Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... Lainnya - Rakyat Jejaka

Rakyat Jejaka

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Mencari Diri" Petualangan Sejati Menjadi Manusia

18 Desember 2024   06:00 Diperbarui: 18 Desember 2024   00:45 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
seseorang yang merenung di depan cermin, simbol dari pencarian jati diri dan makna kehidupan. AIlustrasi. Dokpri

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" (QS. Al-Baqarah: 30). Tapi Allah menjawab: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Manusia diciptakan sebagai khalifah, pemimpin di bumi. Itu bukan tugas kecil. Artinya, kita punya tanggung jawab besar terhadap diri sendiri, sesama, dan dunia yang kita tinggali. Manusia ditugaskan untuk memakmurkan dunia sesuai dengan ketentuan-Nya. Tapi di balik semua itu, kita juga diuji. Ada sisi terang dan sisi gelap dalam diri kita. Ada saat-saat kita harus memilih: ingin menjadi baik atau buruk, peduli atau abai, berjuang atau menyerah. Dan di sinilah, manusia sejati itu lahir ketika kita berusaha memilih terang, meskipun dunia di sekitar terasa gelap.

Tapi apa sebenarnya arti menjadi manusia sejati? Jawabannya mungkin berbeda bagi setiap orang. Bagi sebagian orang, itu berarti sukses, menjadi kaya, atau terkenal. Tapi jika kita berhenti sejenak dan bertanya pada hati, jawaban itu bisa jadi lebih sederhana: menjadi seseorang yang jujur dengan dirinya sendiri, yang berani bertumbuh, dan tidak lupa bahwa kita punya hati yang harus dijaga.

Kita adalah makhluk yang saling membutuhkan. Sebab kebahagiaan sering kali datang bukan dari apa yang kita miliki, tapi dari apa yang kita berikan. Sebuah senyuman kecil, tangan yang terulur membantu, atau cinta yang tulus. Itu yang membuat hidup jadi lebih berarti.

Di akhir perjalanan, mungkin kita akan sadar bahwa pertanyaan “Siapa aku?” tidak selalu membutuhkan jawaban yang mutlak. Karena menjadi manusia sejati bukanlah tentang menemukan jawaban sempurna, melainkan bagaimana kita menjalani hidup dengan penuh makna. Setiap tawa, setiap air mata, pertemuan, perpisahan, kegagalan, dan keberhasilan adalah bagian dari proses itu. Kita adalah perjalanan yang tak pernah selesai, mimpi yang terus hidup, dan harapan yang selalu menyala meski badai menerpa.

Mungkin kita hanyalah manusia biasa tapi di balik kesederhanaan itu, ada sesuatu yang luar biasa. Kita punya kesempatan untuk menjadi versi terbaik dari diri kita, apa pun kata dunia. Dan itu cukup.

Jadi, siapa sejatinya manusia? Kita adalah petualangan tanpa akhir, yang akan terus berjalan selama kita masih berani melangkah. Kamu, aku, kita adalah manusia. Sederhana, namun luar biasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun