Bahasa Madura yang digunakan oleh masyarakat Kelurahan Kroman adalah bahasa Madura dengan tingkatan-tingkatan berdasarkan faktor usia, situasi ini hampir sama dengan penggunaan bahasa Jawa seperti penjelasan sebelumnya.Â
Contoh bahasa Madura Enjek Eyeh, digunakan untuk teman sebaya dan saling mengenal engkok minta ah pessenah (saya minta uangnya). Hal tersebut akan berbeda jika orang yang meminta uang jauh lebih tua usinya dari yang diminta, kauleh nyo'onah ubeng (saya minta uang).Â
Tingkatan bahasa Madura yang ketiga yaitu bahasa Enggi Bunten, bahasa ini digunkan pada orang yang lebih tua dan merupakan bahasa yang paling sopan dibandingkan dengan tingkatan pertama dan kedua. Abdinah nyambut ubengngah (saya minta uangnya). Penggunaan bahasa dengan tingkatan ketiga ini biasa dipakai dalam komunikasi wilayah kerajaan atau kraton saja sehingga jarang bahkan hampir tidak digunakan dalam masyarakat Desa Kroman.
Masyarakat Kelurahan Kroman lebih dominan menggunakan bahasa Jawa ketika mereka melakukan transaksi bisnis seperti perdagangan. Para pedagang di pasar Gresik cenderung menggunakan bahasa Jawa, hal ini dipengaruhi dua faktor.
(1) Â Pasar Gresik merupakan salah satu pasar besar yang ada di Kabupaten Gresik, sehingga banyak pembeli yang datang dari berbagai pelosok kecamatan yang berada di Kabupaten Gresik.
(2) Hampir marketing atau pensuplai barang dagangan yang datang ke pasar adalah orang-orangyang berasal dari Suarabaya, dimana mereka menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa komunikasi, sehingga pedagang pasar Gresik yang terdapat minoritas orang Madura harus beradaptasi menguasai bahasa Jawa sebagai komunikasi dengan para marketing tersebut.Â
Salah satu tujuan dari penguasaan bahasa Jawa tersebut yaitu untuk mendapatkan keringanan harga dan tagihan dari barang yang ditawarkan. Namun, apabila pedagang dan atau pembeli yang bahasa ibu adalah bahasa Madura, maka mereka saling berkomunikasi dengan bahasa Madura.
Jika melihat dominasi bahasa dalam masyarakat, bahasa Jawa merupakan bahasa yang paling besar digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Hanya 40% bahasa Madura yang digunakan dalam wilayah tersebut.Â
Hal itu dikarenakan, Kelurahan Kroman bersebelah langsung dengan Desa Belidan, yang mana Desa Belidan menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantarnya. Akan tetapi warga yang bahasa ibunya adalah bahasa Madura, mereka mampu berkomunikasi dengan bahasa Jawa. Namun, warga yang bahasa ibunya adalah bahasa Jawa, mereka jarang menggunakan bahasa Madura.
Analisis Diglosia Ferguson pada Masyarakat Kelurahan Kroman
Analisis dengan pendekatan Furgosen: bahasa Jawa adalah ragam tinggi (T) dan bahasa Madura adalah ragam rendah (R) maka bisa dijabarkan dalam beberapa poin diglosia yaitu sebagai berikut.