Mohon tunggu...
M Anwar Sidiq
M Anwar Sidiq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Santri/Pelajar/Mahasiswa

Santri di salah satu pesantren di Boyolali

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Habis Gelap Terbitlah Terang

18 April 2024   23:04 Diperbarui: 18 April 2024   23:12 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Habis Gelap Terbitlah Terang, merupakan slogan yang dicetuskan oleh RA Kartini, seorang pejuang emansipasi wanita pada masa kolonial (1879-1904). RA Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879, sehingga tiap tanggal 21 April di jadikan sebagai Hari Kartini. 

RA Kartini merupakan anak dari Bupati Jepara pada masa itu, yaitu R.M. Arya Sasraningrat (R. Samingun). Sebagai perempuan bangsawan, Kartini juga merupakan seorang santriwati ulama ternama di Semarang, KH. Saleh bin Umar as-Samarani alias Kiai Saleh Darat.

Pertemuan Kartini dengan Kiai Saleh ini bermula dari kegelisahan Kartini terhadap isi Al-Qur'an. Bagi Kartini sulit untuk dapat memahami pesan yang terkandung dalam Al-Qur'an, karena ia tidak mengerti Bahasa Arab. Keterbatasan mengakses pengetahuan dalam Bahasa Arab sempat membuatnya putus asa. Surat-surat di tas Kartini memperlihatkan bagaimana awal pandangan Kartini tentang Al-Qur'an. Kartini bahkan sempat tidak mau lagi membacanya, merasa skeptis dan menurutnya tidak ada pengaruhnya sama sekali untuk hidupnya, karena tak bisa memahami kandungannya.

Kartini dapat bertemu dengan Kiai Saleh untuk pertama kalinya, dalam sebuah majelis taklim yang digelar di pendapa kediaman Bupati Demak. Dalam acara tersebut Kartini serius menyimak penjelasan Kiai Saleh yang tengah menerangkan Tafsir surat Al-Fatihah. Di akhir majelis taklim, ia meminta waktu khusus untuk bertemu dan bertanya banyak hal kepada Kiai Saleh. Tak lama setelah pertemuan di Pendapa Bupati Demak itu, Kartini ditemani pamannya menemui Kiai Saleh di kediamannya, dan minta kepada Kiai Saleh agar Al-Qur'an diterjemahkan ke dalam Bahasa Jawa. Kiai Saleh menyanggupi karena itu permintaan dari RA Kartini. Kemudian Kiai Saleh menerjemahkan Al Qur'an dengan ditulis dengan huruf Arab Pegon (arab Jawa gundul, tanpa harakat), sehingga tak dicurigai pihak Belanda. 

Tafsir berbahasa Jawa ini kemudian dinamai Faidh al-Rahman. Namun, belum sempat selesai 30 juz, Kiai Saleh Wafat. Kitab ini juga dihadiahkan Kiai Saleh kepada Kartini sebagai kado pernikahan ketika menikah dengan R.M. Jayadiningrat, Bupati Rembang. Diantara bagian yang paling menarik perhatian Kartini ialah Surat Al-Baqarah ayat 257: "Allah Pelindung orang-orang yang beriman, dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kafir) kepada cahaya (iman)." Kalimat: yang bermakna dari kegelapan menuju cahaya, bukan habis gelap terbitlah terang. Dari sinilah muasal seruan Kartini yang paling terkenal; Habis Gelap Terbitlah Terang. 

Sumber: Buku Majelis Taklim Melawan Radikalisme (2021). PP Muslimat NU.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun