Eksploitasi kopi dan penderitaan rakyat Jawa terus berlanjut hingga akhir abad ke-19. Namun, perlawanan mulai muncul. Penulis Belanda Multatuli (Eduard Douwes Dekker) menulis tentang penyalahgunaan kekuasaan kolonial dalam novelnya yang terkenal Max Havelaar yang diterbitkan pada tahun 1860, yang akhirnya memulai politik etis di Indonesia. Gerakan perlawanan dan kemerderdekaan mulai muncul, baik dari kaum intelektual pribumi maupun para petani. Gerakan nasionalisme Indonesia perlahan tumbuh, dan salah satu yang diperjuangkan adalah keadilan bagi petani yang menderita akibat tanam paksa. Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, kopi tetap menjadi salah satu komoditas utama negara. Jawa mempertahankan reputasinya sebagai penghasil kopi berkualitas tinggi, dan nama "Java" tetap hidup di dunia sebagai simbol kopi yang istimewa.
A Cup of Java dalam Semangat ModernitasÂ
Sejak abad ke-18, kopi dari Jawa telah merambah ke berbagai belahan dunia. Kapal-kapal dagang VOC mengangkut biji kopi Jawa ke pelabuhan-pelabuhan besar di Eropa, kemudian ke Amerika Utara. Di Amerika, kopi menjadi minuman utama yang menggantikan teh, terutama setelah peristiwa Boston Tea Party pada 1773.
Ketika budaya minum kopi semakin berkembang, istilah "a cup of Java" mulai dikenal luas, khususnya di Amerika Serikat. Kedai-kedai kopi di sana menjadikan kopi Jawa sebagai salah satu menu andalan. Kopi bukan hanya sekadar minuman, tetapi bagian dari kehidupan modern yang produktif dan penuh inovasi.
Seiring waktu, istilah "Java" tidak hanya identik dengan kopi, tetapi juga merambah ke dunia teknologi. Pada tahun 1995, Sun Microsystems memperkenalkan bahasa pemrograman baru yang diberi nama Java. Nama ini dipilih untuk mencerminkan kesederhanaan, kehangatan, dan universalitas. Â Seperti secangkir kopi yang bisa dinikmati siapa saja, di mana saja. Java menjadi bahasa pemrograman serbaguna yang mendukung filosofi "Write Once, Run Anywhere" (WORA), yang membuatnya digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari perangkat lunak perbankan hingga sistem operasi Android.
Selain itu, ada pula JavaScript, meskipun berbeda dari Java, menjadi pilar utama dalam pengembangan web modern. Nama "Java" dalam dunia teknologi melambangkan inovasi, produktivitas, dan koneksi global, melanjutkan semangat yang dulu hadir di kedai-kedai kopi Eropa.
Hari ini, secangkir kopi Java tetap menjadi simbol produktivitas dan kreativitas. Di meja kerja, secangkir kopi menemani para programmer yang menulis kode Java dan JavaScript, menciptakan teknologi baru yang terus mendorong dunia ke depan. Nama "Java" telah melintasi batas waktu, dari revolusi sosial di kedai kopi Eropa hingga revolusi digital di ruang kerja modern.
Sejarah ini mengajarkan bahwa inovasi sering kali lahir dari hal-hal sederhana. Sebuah cangkir kopi dari Jawa, yang dulunya hanya dinikmati sebagai minuman, kini menjadi bagian dari perjalanan manusia menuju masa depan.
Referensi:
ahmadov,akbar, (2021), From the Ottomans and the French Revolution to StarbuckÂ