Telah memasuki tahun ketiga, pandemi menimbulkan dampak besar terhadap masyarakat baik fisik maupun mental. Masyarakat kini berada dalam fase pemulihan terhadap ketegangan psikologis pasca pandemi. Apa dampak yang terjadi pada kesehatan mental pasca pandemi ? Pandemi memberikan dampak pada kesehatan mental masyarakat.
Berdasarkan penjelasan dari Psikiater Dr. dr. Hervita Diatri, Sp.KJ (K) terdapat beberapa kelompok yang mengalami gangguan jiwa. Kelompok yang pertama adalah orang yang tidak memiliki masalah kesehatan mental, namun mengidap gangguan jiwa akibat pandemi. Kelompok kedua adalah orang yang sejak awal sudah mengalami masalah kesehatan mental, akibatnya masalah gangguan jiwanya menjadi lebih besar. Kelompok ketiga adalah orang yang sebelumnya sudah memiliki masalah kesehatan fisik dan mengalami kesulitan untuk mengakses layanan kesehatan. Sehingga menimbulkan rasa cemas yang kemudian berdampak buruk pada kesehatan misalnya penyakit yang bertambah berat. Demikian juga dengan orang-orang mengalami gangguan jiwa tidak bisa memiliki akses pengobatan. Kelompok ke empat adalah ketika masalah oksigen langka sementara asupan oksigen ke otak itu kurang, bisa saja pada akhirnya menyebabkan gangguan jiwa yang menetap (sehatnegriku.kemkes.go.id).
Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, dimana perubahan akan terjadi pada perubahan sosial, biologis, hingga psikologisnya. Berkaitan dengan psikologis, remaja sangat rentan dalam gangguan kesehatan mental dikarenakan adanya perubahan hormon sehingga emosi menjadi tidak stabil. Tidak dapat dipungkiri bahwa remaja juga mendapatkan dampak besar pasca pandemi. Tuntutan yang banyak membuat para remaja mengalami burn out dan overwhelmed sehingga mengakibatkan munculnya emosional stress (Alya Azra Ananda Nuril, 2020).
Mahasiswa sering merasa keberatan terhadap tuntuan tugas akademik, adakalanya di luar kemampuan mahasiswa, bukannya membantu dalam menjaga kesehatan mental mahasiswa, sebaliknya, tuntutan tugas tersebut mengakibatkan stres mahasiswa selama "karantina" di rumah meningkat. Sepertinya bagi mahasiswa persepsi untuk menjaga diri karena dunia sedang sakit tidak cukup untuk mengatasi kekhawatiran di tengah pandemi seperti sekarang. Sekalipun demikian, pada ketika seperti inilah ujian ketahanan mental mahasiswa mendapat cobaan (Eka Puspita Dewi, 2020).
Pandemi menuntut kita untuk tidak berinteraksi secara sosisal, akibatnya muncul perasaan kesepian, kecemasan dan ketakutan terhadap orang lain yang kemudian mucul kecurigaan terhadap orang lain, serta kematian kerabat dapat memicu stress dan pada akhirnya depresi. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kesehatan mental yaitu faktor eksternal dan internal, dimana faktor eksternal meliputi kepribadian, kondisi fisik, psikologis, keanekaragaman, sikap menghadapi masalah hidup, makna kehidupan, dan keseimbangan pikiran. Selain itu, faktor eksternal sendiri diantaranya keadaan sosial, ekonomi, pendidikan, politik, kebiasaan, dan lain sebagainya.
Kesehatan mental pada remaja perlu di perhatiakan, karena remaja rentan akan terkena gangguan mental. Menanggapi hal tersebut, upaya  yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kesadaran kesehatan mental pada remaja di era pasca sarjana yaitu melalui pendidikan dengan meningkatkan literasi remaja maupun masyarakat terkait pentingnya kesehatan mental. Pendidikan bisa menjadi alternatif dalam menumbuhkan kesadaran kesehatan mental remaja, hal tersebut harus didukung dengan mewujudkan lingkungan yang sehat, dan dengan literasi terkait kesehatan dapat memberikan wawasan tentang pentingnya kesehatan mental.
Nama : Muhardy Candra Lesmana
NIM Â Â : 202210230311362
Daftar Pustaka :
Lestarina, N. (2021). Pendampingan Remaja Sebagai Upaya Peningkatan Kesehatan Mental Remaja di Desa Laban Gresik.