Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... Lainnya - Penggiat Sejarah

memayu hayuning bawana

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Pengurangan Armada Batik Solo Trans Membuat Waktu Tunggu Bus Lebih Lama

19 Januari 2025   14:43 Diperbarui: 19 Januari 2025   15:36 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bus Batik Solo Trans (Dokpri) 

Di awal tahun 2025, tepatnya Rabu, 1 Januari 2025. Menjadi awal harus lebih bersabar bagi pengguna setia Batik Solo Trans (BST), transportasi publik kebanggaan Kota Solo. Pasalnya adanya pengurangan armada dari Batik Solo Trans (BST) sendiri.

Jika biasanya waktu tunggu hanya sekitar 10 menit untuk bus datang, sekarang bisa 15 hingga 20 menit, bahkan lebih. Tentunya ini bagi pengguna setia Bus BST ini akan merepotkan, bila terlambat dalam jadwal Bus yang akan datang. 

Padahal banyak pengguna memilih BST karena murah, cuma Rp 2.000,- untuk pelajar, lansia, dan disabilitas. Sedangkan untuk umum sebesar Rp 3.700,-

Jadi bagi siswa, mahasiswa apalagi pegawai kantoran bila tidak berangkat lebih pagi dari biasanya. Ya kosekuensinya akan terlambat. Gambaran ini menjadi keluhan masyarakat, terutama yang tinggal di daerah penyangga seperti di daerah Sukoharjo.

Transportasi umum yang andal adalah kebutuhan vital bagi mereka yang bergantung pada BST untuk bekerja, bersekolah, atau sekadar menjalankan aktivitas sehari-hari. Namun, kebijakan optimalisasi anggaran membuat layanan BST di tahun 2025 justru melambat. 

Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan (Dishub) Surakarta, Yulianto Nugroho, menyebut bahwa pengurangan armada dan pengemudi dilakukan untuk menyesuaikan anggaran.

Penyesuaian atau Kemunduran?

Mengutip dari Kompas.com, Menurut Yulianto, pengurangan ini tak memengaruhi jumlah koridor BST yang tetap 12, dengan jadwal pelayanan mulai pukul 05.00 hingga 21.00 WIB. Namun, kenyataannya, penyesuaian waktu layanan dan headway (selang waktu antarbus) yang kini mencapai 10-15 menit menjadi masalah bagi pengguna. 

Di atas kertas, headway ini mungkin masih bisa diterima, tetapi realitas di lapangan sering kali lebih buruk. Seiring berkurangnya jumlah pengemudi, keterlambatan menjadi hal biasa.

Kritik muncul dari berbagai pihak, termasuk warganet di media sosial. "Mereka bilang pelayanan tetap sama, tapi kami yang di lapangan tahu faktanya," tulis seorang pengguna di Instagram. "Jika BST tidak bisa diandalkan, apa gunanya transportasi publik murah?"

Penumpang menunggu Bus BST (Dokpri) 
Penumpang menunggu Bus BST (Dokpri) 

Efek Riak ke Ekonomi dan Mobilitas Kota

Dampak pengurangan armada tidak hanya dirasakan oleh penumpang, tetapi juga operator bus dan pengemudi yang terkena pengurangan. Bagi pengemudi, (meskipun terikat kontrak) kehilangan pekerjaan berarti pukulan finansial besar. 

Sementara itu, bagi operator, efisiensi biaya tak serta-merta berarti keuntungan, terutama jika kepercayaan masyarakat terhadap layanan publik ini terus menurun.

Bagi kota yang sedang berupaya meningkatkan konektivitas wilayah, situasi ini terasa seperti langkah mundur. Solo dan daerah penyangganya telah berkembang menjadi pusat aktivitas ekonomi. 

Bus BST adalah urat nadi yang menghubungkan masyarakat di kota ini. Ketika layanan transportasi publik terganggu, produktivitas dan kesejahteraan masyarakat pun terkena imbasnya.

Apa Solusi ke Depannya?

Kritik terhadap kebijakan ini seharusnya menjadi bahan refleksi bagi pemerintah daerah dan pusat. Jika pengurangan ini didasarkan pada alasan anggaran, maka penting untuk mencari alternatif pendanaan atau meningkatkan efisiensi tanpa mengorbankan layanan kepada masyarakat. 

Pemerintah harus transparan dalam menyampaikan alasan di balik kebijakan ini sekaligus mengupayakan solusi jangka panjang.

Bus BST (Dokpri) 
Bus BST (Dokpri) 

Sebenarnya, pelayanan Bus BST ini sudah keren, dimana Bus selalu berhenti di halte meskipun tidak ada penumpang yang akan naik maupun turun. Fasilitas di dalam Bus juga Oke, tidak bau dan panas. Pengemudi Bus nya pun juga berpakaian rapi berseragam dan wangi.

Namun jika di lihat sekarang akibat pengurangan armadanya, Bus yang lewat di daerah penyangga hanya Bus yang kecil. Jika waktu tunggu menjadi lebih lama membuat Bus terasa penuh, apalagi di jam-jam sibuk.

Bus BST menjadi harapan transportasi murah dan nyaman, ketika bus-bus lokal dulu seperti bus Sunar Adi dan Setia Rini dari Sukoharjo ke Kota Solo sudah banyak yang tidak beroperasi.

Pengguna BST tidak meminta banyak. Mereka hanya ingin transportasi publik yang andal, murah, dan tepat waktu. Jika hal ini tidak segera diatasi, bukan tidak mungkin mereka akan beralih ke kendaraan pribadi, yang justru menambah kemacetan dan polusi di kota yang dikenal ramah lingkungan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun