Indonesia adalah rumah bagi berbagai agama dan budaya yang hidup berdampingan. Dalam keberagaman ini, toleransi menjadi fondasi utama untuk menciptakan masyarakat yang damai dan harmonis. Namun, toleransi tidak terjadi begitu saja; ia perlu dipupuk melalui tindakan nyata dan kesadaran kolektif. Salah satu contoh yang menginspirasi datang dari lereng Gunung Merbabu, di mana warga Kampung Susuru, yang mayoritas beragama Islam dan Buddha, dengan penuh semangat turut memeriahkan perayaan Natal bersama umat Kristiani. Sebuah cerminan indah dari kerukunan antarumat beragama yang layak dijadikan teladan.
Toleransi antarumat beragama adalah wujud nyata dari penghormatan terhadap perbedaan. Ia bukan hanya tentang menerima keberagaman, tetapi juga tentang merayakan kebersamaan dalam perbedaan. Peristiwa di Kampung Susuru menjadi bukti bahwa harmoni bisa dirajut di tengah keberagaman agama, dan hal ini mengajarkan kita betapa pentingnya menjunjung nilai-nilai toleransi dalam kehidupan bermasyarakat.
Di Kampung Susuru, warga Muslim dan Buddha berpartisipasi dalam perayaan Natal dengan penuh sukacita. Mereka membantu memasang dekorasi, menghadiri acara, dan menyemarakkan suasana perayaan tanpa sedikit pun kehilangan identitas keagamaan masing-masing. Tindakan ini menunjukkan bahwa perbedaan agama tidak menjadi penghalang untuk berbagi kebahagiaan dan menjalin persaudaraan. Harmoni yang tercipta di kampung ini adalah bukti bahwa keberagaman, jika dipandang sebagai kekayaan, mampu menyatukan, bukan memecah belah.
Apa yang terjadi di Kampung Susuru adalah contoh nyata dari toleransi yang hidup. Sebagai seorang penulis, saya melihat tindakan ini sebagai simbol keberanian melawan prasangka dan ketakutan yang sering kali menjadi akar intoleransi. Partisipasi aktif warga dalam perayaan agama lain menunjukkan sikap inklusif dan keterbukaan yang sangat dibutuhkan di tengah dunia yang sering kali terpecah oleh perbedaan. Ini bukan sekadar soal membantu, tetapi juga soal menghormati dan memahami.
Toleransi antarumat beragama sangat penting karena ia menciptakan lingkungan yang aman dan harmonis. Dalam masyarakat yang saling menghormati, konflik agama dapat diminimalkan, dan semua pihak dapat hidup berdampingan dengan damai. Sebaliknya, tanpa toleransi, dunia akan dipenuhi oleh prasangka, diskriminasi, dan perpecahan. Tidak adanya toleransi akan memicu ketegangan sosial yang berujung pada kekerasan, seperti yang telah kita saksikan di berbagai belahan dunia.
Al-Qur'an sendiri menganjurkan toleransi antarumat beragama, salah satunya melalui QS. Al-Kafirun (109:6):
"Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku."
Ayat ini menunjukkan bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk menjalankan agamanya masing-masing tanpa paksaan. Selain itu, dalam QS. Al-Hujurat (49:13), Allah berfirman:
"Wahai manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti."
Ayat ini menegaskan bahwa perbedaan adalah sunnatullah, dan tugas manusia adalah menjadikannya sebagai jalan untuk saling mengenal dan memperkuat tali persaudaraan.
Kasus Kampung Susuru memberikan banyak pelajaran positif bagi kita semua. Warga yang mayoritas Muslim dan Buddha telah menunjukkan bahwa kerukunan dapat dibangun melalui tindakan sederhana, seperti berbagi kebahagiaan dalam perayaan Natal. Hal ini memperlihatkan bahwa toleransi bukan hanya tentang menerima, tetapi juga tentang merayakan perbedaan sebagai kekuatan.
Masyarakat di seluruh Indonesia perlu mencontoh sikap inklusif ini. Dengan menanamkan nilai-nilai toleransi, kita dapat membangun bangsa yang lebih damai, solid, dan harmonis. Saya merekomendasikan agar pemerintah dan lembaga masyarakat mengadakan lebih banyak kegiatan lintas agama yang mempromosikan toleransi. Selain itu, pendidikan tentang keberagaman harus diperkuat sejak dini untuk menciptakan generasi yang lebih terbuka dan inklusif.
Toleransi adalah kunci untuk merajut harmoni di tengah keberagaman. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh warga Kampung Susuru, mari kita jadikan toleransi sebagai gaya hidup yang tidak hanya memperkuat hubungan sosial, tetapi juga memperkaya kemanusiaan kita.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H