Mohon tunggu...
Muhammad DaffaAzzamiffat
Muhammad DaffaAzzamiffat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student at UPN Veteran Yogyakarta

Daffa (20) Undergraduate Industrial Engineering Student at UPN Veteran Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Indonesia Kembangkan EBT, Apa Bisa?

8 September 2021   11:36 Diperbarui: 15 September 2021   17:42 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Program Gerilya Kementerian ESDM

Potensi EBT di Indonesia cukup menjajikan. Nyatatanya, ini tidak dapat dimaksimalkan secara baik. Minim pemanfaatan dari pemerintah dan masyarakat. Perlu keseriusan dari seluruh pihak. Memiliki potensi samudera sebesar 17,9 GW, panas bumi 23,9 GW, bioenergi 32,6 GW, bayu sebesar 60,6 GW, hidro 75 GW, dan surya 207,8 GW, penggunaan EBT nanti di tahun 2025 dipatok harus menyentuh angka 23% dan baru terealisasi sebesar 11%. Waktu yang cukup mepet. Terlebih energi konvensional masih belum dapat tergantikan dalam pemenuhan bahan bakar, terutama dalam pengadaan listrik. Bahan bakar fosil (BBM, gas alam, dan batubara) masih menjadi pilihan utama bagi pemerintah dan masyarakat.

Cadangan bahan bakar fosil tinggal tunggu waktu. Tergerus tak tersisa. Apakah Indonesia menginginkan hal tersebut? Tentu tidak. Pemerintah saat ini sedang gencar memaksimalkan potensi terkait EBT. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dalam skala besar salah satunya. Pemerintah menargetkan sebesar 5342 MW harus mampu diwujudkan dalam rentang periode 2021-2030. Perlahan tapi pasti, pemerintah membangun PLTS dengan cakupan besar. Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua menjadi daerah kontribusi dalam penurunan emisi GRK.

Sumber: Program Gerilya Kementerian ESDM
Sumber: Program Gerilya Kementerian ESDM

Perlu diperhatikan bahwa banyak urgensi terkait energi terbarukan ini. Realisasinya masih sekitar 11% dari target tahun 2025 sebesar 23%. Harga PLTS juga masih tergolong sangat tinggi, dikarenakan jangkauan market size dari EBT di Indonesia masih kecil dan masih belum masuk ke skala keekonomian.

Indonesia masih menjadi salah satu negara yang telat dalam pengembangan fase pembangunanya. Ya, masih fase inisiasi. Terdapat sejumlah alasan, mulai kondisi pasar belum matang, tidak adanya kerangka peraturan yang kuat, kepercayaan investor masih tergolong rendah, keahlian pasokan local yang belum terbangun menjadi runtutun alasan Indonesia berada difase inisiasi.

Sebagai negara yang berkembang, sudah seharusnya Indonesia mampu beranjak dari kursi nyamannya. Ini dilakukan guna mampu bersaing dengan negara-negara lain. Bisa dimulai dari implementasi kebijakan-kebijakan strategis, misalnya penyiapan sumber daya, penetapan target, dan  kerangka peraturan yang jelas, hingga ke penghapusan subsidi bahan bakar fosil.

Ke depannya, pemerintah mestinya mencanangkan kebijakan energi jangka panjang. Melepas unsur-unsur politik. Draft ini nanti akan dilaksanakan atau dilanjutkan oleh pelaksana kebijkan selanjutnya. Jadi, tidak perlu diadakan kajian kembali dan penentuan kebijakan serta rencana baru lagi.

Kisah Sukses Vietnam

Melirik dari negara tetangga, Vietnam berhasil memaksimalkan terkait energi surya. Keberhasilan ini tercapai berkat kebijakan -- kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah Vietnam. Pada 6 April 2020, Perdana Menteri Vietnam mengeluarkan Keputusan No. 13/2020/QD-TTg (Keputusan 13) tentang insentif yang digunakan untuk mendorong pengembangan energi surya. Dari kebijakan ini, pemerintah Vietnam berhasil menarik perhatian para Investor dengan mekanisme baru bagi para investor -- investor tersebut.

Yang paling menarik dari Keputusan 13 yaitu terletak pada aspek perpanjangan feed-in tariff. Dimana pemerintah Vietnam dalam feed-in tariff ini, masa waktu yang ditawarkan lebih lama atau diperpanjang selama 20 tahun dari commercial operation date. Feed-in tariff sendiri adalah sebuah mekanisme kebijakan yang sepenuhnya mengatur tentang kontrak dari proyek energi terbarukan. Sedangkan commercial operation date memiliki artian sebagai waktu dimulainya sistem operasi dalam seluruh rangkaian secara komersil untuk menghasilkan produk.

Akses informasi yang sangat mudah diperoleh menjadi kunci mengapa Vietnam berhasil dalam pengembangan PLTS. Hal ini disebabkan karena pemerintah Vietnam memberikan kemudahan informasi bagi para penyedia jasa pemasangan PLTS dan juga banyaknya kampanye penggunaan PLTS yang terjadi. Sehingga mampu menyebabkan ketertarikan dan pembelajaran sendiri bagi setiap masyarakatnya. Pemerintah Vietnam juga memberikan akses platform yang dapat diakses oleh setiap masyarakatnya guna untuk menyebarkan kabar menarik terkait PLTS mereka.

Memang langkah ini efektif? Karena memang sudah bukan saatnya hanya mengandalkan pemerintah saja dalam memberikan pengetahuan. Masyarakat juga harus turut banyak mengambil bagian di era yang sekarang. Semakin kesini, terlebih di Indonesia yang kondisi masyarakatnya akan lebih mudah terpengaruh ketika yang memberikan informasi berasal dari kalangan mereka sendiri.

Perlu diperhatikan, Vietnam berhasil seperti itu karena mampu mengeluarkan kebijakan yang cocok dan sesuai dengan kondisi mereka. Komitmen Vietnam pun harus menjadi highlight tersendiri bagi Indonesia. Oleh karena itu, seharusnya Indonesia dapat belajar dan menjadikan Vietnam sebagai contoh dalam pemanfaatan panel surya. Komitmen individu dan juga politik sangat diperlukan dalam membuat perencanaan strategi yang tepat. Hal yang perlu dititik beratkan adalah bagaimana cara yang paling tepat agar dapat menarik perhatian dari investor. Tentu dengan situasi dan keadaan yang sedang terjadi di Indonesia.

Peran Mahasiswa

Selain bergantung pada pemerintah, mahasiswa dan masyarakat menjadi sebuah obyek penting dalam pembangunan EBT. Terlebih mahasiswa, memiliki kewajiban dalam membantu mencerdaskan kehidupan bangsa. Memang benar, EBT memiliki banyak manfaat semisal berhasil diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Namun tidak bisa dipungkiri, dalam pengembangannya banyak kendala yang siap menghadang.

Nilai pengembangan yang tidak sedikit untuk memenuhi segala infrastruktur menjadi salah satu kendala yang sangat nyata dihadapi sekarang. Namun kita semua harus setuju, kalau bahwasannya di luar harga yang mahal, EBT menyimpan sejumlah manfaat didalamnya. Oleh karena itu perlu ada hal-hal yang harus dijelaskan kepada masyarakat. Mahasiswa harus menjadi agent terdepan dalam hal memberikan pemahaman dan contoh kepada masyarakat. Pemahaman yang merata ke setiap kalangan masyarakat, akan menimbulkan ketertarikan untuk penggunaan EBT

Ketertarikan masyarakat yang besar akan menjadi landasan dalam pembentukan pasar. Ketertarikan yang besar akan berbanding lurus dengan permintaan pengadaan PLTS atau pengembangan EBT lainnya. Ketika pasar sudah terbentuk atau market size sudah ada, maka bukan menjadi alasan lagi buat investor menolak malkukan investasi EBT di Indonesia.

Mahasiswa dapat berperan banyak dalam pemberian pemahaman akan EBT dan PLTS. Banyak media dan platform yang dapat dimaksimalkan dalam penyebaran informasi. Diharapkan nantinya akan banyak mahasiswa berkontribusi. Semakin banyak, maka akan semakin cepat untuk membangun iklim positif terkait EBT. Baik dengan pemberian pemahaman secara langsung, atau dengan menggunakan platform digital.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun