai recharge diri. 

Dikatakan susah namun gampang juga ketika guru menghadapi siswa introvert maupun pemalu. Menimbun data supaya siswa bersangkutan dapat ngobrol dengan enjoy membutuhkan waktu. Jika mulut sudah terbuka, tipe siswa ini akan mengungkapkan isi hati dengan gaya masing-masing. Ada kalanya sangat terbuka, namun juga dijumpai minim pernyataan. Tapi jika komunikasi antara wali kelas maupun guru mapel bisa melalui pendekatan individu serta ala teman, insyAllah akan mendapatkan hasil sesuai harapan.

Sembilan tipe yang dimiliki siswa dalam satu kelas mengandung unsur unik. Unik dengan porsi masing-masing. Hujan tidak akan indah andai tidak dilengkapi pelangi. Sama halnya dengan kelas. Hadirnya keunikan setiap siswa dapat menggores jingga pada paras senja sore hari. Ibarat magnet, saling tarik menarik. Itulah kami. Terkadang kami saling bertentangan namun bisa berpelukan. Selisih pendapat tapi hanya sesaat. Kami hadir sebagai kodrat alam dan zaman sesuai sosial dan budaya masing-masing.

 Tak selamanya kekurangan siswa akan stagnan.  Mereka berproses. Terlebih sudah disampaikan sedikit cara maupun metode dalam menangani tiap tipe siswa. Tentunya sembilan keunikan siswa tersebut jauh dari kata kurang. Kurang lengkap dan kurang detail, tetapi setidaknya di Hari Anak Sedunia 2023 saya berpesan kepada seluruh siswa saya "Siapa pun dan bagaimanapun kalian dengan segala keunikan yang dimiliki, lakukan perubahan kecil untuk diri sendiri, orang tua, bahkan teman dan lingkungan, karena perubahan itulah yang dapat menghantarkan kalian pada suatu titik kesuksesan."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun