Mohon tunggu...
MUHAMMAD ZAKY ASRORI
MUHAMMAD ZAKY ASRORI Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

manners maketh man

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kontroversi RUU Kontrasepsi

10 September 2024   20:32 Diperbarui: 10 September 2024   20:41 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

RUU Kontrasepsi 2024: Upaya Edukasi atau Pemicu Kontroversi?

Pada tahun 2024, pemerintah Indonesia merilis Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 yang menjadi pusat perdebatan publik. Salah satu poin yang paling kontroversial dalam aturan ini adalah Pasal 103, yang mengatur tentang edukasi kesehatan reproduksi serta penyediaan alat kontrasepsi bagi pelajar dan remaja. Tujuan utama dari peraturan ini adalah meningkatkan kesadaran remaja mengenai kesehatan reproduksi serta mencegah perilaku seksual berisiko.

Isi dan Tujuan Peraturan

Pasal 103 dari PP Kesehatan 2024 secara eksplisit mengatur bahwa remaja dan pelajar harus mendapatkan komunikasi, informasi, serta edukasi tentang kesehatan reproduksi. Edukasi ini mencakup berbagai topik, seperti sistem reproduksi, perilaku seksual berisiko, cara menjaga kesehatan reproduksi, serta perlindungan diri dari hubungan seksual yang tidak diinginkan. Salah satu aspek yang menjadi perhatian adalah penyediaan alat kontrasepsi dalam layanan kesehatan reproduksi(

tirto.id

).

Tujuan dari aturan ini adalah memberikan perlindungan yang lebih baik bagi remaja dengan memberikan akses ke informasi yang memadai serta alat untuk melindungi diri mereka dari risiko penyakit menular seksual dan kehamilan di luar nikah. Menurut pemerintah, langkah ini merupakan bagian dari strategi untuk mengurangi angka kehamilan remaja yang tinggi serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi.

Pro dan Kontra

Di balik niat baik pemerintah, kebijakan ini menimbulkan perdebatan yang luas. Di satu sisi, para pendukung kebijakan berargumen bahwa akses terhadap informasi dan alat kontrasepsi adalah hak setiap individu, termasuk remaja. Dengan edukasi yang baik, mereka percaya remaja akan lebih mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab terkait kesehatan reproduksi mereka. Dalam konteks ini, penyediaan kontrasepsi dilihat sebagai langkah preventif untuk mencegah dampak negatif dari perilaku seksual yang tidak aman, seperti kehamilan di usia muda atau infeksi menular seksual.

Namun, di sisi lain, ada kekhawatiran dari kelompok konservatif yang menilai bahwa penyediaan kontrasepsi bagi remaja dapat mendorong perilaku seksual yang terlalu dini. Mereka khawatir bahwa langkah ini justru akan memberikan kesan bahwa hubungan seksual di kalangan remaja adalah hal yang dapat diterima secara sosial, sehingga melonggarkan norma-norma moral yang ada.

Selain itu, beberapa pihak juga mengkritik implementasi aturan ini yang dinilai kurang tepat sasaran. Mereka mempertanyakan bagaimana pemerintah akan memastikan bahwa kontrasepsi diberikan kepada remaja dengan cara yang bertanggung jawab dan tidak sembarangan. Pertanyaan mengenai kesiapan sistem pendidikan dalam memberikan edukasi kesehatan reproduksi secara menyeluruh juga menjadi bahan diskusi penting.

Tantangan ke Depan

Meskipun perdebatan terus berlanjut, kebijakan terkait penyediaan kontrasepsi bagi remaja ini menyoroti pentingnya keseimbangan antara edukasi dan etika. Pemerintah perlu memastikan bahwa kebijakan ini diimplementasikan dengan pendekatan yang bijaksana, termasuk melibatkan berbagai pihak dalam memberikan edukasi kesehatan reproduksi. Kerja sama dengan orang tua, guru, dan lembaga kesehatan sangat penting untuk memastikan bahwa pesan yang disampaikan tidak disalahartikan.

Di masa depan, penting bagi semua pihak untuk terus mengevaluasi dampak kebijakan ini. Apakah benar-benar mampu menurunkan angka kehamilan remaja, atau justru menciptakan masalah baru dalam masyarakat? Edukasi yang komprehensif dan didukung oleh informasi yang tepat akan menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ini.

Dengan kebijakan ini, pemerintah berharap dapat mengatasi masalah kesehatan reproduksi di kalangan remaja, meskipun perdebatan terkait etika dan implementasi masih berlangsung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun