Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... Lainnya - Rakyat Jejaka

Rakyat Jejaka

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Kesabaran dan Takdir Prabowo Subianto dalam Perjalanan Menjadi Presiden

20 Oktober 2024   07:00 Diperbarui: 20 Oktober 2024   16:47 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prabowo Subianto, tokoh politik terkemuka di Indonesia, telah berkali-kali mencalonkan diri sebagai presiden, menjadikannya contoh nyata tentang bagaimana kesabaran dan keteguhan sangat penting dalam menghadapi berbagai tantangan untuk meraih tujuan. Perjalanan panjangnya dalam kancah politik Indonesia bukanlah perjalanan yang singkat dan mudah. Dikenal sebagai sosok tegas dan penuh dedikasi, Prabowo telah mengalami berbagai fase dalam karir politiknya, mulai dari kekalahan yang menimbulkan kekecewaan hingga kebangkitannya. Perjalanan ini membentuk karakter dan keteguhannya dalam dunia politik.

Awal Karier Politik dan Cita-cita Menjadi Pemimpin

Setelah diberhentikan dari dunia militer, Prabowo memasuki dunia politik pada awal 2000-an. Sebelumnya, karir militernya telah memberikan fondasi yang kuat bagi reputasinya sebagai seorang pemimpin yang tangguh dan berani. Namun, ketika ia beralih ke politik, ia menemukan bahwa medan perjuangannya kali ini sangat berbeda. Arena politik penuh dengan dinamika baru yang menguji kesabaran, ketahanan mental, dan keterampilannya dalam bernegosiasi.

Langkah pertama Prabowo dalam dunia politik terjadi pada Pemilihan Presiden 2009. Saat itu, ia mencalonkan diri sebagai calon Wakil Presiden mendampingi Megawati Soekarnoputri, salah satu tokoh politik terbesar Indonesia. Meskipun koalisi ini cukup kuat, hasil pemilihan tidak berpihak pada mereka, dan pasangan ini kalah. Ini adalah awal dari serangkaian ujian yang akan terus menguji kesabaran Prabowo dalam mewujudkan cita-citanya sebagai pemimpin bangsa. Kegagalan tersebut merupakan ujian pertama bagi ketabahan dan determinasi Prabowo.

Kekalahan Demi Kekalahan: Ujian Kesabaran

Kekalahan dalam dunia politik sering kali menjadi titik balik bagi banyak politisi. Tidak jarang, kekalahan memaksa mereka untuk mundur dari panggung politik, bahkan ada yang menyerah total dan memilih jalur karier yang berbeda. Kegagalan dalam meraih kursi kekuasaan, terutama setelah berjuang keras, dapat menghancurkan semangat dan ambisi seseorang. Namun, Prabowo Subianto adalah pengecualian. Baginya, kekalahan bukanlah akhir dari perjuangan, melainkan tantangan yang harus dihadapi dengan kesabaran dan ketabahan.

Setelah mengalami kekalahan dalam Pemilihan Presiden 2009 sebagai calon wakil presiden mendampingi Megawati Soekarnoputri, banyak yang menduga perjalanan politik Prabowo akan berakhir di sana. Namun, ia justru kembali bangkit dan menyiapkan diri untuk pertarungan yang lebih besar. Pada Pemilihan Presiden 2014, Prabowo mencalonkan diri sebagai calon presiden, menunjukkan tekadnya untuk terus berjuang demi cita-citanya memimpin Indonesia. Pertarungan politik saat itu sangat ketat, penuh dengan dinamika yang menguji ketangguhan mental dan strategi politiknya. Dalam kontestasi ini, Prabowo berhadapan dengan Joko Widodo, tokoh yang saat itu mulai naik daun sebagai sosok alternatif dengan gaya kepemimpinan yang merakyat.

Meskipun Prabowo telah berusaha sekuat tenaga, mengerahkan seluruh sumber daya dan kemampuan politiknya, hasil akhir pemilihan tidak berpihak padanya. Ia kembali harus menerima kekalahan, kali ini dari Joko Widodo, yang memenangkan pemilihan dengan selisih suara yang signifikan. Kekecewaan tentu sangat mendalam, mengingat perjuangan panjang yang telah ia lalui. Bagi banyak politisi, kekalahan dalam dua pemilihan besar berturut-turut bisa menjadi akhir dari karier politik mereka. Namun, Prabowo menunjukkan karakter yang berbeda. Alih-alih menyerah, ia memilih untuk menempuh jalur hukum, menggugat hasil pemilihan ke Mahkamah Konstitusi.

Proses hukum yang panjang dan kompleks di Mahkamah Konstitusi semakin menambah beban mental dan emosionalnya. Banyak yang menyaksikan betapa kerasnya Prabowo memperjuangkan klaimnya, namun pada akhirnya, keputusan Mahkamah Konstitusi tetap menolak gugatan tersebut. Meski demikian, Prabowo tidak menunjukkan sikap putus asa. Di hadapan kekecewaan besar yang ia alami, ia tetap bersikap tegar dan lapang dada, menerima keputusan pengadilan dengan penuh kesadaran bahwa perjuangan politiknya belum berakhir. Ini membuktikan bahwa Prabowo adalah seorang politisi yang tidak mudah goyah, yang mampu bangkit dari kekalahan dan terus melangkah maju dengan kepala tegak.

Takdir tampaknya belum berpihak kepada Prabowo untuk memimpin Indonesia. Pada tahun 2019, Prabowo sekali lagi mencalonkan diri dalam pemilihan presiden, kembali menghadapi Joko Widodo dalam kontestasi yang sangat ketat. Namun, hasilnya tetap tidak berpihak padanya, dan untuk ketiga kalinya, Prabowo harus menerima kekalahan. Kekalahan ketiga ini tentu saja menjadi pukulan berat bagi siapa pun, terutama bagi seseorang yang telah berjuang selama bertahun-tahun dengan harapan besar. Namun, justru di sini Prabowo menunjukkan sifatnya yang paling mengagumkan: kesabaran.

Keputusan Prabowo untuk tetap bertahan di dunia politik setelah kekalahan demi kekalahan menunjukkan bahwa ia memiliki visi jangka panjang dan kesabaran yang luar biasa. Kekalahan bukanlah akhir baginya, melainkan sebuah pelajaran dan kesempatan untuk kembali menata strategi baru.

Mengubah Arah: Kerjasama Demi Kepentingan Bangsa

Setelah kekalahan ketiganya pada Pemilu 2019, Prabowo membuat langkah yang mengejutkan banyak pihak. Alih-alih terus menjadi oposisi, Prabowo justru menerima tawaran Presiden Joko Widodo untuk bergabung dalam kabinetnya sebagai Menteri Pertahanan. Keputusan ini menunjukkan kedewasaan dan kemampuannya untuk memprioritaskan kepentingan negara di atas ambisi pribadi. Bagi banyak orang, langkah ini menunjukkan bahwa Prabowo adalah politisi yang tidak hanya berorientasi pada kemenangan pribadi, tetapi juga pada pelayanan bagi bangsa dan negara.

Keberadaannya di kabinet Jokowi menunjukkan bahwa meskipun takdir belum memberikannya kesempatan untuk menjadi presiden, Prabowo tetap menjalankan peran penting dalam pemerintahan dengan dedikasi yang sama. Di bawah kepemimpinannya sebagai Menteri Pertahanan, Prabowo berhasil memperkuat pertahanan Indonesia dan mempererat hubungan militer dengan negara-negara sahabat. Langkah ini menjadi bukti bahwa kesabaran dalam politik tidak selalu tentang menunggu, tetapi juga tentang adaptasi dan kontribusi dalam berbagai peran yang diberikan oleh takdir.

Kesabaran: Modal dalam Menunggu Takdir

Takdir Prabowo dalam dunia politik hingga kini masih menjadi misteri. Meski telah beberapa kali gagal mencapai puncak kepemimpinan, ia tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah. Perjalanan panjangnya mengajarkan kepada kita bahwa kesabaran adalah kunci dalam menghadapi takdir yang kadang tidak sesuai dengan harapan. Sebagai seorang yang teruji oleh waktu dan kekalahan, Prabowo telah belajar bahwa menjadi pemimpin tidak selalu berarti harus memenangkan semua pertarungan politik.

Setiap kegagalan yang ia alami membentuk karakter yang lebih matang dan rendah hati. Dalam budaya politik Indonesia, nama Prabowo tetap disegani, bukan hanya karena kekuatannya, tetapi juga karena ketabahannya.

 Takdir dalam Kendali Kesabaran

Dalam banyak hal, perjalanan Prabowo Subianto mencerminkan perpaduan antara kesabaran dan takdir. Meski telah mengalami beberapa kekalahan dalam pencalonan presiden, Prabowo tetap berdiri tegak dengan keteguhan hati. Kesabaran adalah modal utamanya untuk terus berjuang, sambil menunggu saat yang tepat, apabila takdir memang menghendaki dia untuk memimpin bangsa ini. Takdir berkata bahwa Prabowo akan menjadi Presiden Indonesia, maka kesabaran yang telah ia bangun selama bertahun-tahun menjadi fondasi kuat yang menjadikannya pemimpin yang lebih bijaksana dan tangguh.

Semoga dengan kepemimpinan Pak Prabowo yang dikenal tegas dan kuat, Indonesia dapat memiliki pemimpin yang tidak mudah dipengaruhi dan memiliki ketegasan dalam memimpin, menegakkan hukum, terutama dalam pemberantasan korupsi. Pemimpin yang adil dan bijaksana dalam mengambil keputusan serta berkomitmen untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Dengan semangat tersebut, diharapkan Indonesia dapat terus berkembang menjadi negara yang lebih baik dan lebih maju, melanjutkan rangkaian panjang cita-cita bangsa sejak kemerdekaan, yaitu menjadikan Indonesia sebagai negara maju yang disegani di dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun