Mohon tunggu...
Muharningsih
Muharningsih Mohon Tunggu... Guru - Pengurus IGI Kab. Gresik-Pengurus KOMNASDIK KAB. Gresik-Editor Jurnal Pendidikan WAHIDIN

Linguistik-Penelitian-Sastra-Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Enam Musuh Guru dan Cara Memeranginya!

1 November 2023   19:09 Diperbarui: 2 November 2023   05:10 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan diibaratkan lahan sawah. Ada subjek dan objek yang saling menghasilkan. Petani sebagai penggarap dikonsep matang untuk piawai menanam, merawat, memelihara, menuai sampai memanen. Sama halnya dengan pendidikan, lahan sawah diilustrasikan kelas, mau diapakan hamparan murid dengan benih dan pupuk?  Semuanya itu masih berbicara pelaku, belum menyentuh ranah pelengkap. Salah satu pelengkap selain media yang digunakan baik oleh guru maupun petani yaitu tantangan. Jika tikus sebagai tersangka hama tanaman. Maka di lingkup pendidikan terdapat warga sekolah maupun pihak luar yang menjadi racun simbol 'permusuhan' guru.

Gemuruh digitalisasi menyeret mayoritas guru berhadapan langsung dengan musuhnya yaitu tingkah polah murid. Sebetulnya bukan hanya satu musuhnya, melainkan jamak, saking banyaknya musuh dan semuanya adalah prioritas. Kurikulum merdeka menuntut guru senantiasa 'siap grak' menggali potensi setiap murid, merancang pembelajaran berbasis ilmu teknologi, dapat beradaptasi dalam segala perubahan pendidikan, dan lain sebagainya.

Menurut pendapat penulis adapun musuh guru saat ini sebagai berikut.

1. Jumlah jam mengajar

Keberuntungan tersendiri bagi guru yang mendapatkan jam ngajar kurang dari 24 jam. Jumlah segitu biasanya diberikan bagi guru nonsertifikasi, namun tidak menutup kemungkinan masih ditemukan guru yang belum sertifikasi diberikan jam ngajar yang cukup banyak melebihi 24. Fenomena lain yang begitu mengasyikkan diri seorang pengajar adalah mendapatkan 24 jam. Angka yang pas untuk serdiknya. Seolah impas antara kewajiban mengajar dan hak mendapatkan tunjangan.

2. Gaji kecil

Musuh kedua guru adalah gaji kecil. Sudah bukan rahasia umum jika gaji guru terutama honorer masih di bawah standar UMR. Lain daerah lain pula nominalnya. Tapi rata-rata di nusantara ini kita temukan gaji guru meskipun sudah PNS lebih rendah dibandingkan dengan gaji nonguru. Faktor gaji kecil terkadang penyebab menurunkan kinerja guru.

3. Siswa bermasalah

Jika murid atau siswa diibaratkan ladang sawah seperti yang telah diutarakan sebelumnya, maka murid juga memiliki berbagai jenis bibit atau benih, baik yang berkualitas tinggi, sedang, maupun lemah. Guru akan merasa bahagia jika memiliki murid penurut. Kenyataannya di era serba teknologi ini, murid menjadi musuh guru. Pasalnya kenaikan prosentase kenakalan remaja berasal dari murid kelas 6 sampai dengan 12. Anak yang masih duduk di kelas 1-5 umumnya belum baligh, ini menjadi salah satu acuan kenakalan remaja. Karena baligh sangat mempengaruhi fisik maupun psikis anak. 

4. Rekan guru

Tak kalah pentingnya dengan murid, musuh guru selanjutnya adalah rekan guru. Tipe rekan guru beragam. Ada yang suka nyinyir melihat prestasi guru lain, ada tipe penjilat atau pencitraan terhadap atasan, guru yang lebih suka meminta daripada memberi kaitannya dengan perangkat belajar. Rekan guru yang hobbinya menjatuhkan teman. Ada pula mobilitas tinggi suka ghibah dari rung guru pindah ke ruang TU. Musuh yang paling menggemaskan adanya petakan senioritas versus yunioritas. Membuat tidak nyaman dalam bekerja.

5. Media pembelajaran

Meskipun kurikulum merdeka menyerahkan sepenuhnya bahan ajar pada satuan pendidikan, maka bagi guru yang pandai dalam IT kerap dimanfaatkan dalam pembuatan media pembelajaran. Tidak meratanya keterampilan membuat media belajar menjadikan guru yang stagnan tidak maksimal ketika membuahkan hasil media. Nampaknya media menjadi momok bagi mereka.

6. Wali murid

Menurut penelusuran para guru, musuh terbesar saat ini yakni wali murid. Contohnya, guru tidak diperkenankan untuk croscek isi HP siswa. Sedangkan sudah banyak laporan terkait tindak pornografi dan pronoaksi. Wali murid tidak terima jika HP sang anak diperiksa oleh gurunya dengan dalih privasi. Bahkan alasan yang dilontarkan dengan menyebutkan Undang-Undang No. 19 pasal 26 ayat 1 tahun 2016 tentang Penggunaan Teknologi Informasi dan Data Pribadi. Penggunaan teknologi informasi dan data pribadi masing-masing harus dilindungi. Padahal dalam penjelasannya, guru dapat cek HP siswa melalui kesepakatan bersama. 

Penjelasan di atas hanya sebatas contoh kecil dalam dunia pendidikan. Lantas, bagaimanakah cara guru memerangi musuhnya.

1. Jika sudah memilih profesi sebagai guru, tumbuhkan niat baik rela mengabdi dan mencerdaskan anak bangsa. Rejeki pemerolehan 24 jam atau lebih dari beban mengajar, disyukuri dengan ikhlas. Rotasi perubahan jam mengajar dapat disampaikan secara transparan melalui bagian kurikulum. Sehingga grafik jam mengajar dalam setiap MGMP bisa dipenuhi. Tidak ada istilah guru doyan ngajar dan guru miskin jam. 

2. Bagi sebagain guru, gaji kecil sudah mampu mengcover kebutuhan sehari-hari, karena ditopang suami maupun istri yang berpenghasilan di atasnya. Tetapi realita lain menunjukkan gaji di bawah UMR belum mampu untuk dibelanjakan secara sekunder. Tidak sedikit jalan yang ditempuh untuk memiliki pendapatan tambahan seperti berdagang, membuka les privat, memiliki bisnis bimbingan belajar, kerja paroh waktu sebagai penulis maupun pengajar online. Bahkan ditemukan seorang PNS selepas jam kerja, mengambil job master ceremony diberbagai acara. Secara profesionalisme, guru dapat pula mengikuti PPG (Pendidikan Profesi Guru) atau dengan mengikuti kompetisi perlombaan.

3. Siswa bermasalah dapat diatasi dengan mengetahui akar permasalahan melalui pendekatan individu. Stimulus segitiga restitusi dapat diterapkan pada siswa yang bermasalah. Alangkah baiknya guru sudah dibekali ilmu restitusi. Pihak yang dilibatkan dimulai dari wali kelas, guru yang bersangkutan, hasil rekam guru BK, tak lupa menggali informasi kepada orang tua. Jika sudah menemukan sebab problematika maka siswa diajak untuk mencari solusi terhadap masalahnya tadi. Selanjutnya guru dan siswa membuat kesepakatan sebagai hasil atas berbagai alternatif jalan keluar yang disetujui.

4. Mengurangi musuh dengan rekan guru, dapat menghindari rekan yang senantiasa beraura negatif bagi diri kita ataupun lingkungan. Tetapi jika rekan tersebut masih mau diajak menuju kebaikan seperti peningkatan kinerja guru, maka boleh direkrut masuk dalam komunitas belajar guru di sekolah. Menghadapi senioritas dapat melalui pemerataan pembentukan tim, misalnya di sekolah akan mengadakan acara Maulid Nabi, setiap divisi bisa beranggotakan antara guru senior dan yunior. Cara mengatasi guru penjilat dan saling menjatuhkan rekan yaitu dengan  klarifikasi terhadap guru tersebut. Pencarian serta pengumpulan data secara faktual dan aktual terhadap tuduhan rekan kerja, kemudian lakukan klarifikasi. Jika memerlukan campur tangan orang ketiga, maka permasalahan dapat digelar ke Kepala Sekolah. Hal ini untuk menghindari kesalahpahaman.

5. Pembuatan media pembelajaran dapat ditanggulangi dengan menumbuhkan rasa guyub minimal pada sektor MGMPS. Rasa kekeluargaan yang sudah tumbuh dapat difungsikan sebagai lumbung media. Pembagian tim kecil dapat juga dimanfaatkan kolaborasi pembuatan media. Hindari kerja individu karena akan memberatkan guru. Cara lain, perbanyak referensi media yang sudah tersedia di portal Kementerian Pendidikan, salah satunya PMM (Platform Merdeka Mengajar). Jangan bosan mengikuti berbagai pelatihan terkait pembuatan media ajar. Banyak manfaat yang didapat dari pelatihan, seminar, maupun workshop sesuaikan dengan kebutuhkan materi serta kondisi murid dan lingkungan sekolah.

6. Cara melululantahkan wali murid bisa dengan bangun komunikasi sesering mungkin. Adakan sosialisasi tentang tata tertib atau kesepakatan sekolah. Dapat juga melalui perantara paguyuban dan komite sekolah untuk menjernihkan segala permasalahan yang timbul. Orang tua zaman sekarang sangatlah terpengaruh dengan media sosial, tekan reaksinya dengan tetap memberikan ruang untuk berdiskusi. 

Jika boleh menghitung, tak terhingga banyaknya musuh yang dihadapi guru setiap harinya. Begitu pula dengan pilihan cara mengatasinya. Apa yang telah dipaparkan baru satu dari sekian ribu ihwal pembelajaran di kelas ataupun di luar kelas. Sehingga dapat dinyatakan bahwa segala sesuatu jika dibicarakan secara transparansi akan menghantarkan kepada kebajikan guna mencapai kebaikan semua pihak. 

 "Terkadang ketakutan dan penolakan adalah musuh terbesarmu."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun