Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... Lainnya - Rakyat Jejaka

Rakyat Jejaka

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konspirasi Rockefeller dalam Sistem Pendidikan Sekolah

2 Februari 2024   15:00 Diperbarui: 2 Februari 2024   15:24 4084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Sumber gambar Pinterest

John D Rockefeller dikenal sebagai pengusaha minyak setelah mengawali karir sebagai pebisnis komoditi makanan. Setelah ditemukannya Minyak bumi di Amerika Serikat, Rockefeller membangun kilang minyak sendiri pada era 1860 an. Ia kemudian mendirikan Standar Oil Company bersama rekannya. Pada tahun 1882, Standar Oil hampir sepenuhnya menguasai seluruh bisnis minyak di Amerika Serikat. Namun, menjelang awal abad ke-20, perhatian Rockefeller beralih ke kegiatan amal.

Rockefeller, yang memiliki monopoli atas Standar Oil dan banyak pabrik, menghadapi tantangan dalam mencari pekerja yang patuh untuk kilang minyaknya. Sebagian besar warga Amerika pada masa itu, terutama petani dan peternak, sulit diatur dan cenderung bersikap mandiri. Kekurangan tenaga kerja di Standar Oil mendorong Rockefeller untuk mencari solusi, dan secara kebetulan ia mendengar dan tertarik tentang sistem pendidikan yang ada di Prussia.

Pada tahun 1837, terjadi peristiwa ketika Horace Mann diangkat menjadi sekretaris Massachussets Board of Education. Mann secara aktif terlibat dalam bidang pendidikan dengan berkolaborasi bersama beberapa institusi, menyelenggarakan seminar, dan mendorong reformasi dalam lingkup pendidikan yang pada masa itu cenderung konservatif. 

Pada tahun 1843, Horace Mann melakukan perjalanan ke Prussia atau Jerman untuk memperbarui pengetahuannya tentang dunia pendidikan. Ia tertarik untuk meneliti sistem pendidikan yang berkembang di sana dengan tujuan mengadopsinya di negaranya Amerika Serikat. Mann melihat bahwa Prussian system, meskipun terkait dengan indoktrinisasi, namun berhasil mencetak generasi muda yang patuh, tunduk, dan disiplin.

Mann merilis jurnal ketujuhnya, yang dicetak massal dan disebar di berbagai negara bagian Amerika Serikat. Ia mulai menyebarkan konsep sistem pendidikan prussia secara formal, dengan peran Rockefeller yang mulai mencuat. Pada masa itu, pendekatan pengkondisian publik juga diterapkan, terutama dengan bantuan John Dewey, seorang psikolog yang mengusung ideologi fabian socialist,  yang populer sebagai pionir sistem edukasi progresif-nya. Dewey menggunakan taktik pengkondisian stimulus-respon dan metode punish and reward untuk mencapai tujuan restrukturisasi masyarakat sesuai dengan new social order. Peran Rockefeller terlihat dalam mendukung dan memodali institusi-institusi pendidikan selama reformasi sistem edukasi modern,berhasil menyelipkan berbagai kepentingan-kepentingan korporasi  yang menciptakan individu yang siap menjadi pekerja dalam masyarakat.

Rockefeller menyadari bahwa solusi  menciptakan sistem pendidikan baru ini dapat membentuk mentalitas murid menjadi patuh terhadap negara. Tanpa ragu, Rockefeller memutuskan untuk menargetkan anak-anak daripada orang dewasa, karena mereka lebih mudah dibentuk dan dipengaruhi. Rockefeller menginvestasikan ratusan juta dolar untuk mendirikan sekolah, mengusulkan kurikulum baru kepada pemerintah Amerika, dan melatih guru-guru dengan kurikulum tersebut. Di tahun 1900, sebanyak 34 negara bagian diwajibkan menjalani peraturan public school, sembilan belas tahun kemudian di tahun 1919, mayoritas semua negara bagian di Amerika Serikat mewajibkan setiap anak berkewarga negaraan asli, untuk menjalani public school tingkat dasar. 

Kurikulum yang diajarkan di sekolah tersebut meniru lingkungan kerja pabrik, dari 8 jam waktu sekolah, kalau mau ke toilet harus izin dulu, kalau bunyi bel itu tanda masuk istirahat sama pulang sekolah sama kan seperti di pabrik.  Mental anak-anak dibentuk untuk menjadi patuh dan tidak banyak bertanya, dengan fokus pada ketaatan daripada kreativitas. Tujuan Rockefeller tercapai, karena sistem pendidikan baru ini menghasilkan pekerja yang patuh dan tidak memberontak. Sistem pendidikan yang diciptakan oleh Rockefeller kemudian menyebar ke seluruh dunia. 

Adapun ucapan atau kutipan dari Rockefeller, "I don't want a nation of thinkers, I want a nation of workers," dalam bahasa Indonesia berarti “Saya tidak menginginkan negara pemikir, saya ingin negara pekerja.”  jika kutipan ini benar adanya berarti sekolah publik dimasa itu dibuat untuk  menciptakan masyarakat pekerja.

Jika dipikir-pikir lagi dimana sekolah publik dijadikan tempat untuk menciptakan kaum pekerja memang seperti itu yang berasal dari tantangan kompleks dalam merancang sistem pendidikan yang mencakup berbagai kebutuhan dan kepentingan. Di Indonesia, di mana di  awal abad ke-20 sekolah masih minim dan hanya beberapa anak-anak yang bersekolah, saat itu sekolah memang digunakan menciptakan pegawai pekerja, untuk dipekerjakan untuk memenuhi pekerja terampil yang dibutuhkan Belanda pada waktu itu. Makanya sampai sekarang masih ada orang tua yang menyekolahkan anaknya untuk menjadi pegawai ketimbang menjadi pengusaha atau ekonomi kreatif lainnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun