Mohon tunggu...
Muhammad Dziban
Muhammad Dziban Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

suka baca dan nulis tapi malas aja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dendang Senja di Puncak Bukit

13 Desember 2023   09:08 Diperbarui: 13 Desember 2023   09:15 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suatu sore yang damai, langit senja menyapa dengan warna jingga dan ungu di ufuk barat. Angin sepoi-sepoi berbisik di antara rerumputan dan pepohonan yang berdiri kokoh di puncak bukit. Di tengah hening senja itu, terdengarlah suara lembut dari seorang gadis bernama Maya.

Maya adalah seorang pemuda desa yang tinggal di kaki bukit. Dia memiliki kebiasaan unik: setiap hari senja, dia naik ke puncak bukit untuk menyanyikan lagu-lagu tradisional nenek moyangnya. Menurut legenda, suara merdu Maya memiliki kekuatan untuk memanggil hujan dan menyuburkan tanah. Namun, tak banyak yang percaya pada keajaiban itu.

Suatu hari, ketika Maya sedang menyanyikan lagu kesayangannya, seorang pemuda bernama Arka, yang baru saja pindah ke desa itu, tanpa sengaja mendengar suara indah Maya. Dia terpesona dan mengikuti suara itu hingga sampai di puncak bukit. Arka tercengang melihat keindahan pemandangan dan mendengar alunan suara Maya.

Maya terkejut melihat seseorang datang, namun senyum hangatnya memecahkan kecanggungan. Arka pun ikut duduk di samping Maya, dan mereka pun mulai berbicara. Arka bercerita tentang kehidupannya yang baru di desa itu, sementara Maya bercerita tentang warisan budaya dan kepercayaan nenek moyangnya.

Seiring berjalannya waktu, Maya dan Arka semakin dekat. Mereka sering naik ke puncak bukit bersama, menikmati senja yang indah sambil mendengarkan dendang Maya. Desa itu pun menjadi saksi bisu dari hubungan yang tumbuh di antara mereka.

Namun, suatu hari, angin membawa kabar bahwa desa itu akan mengalami musim kemarau yang panjang. Tanah menjadi kering, dan air semakin langka. Penduduk desa mulai khawatir, dan kepercayaan pada keajaiban suara Maya pun mulai memudar.

Maya merasa bertanggung jawab untuk membantu desanya. Dia dan Arka mencari cara untuk membawa hujan, meskipun itu hanya mitos. Mereka mengadakan upacara di puncak bukit, memohon agar langit memberikan hujan. Suara mereka bersatu dalam doa yang penuh harapan.

Beberapa hari kemudian, keajaiban terjadi. Hujan turun dengan lebatnya, menyuburkan tanah yang kering. Desa itu dipenuhi kebahagiaan, dan penduduknya bersyukur pada Maya dan Arka. Kepercayaan pada keajaiban suara Maya kembali tumbuh, dan cerita tentang mereka menjadi legenda di desa itu.

Maya dan Arka tetap bersama, terus menyanyikan lagu-lagu tradisional di puncak bukit. Suara mereka menjadi simbol harapan dan kekuatan cinta yang dapat mengatasi segala tantangan. Dendang senja di puncak bukit pun menjadi warisan yang abadi, mengingatkan semua orang akan kekuatan keajaiban dan kebersamaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun