"Aku pikir kamu terlalu dihantui rasa takut yang berlebihan sehingga kamu lupa bahwa semua permasalahan dalam hidup ini selalu ada solusinya" ujarku menimpali
"Kamu ingin tahu apa solusi yang paling terbaik?" tanyaku padanya
"Apa?"Â tanyanya singkat
"Hamparkan sajadahmu" jawabku lagi
Kulihat dia tertegun, entah apa yang dipikirkannya. Suasana kembali hening dan sunyi. Beberapa detik berlalu, namun suasananya masih sama. Tak ada percakapan sama sekali. "Apakah dia tersinggung" ucapku dalam hati
Karena ada kelas dan sepertinya sepertinya aku terlambat lagi, aku putuskan beranjak disampingnya. "Aku harus masuk" ucapku sambil menutup laptopku yang sedari tadi jadi saksi percakapan kami. Tidak lupa kutaruh lagi buku yang belum selesai aku baca di raknya, namun halamannya sudah kutandai.
"Terima kasih"Â ucapnya saat aku mulai melangkah pergi. Sebuah kata yang sangat sering kudengar dalam hidup. Namun entah mengapa kali ini kata itu seolah menyentuh palung hatiku yang paling dalam. Aku hanya menjawabnya dengan sebuah senyuman.
Perlahan kutinggalkan dia sendiri. Dalam setiap langkah yang kuayunkan, masih terbayang jelas percakapan itu. Sesekali aku menoleh kebelakang, kulihat dia masih disana dengan posisi duduk yang sama sekali tidak berubah dan juga sebuah kesunyian yang semakin sunyi.
(Padang,07 Desember 2018)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H