Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... Lainnya - Rakyat Jejaka

memayu hayuning bawana

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Belajar dari Kyushoku, Tradisi Makan Siang Jepang untuk Makan Bergizi Gratis di Indonesia

7 Januari 2025   17:23 Diperbarui: 8 Januari 2025   14:01 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Kyushoku makan siang di Jepang  (Sumber: Atlas Obscura/pinterest)

Tradisi makan siang di sekolah yang disebut kyushoku ini dimulai pada tahun 1899, pertama kali diterapkan di Prefektur Yamagata untuk membantu siswa sekolah dasar dari keluarga kurang mampu.  Murid-murid itu diberikan kyushoku dengan gratis. Kemudian program ini mulai berjalan pada tahun 1930-an dan ditetapkan sebagai aturan sosial dengan tujuan sederhana: meningkatkan kehadiran siswa di sekolah. Pada masa Perang Dunia II, ketika Jepang menghadapi kekurangan pangan, kyushoku menjadi lebih penting untuk memastikan anak-anak tetap mendapatkan asupan gizi yang cukup.

Melihat dampaknya yang positif, pemerintah Jepang mengesahkan School Lunch Act pada tahun 1954. Dari sini, makan siang tak lagi hanya untuk siswa miskin, tapi diberikan kepada semua siswa. Program makan siang di Jepang menjadi strategi yang efektif untuk meningkatkan nutrisi bagi pertumbuhan anak, meningkatkan kesehatan dan gizi anak-anak, dengan menu makanan yang diberikan pun tidak sembarangan yang disusun oleh ahli gizi agar memenuhi standar gizi yang diperlukan. Standard gizi yang dituntut oleh pemerintah pusat atau kementerian

Meski di bikin secara massal, cita rasa kyushoku tetap diperhatikan. Pembuatannya dilakukan dengan memperhatikan rasa yang enak sehingga anak-anak menyantapnya dengan lahap. Salah satu favorit siswa adalah age pan, roti goreng dengan taburan gula, kinako (tepung kedelai), atau bubuk kakao. Menu kyushoku pada umumnya terdiri dari makanan pokok seperti nasi, roti, atau mi, dilengkapi dengan lauk pauk dan susu.  

Keunikan dari kyushoku ini, sebelum makan siswa akan mendengar penjelasan tentang asal bahan makanan yang menjadi santapan makan siang, yang sebagian besar berasal dari petani dan peternak lokal. Dengan begitu, kyushoku tidak hanya bermanfaat bagi siswa, tetapi juga mendukung perekonomian lokal. Di sekolah murid-murid sendiri yang bertanggung jawab atas distribusi kyushoku dalam sekolah secara bergiliran. Bagi murid-murid, kyushoku bukan hanya menjadi kesempatan untuk makan siang, melainkan juga kesempatan penting untuk belajar budaya kolaborasi, kesopanan, kedisiplinan, dan kemandirian.

Dan sekarang, jam makan siang atau kyushoku menjadi momentum yang ditunggu-tunggu oleh setiap siswa di sana. Selain membuat perut kenyang, kegiatan kyushoku juga menjadi sarana belajar tentang menghargai makanan dan juga mengajarkan nilai tanggung jawab.

Program kyushoku di Jepang memiliki tujuh tujuan utama:

  • Menjaga dan meningkatkan kesehatan siswa melalui gizi yang tepat.

  • Mengembangkan kebiasaan makan yang sehat.

  • Meningkatkan kemampuan bersosialisasi dan kerja sama.

  • Mengajarkan penghargaan terhadap alam dan lingkungan.

  • Memberikan pemahaman tentang budaya makan.

  • Mengapresiasi pihak yang berperan dalam produksi makanan.

  • Memahami sistem pangan dari produksi hingga konsumsi.

Program Makan Bergizi Gratis di Indonesia

Di Indonesia, konsep serupa mulai diterapkan melalui program “Makan Bergizi Gratis.” Program ini dianggarkan sebesar Rp 71 triliun dalam RAPBN 2025. Program makan siang gratis yang dijalankan oleh pemerintah Indonesia ini langkah yang patut diapresiasi. Program ini bertujuan membantu siswa, terutama dari keluarga kurang mampu, agar dapat memperoleh asupan gizi yang cukup selama mereka belajar di sekolah. Namun, di balik niat baik ini, ada sejumlah tantangan yang harus diatasi agar program ini benar-benar bermanfaat. Mulai dari keluhan terhadap menu hingga masalah teknis distribusi, semuanya memerlukan perhatian serius.

Contohnya meski baru uji coba dan baru berjalan, sejumlah tantangan telah muncul, termasuk keluhan siswa terhadap menu yang dinilai terlalu sederhana, seperti tahu dan tempe. Di SDN Cilangkap 5, makanan diantar menggunakan mobil Badan Gizi Nasional, tetapi ada beberapa wadah makanan yang ditemukan lauknya tidak lengkap. Hal ini menunjukkan perlunya persiapan yang lebih matang.

Seperti video yang viral di sosial media siswa Di SD Negeri 25 Palembang, mengeluhkan tidak mau makan karena ada sayur yang tidak disukai adapula siswa di SD Angkasa 5, Jakarta Timur makanannya tidak di habiskan karena kulit daging ayamnya yang keras. Sementara di SMAMDA Sidoarjo, menu yang tidak menyertakan sayur dan makanan yang disajikan kurang untuk memenuhi asupan anak SMA membuat siswa kecewa. Masalah ini menunjukkan pentingnya survei awal untuk memahami preferensi dan kebutuhan siswa.

Berita viral seorang siswa yang tak mau makan bergizi gratis (Sumber gambar: Tia/Suara Publik. id) 
Berita viral seorang siswa yang tak mau makan bergizi gratis (Sumber gambar: Tia/Suara Publik. id) 

Belajar dari Jepang

Jika Indonesia bisa belajar dari Jepang, Makan Bergizi Gratis ini bisa dengan melibatkan siswa dalam mengetahui penyusunan menu serta memberikan edukasi kandungan gizi tentang menu makanan yang dimakan, Sehingga program ini bisa mengurangi pemborosan makanan. Sekolah dengan fasilitas yang sudah memadai juga dapat menerapkan sistem  mengambil makanan sendiri dari alat makan yang sudah di siapkan, ini bisa juga mengurangi makanan sisa serta mengurangi anggaran untuk wadah makanan makan bergizi gratis ini. 

Adapun juga pentingnya survei sebelum pelaksanaan program makan bergizi gratis ini, survei ini adalah langkah penting yang sering diabaikan. Data seperti alergi, preferensi makanan, dan kebutuhan gizi siswa dapat membantu menciptakan menu yang lebih sesuai. Sebagai contoh, seorang siswa yang alergi kacang tetap diberikan menu mengandung kacang karena tidak ada survei awal.

Jika, Program Makan Bergizi Gratis ini untuk mengatasi stunting di Indonesia, mungkin program ini sebaiknya diprioritaskan untuk daerah tertinggal, terpencil, dan terluar (3T), di mana masalah gizi buruk dan stunting masih tinggi. Dengan adanya program ini, anak-anak seluruh Indonesia bisa menikmati lauk seperti ayam, ikan dan sayur, yang dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi mereka secara gratis.

Untuk menekan biaya logistik pula, pemerintah bisa memanfaatkan bahan lokal. Contohnya di Papua, Makan Bergizi Gratis ini bisa mengambil bahan utama karbohidratnya dari sagu dan lauknya dari ikan hasil para nelayan lokal. 

Pentingnya Transparansi Pengelolaan Dana

Salah satu kekhawatiran utama dalam program ini adalah risiko pemborosan makanan dan potensi korupsi. Transparansi sangat penting, mulai dari pihak dapur umum hingga sekolah dan orang tua. Dengan begitu, makanan yang disajikan bisa berkualitas, lezat, dan tidak terbuang sia-sia. Ketidaksesuaian alokasi dana juga dapat menyebabkan menu yang disajikan kurang bergizi. Oleh karena itu, pengelolaan dana harus diawasi ketat melalui audit berkala dan pengawasan oleh komite sekolah serta orang tua.

Program makan bergizi gratis ini memang masih banyak yang kurangnya dan belum menyeluruh di Indonesia. Diharapkan program ini dapat ditingkatkan dan diperbaiki agar bisa berjalan dengan baik dan tepat sasaran. Karena anggaran untuk program ini sangat besar apalagi terdengar memakan dana BOS yang dimana dana itu penting untuk pengadaan alat sekolah untuk siswa kurang mampu. 

Belajar dari berbagai negara yang sudah menerapkan program ini bertahun-tahun seperti Jepang contohnya, Atase Pers Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, Ryutaro Kubo. Pernah menjelaskan Tradisi kyushoku ini saat di wawancara mengenai program makan siang gratis di Indonesia melalui Liputan6 Update beberapa waktu lalu. 

Walau sempat menghadapi hiatus kyushoku masih eksis di kebijakan pemerintah Jepang dan keseharian siswa-siswi Jepang. Menurut Kubo, kebijakan ini dapat terlaksana secara berkelanjutan karena program ini juga dimanfaatkan untuk mendidik siswa. Didikan inilah yang membuat siswa-siswi Jepang mempertahankan kyushoku sampai generasi-generasi berikutnya.

"Saya ingin menekankan bahwa kalau makanan didistribusikan saja, programnya akan selesai saat anggarannya habis. Sedangkan, jika program seperti kyushoku yang sudah dilakukan di Jepang, diambil di Indonesia juga, murid-murid tidak hanya bisa makan siang gratis yang sesuai dengan gizi yang baik, tetapi juga bisa berpikir tentang gaya hidup makanan yang sehat, serta belajar budaya kolaborasi, kesopanan, kedisiplinan, dan kemandirian. Kemudian, mereka juga bisa mengimplementasikannya ke generasi berikutnya. Sehingga, menurut Jepang, SDM juga pasti dikembangkan,” ujar Kubo.

Kesimpulan

Program Makan Bergizi Gratis adalah langkah besar untuk meningkatkan gizi siswa di Indonesia. Namun, pelaksanaannya perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lokal. Dengan variasi menu, survei awal, prioritas untuk daerah 3T, dan transparansi anggaran, program ini dapat memberikan manfaat maksimal. Tidak ada salahnya Belajar dari Jepang yang sudah menerapkan makan siang kepada muridnya sudah lebih 100 tahun lamanya. 

Karena selain untuk menambah gizi anak, program ini juga dapat mendorong pertumbuhan UMKM di sektor makanan dan pertanian. Dengan menggunakan bahan lokal, program ini tidak hanya meningkatkan ketahanan pangan, tetapi juga memperkuat ekonomi kerakyatan. Dengan perencanaan dan eksekusi yang tepat, program ini berpotensi mengubah masa depan terutama anak-anak Indonesia menjadi lebih sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun