Mohon tunggu...
Muharam Angga
Muharam Angga Mohon Tunggu... -

Trader, wiraswasta, yang masih terus belajar..

Selanjutnya

Tutup

Money

"Lesson Learned Woodenface"

1 Juni 2018   20:12 Diperbarui: 1 Juni 2018   20:29 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan kita mencari ide bisnis terlebih dahulu. Ide membuat woodenface berawal dari masalah yang hampir setiap hari kita alami yaitu masalah tidak praktisnya menyimpan uang elektronik setiap kali bepergian ke kampus menggunakan KRL, sehingga terciptalah ide membuat dompet terbuat dari kayu khusus untuk menyimpan uang elektronik seperti e-money, kartu flazz dsb. Di dalam tahap persiapan ini kami setidaknya membuat analisis sebagai berikut :

  • Fisibilitas Ide
  • Saat ide muncul, kami melakukan riset di internet apakah ide kami ini sudah ada dan layak atau tidak, ternyata banyak yang sudah menjual dompet kayu, entah itu dompet untuk uang biasa maupun uang elektronik, sehingga kami berasumsi jika sudah ada di pasar, berarti ada permintaannya dan ide kami layak untuk direalisasikan.
  • Analisis Pesaing
  • Kami juga meriset pesaing kami, ternyata sudah ada produk sejenis yang memproduksi dompet kayu khusus untuk kartu nama, tetapi desainnya tidak terlalu baik dibanding produk kami.
  • Analisis Keahlian
  • Untuk mendirikan sebuah perusahaan yang memproduksi dompet kayu ini, kami memiliki keahlian dan tugas inti masing-masing yaitu pemimpin perusahaan, keuangan dan pemasaran, sedangkan untuk teknis membuat produknya kami bekerjasama dengan pengrajin kayu di Solo.
  • Value Preposition
  • Karena kami sudah menemukan pesaing dalam bisnis kami, kami berusaha mencari kelemahan dari produk pesaing kami, dan kami memperbarui produk kami dengan menambahkan kesan elegan, dan berkelas pada produk kami.
  • Analisis Keuangan
  • Kami menganalisis total HPP dalam memproduksi produk, dari mulai biaya bahan baku setiap produk, biaya pengiriman, dan biaya jasa pengrajin kayu.
  • Membuat Business Model Canvas
  • Menerapkan proposal bisnis dengan teknik BMC yang terdiri dari 9 elemen penting yaitu :  Customer Segments, Value Propositions, Channels, Revenue Streams, Customer Relationship, Key Activities, Key Resources, Key Partnership, dan Cost Structure.

Tahap Implementasi

Di dalam tahapan implementasi kami melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :

  • Validation
  • Dalam memvalidasi ide bisnis kami, kami mensurvey dan mewawancara sekitar 30 orang baik itu di dalam kampus maupun di luar mengenai produk kami, hasilnya, secara umum mereka tertarik untuk membeli tetapi dengan catatan harga yang murah.
  • Pemasaran Melalui Pameran Dies Natalis FIA
  • Dalam Dies Natalis FIA UI yang ke 3, kami berhasil menjual 10 buah produk.
  • Pemasaran Melalui Exhibiton Perpustakaan Pusat UI.
  • Selama kurang lebih 5 hari kerja kami menjual produk di Perpustakaan Pusat UI, kami berhasil menjual 21 buah produk,
  • Pemasaran Melalui Marketplace Online
  • Kami hanya berhasil menjual 2 buah produk melalui Marketplace online, ini disebabkan kurangnya kami dalam melakukan promosi di media-media online.
  • Pemasaran di Kampus UI
  • Kami berhasil menjual 5 produk kepada teman-teman mahasiswa di kampus UI. Dari keseluruhan kegiatan kami berhasil menjual total 38 produk dengan target keseluruhan 40 produk terjual.

Tahap Evaluasi Setelah Implementasi

Hal yang menjadi kekurangan dalam bisnis kami adalah sebagai berikut :

  • Value Preposition yang kurang, dan penutup dompet yang kurang rapat
  • Value Preposition  yang kami ajukan adalah produk elegan dan berkelas ternyata tidak terlalu membuat konsumen tertarik, konsumen hanya tertarik atas dasar kegunaan dan harga. Sehingga seharusnya kami fokus pada kegunaan dan menekan harga. Selain itu juga penutup dompet kayu kami tidak terlalu kuat, sehingga harus menggunakan bahan yang lebih kuat.
  • Harga yang terlalu mahal
  • Dalam membuat salah satu elemen BMC yaitu Cost Structure tahap yang kami lakukan adalah langsung meriset biaya HPP dan menggunakan bahan baku yang mahal lalu setelah itu dijual tanpa meriset daya beli pasar. Seharusnya dilakukan validasi harga yang diinginkan pasar terlebih dahulu, lalu setelah itu disesuaikan dengan HPPnya agar harga produk diterima pasar.
  • Kurangnya menganalisa kelemahan pesaing
  • Sebelum membuat bisnis ini sudah ada pesaing yang menjual produk serupa, dan produk pesaing tidak terlalu laris di pasaran, ini terbukti dari data hasil penjualan di marketplace online, sehingga saat kami terjun di bisnis serupa penjualan tidak terlalu memuaskan karena sulit untuk menemukan kelemahan pesaing. 
  • Sebelum memutuskan mengenai produk bisnis yang akan dibuat seharusnya dapat dilakukan analisis SWOT agar bisa dilakukan perbaikan atas pesaing secara sistematis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun