Mohon tunggu...
Muhammad Firdaus
Muhammad Firdaus Mohon Tunggu... Guru - Education, Economic and Political Studies

Pembelajar yang terus belajar. Berdetak untuk bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tetap Waspada di Tengah Kenaikan Harga Komoditas Dunia

26 Agustus 2022   07:00 Diperbarui: 26 Agustus 2022   07:20 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut KBBI pengertian komoditas adalah benda niaga mentah yang standarnya dapat dikategorikan berdasarkan kualitas masing-masing benda untuk diperjualbelikan secara impor maupun ekspor demi memperoleh profit.

Dalam perdagangan internasional, ada jenis-jenis komoditas (barang dagang) yang menjadi unggulan Indonesia dalam hal ekspor dan impor yang paling besar diperjualbelikan. Adapun komoditas utama negara Indonesia atau komoditas ekspor Indonesia di antaranya seperti udang, kopi, minyak kelapa sawit, kakao, karet, tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki, elektronika, otomotif, furnitur, dan lainnya. Sedangkan komoditas impor Indonesia yang merupakan bahan baku adalah bahan kimia dan obat-obatan, pupuk, semen, bahan bangunan, dan alat-alat listrik.

Pergerakan harga komoditas dapat dijadikan sebagai leading indicators inflasi. Beberapa alasannya adalah: (1) harga komoditas mampu merespon secara cepat shock yang terjadi dalam perekonomian secara umum seperti peningkatan permintaan (aggregate demand shock); (2) Harga komoditas juga mampu merespon terhadap non-economic shocks, seperti: banjir, tanah longsor dan bencana lainnya yang menghambat jalur distibusi dari komoditas tersebut.

Ketersediaan terhadap berbagai komoditas sangat penting dalam menjaga stabilitas harga dan stabilitas perekonomian secara makro di suatu wilayah. Komoditas bahan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam aspek ekonomi, sosial, dan politik (Prabowo,2014). Harga komoditas sering mengalami fluktuasi dikarenakan oleh beberpa faktor yaitu, produksi bahan pokok mengalami gagal panen akibat cuaca, gangguan hama serta faktor perkembangan harga bahan pokok akan mengganggu jalannya distribusi.

Tomek (2000) menyatakan bahwa sumber utama peningkatan permintaan komoditas pangan adalah peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan. Jumlah penduduk dan pendapatan yang semakin meningkat menyebabkan peningkatan permintaan pangan.

Komoditas bahan pangan di Indonesia yang sering mengalami fluktuasi harga antara lain beras, jagung, kedelai, tepung terigu, gula pasir, minyak goreng, bawang merah, cabai, telur, daging dan susu (Sumaryanto, 2009). Perubahan harga komoditas bahan pangan dapat menjadi penyumbang terbesar laju inflasi dikarenakan dengan jumlah penduduk yang cukup besar, permintaan bahan makanan akan menjadi cukup tinggi. Namun terkadang penawaran belum cukup mampu untuk memenuhi permintaan tersebut, sehingga akhirnya mendorong laju inflasi (Santoso, 2011).

Setiap harga komoditas yang diisukan mengalami kenaikan akan menimbulkan gejolak yang cukup membuat masyarakat khawatir. Beberapa momen yang dapat diprediksi terjadinya kenaikan harga komoditas seperti hari raya idul fitri, natal, dan tahun baru.

Bagi Indonesia, kenaikan harga komoditas ini sebetulnya menguntungkan karena banyak mengekspor komoditas. Namun di sisi lain, kenaikan harga komoditas yang sangat ekstrem mendorong inflasi yang juga ekstrem di level global, terutama negara-negara maju. Inflasi ekstrem ini kemudian diikuti oleh pengetatan kebijakan moneter, terutama di Amerika Serikat, Eropa, dan Inggris. Pengetatan kebijakan moneter artinya suku bunga akan naik dan likuiditas juga akan menjadi lebih ketat.

Hal ini perlu diwaspadai karena bisa memberi dampak pada upaya pemulihan ekonomi yang tengah berlangsung pasca dihantam pandemi Covid-19. Di sisi lain, pemerintah Tiongkok saat ini juga melaksanakan zero cases policy terhadap Covid-19 seiring dengan menjalarnya virus corona. Ini artinya pembatasan yang sangat berdampak pada ekonomi Tiongkok dan tentu juga akan berdampak pada perekonomian dunia karena size dari perekonomian Tiongkok yang sangat besar. Risiko konflik Rusia dan Ukraina juga perlu diatasi karena menyebabkan disrupsi dari sisi suplai, serta sanksi ekonomi yang menyebabkan harga komoditas terutama energi dan pangan melonjak sangat ekstrem.

Indonesia masih menghadapi risiko global, terutama kenaikan harga komoditas sebagai dampak invasi Rusia ke Ukraina. Harga energi dan pangan secara global mengalami kenaikan dan memicu terjadinya lonjakan inflasi di berbagai daerah. Pada semester satu ditahun 2022, nilai inflasi mencapai 3,19%, sumbangan terbesar inflasi berasal dari bahan makanan, yang menjadi keranjang terbesar dari konsumsi masyarakat menengah ke bawah.

Bonansa minyak membantu Indonesia tetap bertahan di tengah gejolak karena ekspor yang meningkat. Hal yang perlu diperhatikan yaitu terjadi juga trade off dari kenaikan harga komoditas yang terjadi didunia khususnya untuk barang dagang yang digunakan untuk bahan baku produksi dapat memberatkan pelaku industri dan usaha di Indonesia yang dapat menaikan harga barang dan mengurangi laba.

Bonansa serta windfall dari berbagai sektor komoditas yang di ekspor harus terus tetap dijaga dengan memaksimalkan ceruk pasar yang masih bisa digali seperti masih meningkatnya permintaan pasokan energi di sejumlah negara Eropa yang memasuki musim dingin dan menambah tujuan negara ekspor lain yang menguntungkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun