Tak kalah pentingnya dengan murid, musuh guru selanjutnya adalah rekan guru. Tipe rekan guru beragam. Ada yang suka nyinyir melihat prestasi guru lain, ada tipe penjilat atau pencitraan terhadap atasan, guru yang lebih suka meminta daripada memberi kaitannya dengan perangkat belajar. Rekan guru yang hobbinya menjatuhkan teman. Ada pula mobilitas tinggi suka ghibah dari rung guru pindah ke ruang TU. Musuh yang paling menggemaskan adanya petakan senioritas versus yunioritas. Membuat tidak nyaman dalam bekerja.
5. Media pembelajaran
Meskipun kurikulum merdeka menyerahkan sepenuhnya bahan ajar pada satuan pendidikan, maka bagi guru yang pandai dalam IT kerap dimanfaatkan dalam pembuatan media pembelajaran. Tidak meratanya keterampilan membuat media belajar menjadikan guru yang stagnan tidak maksimal ketika membuahkan hasil media. Nampaknya media menjadi momok bagi mereka.
6. Wali murid
Menurut penelusuran para guru, musuh terbesar saat ini yakni wali murid. Contohnya, guru tidak diperkenankan untuk croscek isi HP siswa. Sedangkan sudah banyak laporan terkait tindak pornografi dan pronoaksi. Wali murid tidak terima jika HP sang anak diperiksa oleh gurunya dengan dalih privasi. Bahkan alasan yang dilontarkan dengan menyebutkan Undang-Undang No. 19 pasal 26 ayat 1 tahun 2016 tentang Penggunaan Teknologi Informasi dan Data Pribadi. Penggunaan teknologi informasi dan data pribadi masing-masing harus dilindungi. Padahal dalam penjelasannya, guru dapat cek HP siswa melalui kesepakatan bersama.Â
Penjelasan di atas hanya sebatas contoh kecil dalam dunia pendidikan. Lantas, bagaimanakah cara guru memerangi musuhnya.
1. Jika sudah memilih profesi sebagai guru, tumbuhkan niat baik rela mengabdi dan mencerdaskan anak bangsa. Rejeki pemerolehan 24 jam atau lebih dari beban mengajar, disyukuri dengan ikhlas. Rotasi perubahan jam mengajar dapat disampaikan secara transparan melalui bagian kurikulum. Sehingga grafik jam mengajar dalam setiap MGMP bisa dipenuhi. Tidak ada istilah guru doyan ngajar dan guru miskin jam.Â
2. Bagi sebagain guru, gaji kecil sudah mampu mengcover kebutuhan sehari-hari, karena ditopang suami maupun istri yang berpenghasilan di atasnya. Tetapi realita lain menunjukkan gaji di bawah UMR belum mampu untuk dibelanjakan secara sekunder. Tidak sedikit jalan yang ditempuh untuk memiliki pendapatan tambahan seperti berdagang, membuka les privat, memiliki bisnis bimbingan belajar, kerja paroh waktu sebagai penulis maupun pengajar online. Bahkan ditemukan seorang PNS selepas jam kerja, mengambil job master ceremony diberbagai acara. Secara profesionalisme, guru dapat pula mengikuti PPG (Pendidikan Profesi Guru) atau dengan mengikuti kompetisi perlombaan.
3. Siswa bermasalah dapat diatasi dengan mengetahui akar permasalahan melalui pendekatan individu. Stimulus segitiga restitusi dapat diterapkan pada siswa yang bermasalah. Alangkah baiknya guru sudah dibekali ilmu restitusi. Pihak yang dilibatkan dimulai dari wali kelas, guru yang bersangkutan, hasil rekam guru BK, tak lupa menggali informasi kepada orang tua. Jika sudah menemukan sebab problematika maka siswa diajak untuk mencari solusi terhadap masalahnya tadi. Selanjutnya guru dan siswa membuat kesepakatan sebagai hasil atas berbagai alternatif jalan keluar yang disetujui.
4. Mengurangi musuh dengan rekan guru, dapat menghindari rekan yang senantiasa beraura negatif bagi diri kita ataupun lingkungan. Tetapi jika rekan tersebut masih mau diajak menuju kebaikan seperti peningkatan kinerja guru, maka boleh direkrut masuk dalam komunitas belajar guru di sekolah. Menghadapi senioritas dapat melalui pemerataan pembentukan tim, misalnya di sekolah akan mengadakan acara Maulid Nabi, setiap divisi bisa beranggotakan antara guru senior dan yunior. Cara mengatasi guru penjilat dan saling menjatuhkan rekan yaitu dengan  klarifikasi terhadap guru tersebut. Pencarian serta pengumpulan data secara faktual dan aktual terhadap tuduhan rekan kerja, kemudian lakukan klarifikasi. Jika memerlukan campur tangan orang ketiga, maka permasalahan dapat digelar ke Kepala Sekolah. Hal ini untuk menghindari kesalahpahaman.
5. Pembuatan media pembelajaran dapat ditanggulangi dengan menumbuhkan rasa guyub minimal pada sektor MGMPS. Rasa kekeluargaan yang sudah tumbuh dapat difungsikan sebagai lumbung media. Pembagian tim kecil dapat juga dimanfaatkan kolaborasi pembuatan media. Hindari kerja individu karena akan memberatkan guru. Cara lain, perbanyak referensi media yang sudah tersedia di portal Kementerian Pendidikan, salah satunya PMM (Platform Merdeka Mengajar). Jangan bosan mengikuti berbagai pelatihan terkait pembuatan media ajar. Banyak manfaat yang didapat dari pelatihan, seminar, maupun workshop sesuaikan dengan kebutuhkan materi serta kondisi murid dan lingkungan sekolah.