Memaknai monumen sejarah dengan lima sisi dinding yang mengelilinginya melambangkan lima sila pancasila sebagai pedoman hidup masyarakat Indonesia. Perjalanan dari penjajahan menuju kemerdekaan melalui berbagai peristiwa dengan melibatkan banyak pihak, menyimbolkan bahwa para pejuang layak untuk dikenang. Gresik patut bangga memiliki monumen Gunung Lengis sebagai upaya edukasi terhadap pelajar dan masyarakat secara umum.Â
Perlu diketahui bahwa gambar yang saya lampirkan berbeda dengan gambar di buku Sejarah Gresik. Hal ini dikarenakan pembangunan Stadion Joko Samudro, sehingga terjadi pembaharuan. Gambar yang dipaparkan oleh Mustakim memiliki satu relief dalam satu dinding. Namun, hal yang berbeda dengan kumpulan dokumentasi yang saya punyai yakni di setiap sisi dinding terdiri dari empat bagian relief. Adanya persamaan cerita untuk tiga sisi dinding. Dua relief bagian sisi ke-2 dan ke-5 berbeda citraan tetapi bermakna hampir sama.
Belum banyak tulisan tentang monumen di Gresik. Berulang kali, hati terketuk untuk kembali mengulas sisi lain monumen sejarah ini mengenai empat patung pahlawan laki-laki. Patung-patung tersebut sebatas separuh badan, satu mengenakan kaca mata dilengkapi sorban, ada yang mengenakan jas dan berdasi, satu patung tersenyum menoleh ke samping kanan, dan patung terakhir memvisualkan kegagahan seorang pahlawan. Sayangnya patung tidak dilengkapi dengan identitas diri.Â
Buku hijau begitu berfaedah ketika berada di rindang pustaka sekolah. Impian saya koleksi buku tentang Gresikan semakin menjamur dengan penelitian sejarah secara objektif dan akurat. Bagi para guru, utamanya guru IPS diharapkan produktif terhadap penelitian sejarah lokal. Guru non-IPS pun sangat dibuka peluang pengembangan diri, minimal menulis entah artikel, berita, puisi, cerpen, essai atau berupa vlog bahkan film pendek tentang sejarah lokal Gresik.
Saya kembalikan buku hijau pada tempat semula. Lantas timbul pertanyaan baru pada diri saya, bagaimana desain pembelajaran yang efektif guna mengenalkan monumen ataupun situs sejarah cagar budaya Gresik kepada siswa? Sejenak, pertanyaan tadi membawa saya untuk menawarkan rancangan pembelajaran yang bisa dimanfaatkan para guru. Menyelam sambil minum air. kiranya kalimat yang tepat utuk siswa dan guru. Kenapa guru disenggol? Ya, saya menyakini tidak semua guru respect terhadap persejarahan.Â
a. Mendatangkan nara sumber seperti sejarawan, jurnalis, budayawan, dan praktisi akademikÂ
b. Berkunjung secara langsung atau lawatan ke tempat bersejarah maupun cagar alam
Adapun contoh lokasi sebagai sumber referensi pembelajaran: Monumen Gunung Lengis, Tugu Lontar, Situs Giri Kedhaton, Makam Siti Fatimah Binti Maimun, Makam Sunan Giri, Makam Maulana Malik Ibrahim, Makam Poesponegoro, Klenteng Kim Hin Kiong, Rumah Gajah Mungkur, Kampung Kemasan, Area Bandar Grisse, Makam Nyi Ageng Pinatih, Museum Sunan Giri, Gardu Suling, dan Kawasan Putri Cempo.Â
c. Sejarah lokal dapat diselipkan pada aktivitas P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dengan contoh tagihan tugas berupa liputan berita dan atau wawancara dengan nara sumber terkait.
d. Menayangkan film dokumenter sejarah lokal, untuk mendapatkan koleksi film selain mengunduh di internet dapat pula bekerja sama dengan Dinas Budaya dan Pariwisata atau bisa Dewan Kesenian Gresik
e. Menggelar kompetisi menulis karya ilmiah sejarah lokal