Tinjauan Hukum atas Transformasi Digital dalam Sektor Perbankan Â
Transformasi digital dalam sektor perbankan merupakan salah satu perkembangan signifikan yang mengubah cara institusi keuangan beroperasi dan memberikan layanan kepada masyarakat. Proses ini melibatkan adopsi teknologi modern, seperti aplikasi perbankan digital, kecerdasan buatan (AI), big data, dan blockchain, yang bertujuan meningkatkan efisiensi, kecepatan layanan, dan pengalaman nasabah. Namun, transformasi ini juga menghadirkan tantangan hukum yang harus diatasi agar operasional tetap berjalan sesuai regulasi. Â
 1. Kerangka Hukum Perbankan Digital di IndonesiaÂ
Kerangka hukum perbankan digital di Indonesia diatur melalui sejumlah regulasi, seperti:Â Â
- UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK): OJK memiliki kewenangan mengawasi dan mengatur layanan perbankan digital. Â
- UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE): Mengatur penggunaan teknologi informasi dalam layanan keuangan, termasuk aspek keamanan data dan transaksi elektronik. Â
- POJK No. 12/POJK.03/2018 tentang Penyelenggaraan Layanan Perbankan Digital oleh Bank Umum: Mengatur operasional layanan digital seperti mobile banking, internet banking, dan pembukaan rekening online. Â
2. Tantangan Hukum dalam Transformasi Digital PerbankanÂ
Meskipun mendukung inovasi, transformasi digital juga menghadirkan tantangan hukum, antara lain:Â Â
- Perlindungan Data Pribadi: Bank harus memastikan bahwa data nasabah dikelola dengan aman sesuai dengan UU No. 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP). Pelanggaran terhadap aturan ini dapat mengakibatkan sanksi pidana dan administratif. Â
- Keamanan Siber: Risiko serangan siber, seperti peretasan dan pencurian data, memerlukan penguatan regulasi terkait sistem keamanan digital. Â
- Transaksi Lintas Batas: Layanan perbankan digital sering kali melibatkan transaksi internasional yang memerlukan sinkronisasi hukum dengan negara lain. Â
- Kepatuhan terhadap Anti-Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT): Sistem digital harus mampu mendeteksi transaksi mencurigakan untuk mencegah tindak pidana tersebut. Â
3. Peran Regulator dalam Menyikapi Transformasi Digital Â
OJK, Bank Indonesia (BI), dan instansi lainnya memiliki peran penting dalam mendukung dan mengawasi transformasi digital perbankan. Â
- Penerbitan Regulasi Progresif: Regulator harus mengimbangi inovasi dengan regulasi yang adaptif tanpa menghambat perkembangan teknologi. Â
- Peningkatan Edukasi dan Kesadaran: Regulator perlu memastikan bahwa masyarakat memahami risiko layanan digital, seperti penipuan online. Â
- Kolaborasi dengan Industri Teknologi: Pemerintah dapat bermitra dengan perusahaan teknologi untuk menciptakan ekosistem yang aman dan terintegrasi. Â
4. Solusi dan Rekomendasi Â
Untuk memastikan transformasi digital berjalan sesuai hukum, diperlukan langkah-langkah berikut:Â Â
- Audit Sistem Secara Berkala: Bank harus melakukan evaluasi berkala terhadap infrastruktur teknologi dan kepatuhan hukum. Â
- Penguatan Literasi Digital: Baik untuk pegawai bank maupun nasabah, literasi digital sangat penting untuk meminimalkan risiko kejahatan siber. Â
- Pembaruan Regulasi: Regulasi perlu terus diperbarui agar relevan dengan perkembangan teknologi terkini. Â
 PenutupÂ
Transformasi digital di sektor perbankan adalah keniscayaan yang mendukung efisiensi dan inovasi. Namun, implementasinya harus dibarengi dengan penguatan regulasi hukum yang melindungi semua pihak, termasuk bank, nasabah, dan pemerintah. Dengan pendekatan hukum yang adaptif dan kolaboratif, transformasi digital dapat menjadi motor penggerak kemajuan sektor perbankan di Indonesia. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H