Mohon tunggu...
Muhammad Zaki Fathullah
Muhammad Zaki Fathullah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar/Mahasiswa

Bocah Desa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Karam

28 Juni 2023   08:11 Diperbarui: 28 Juni 2023   08:53 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Berdebat boleh saja Dik. Asal sesuai tempat dan keadaan. Perlu diingat Dik, debat itu mengeraskan hati. Jika Dik memerhatikan di layar Tv, orang-orang yang sering debat di layar kaca itu, adakah diantara mereka yang mempunyai hati yang lembut? Jika debat sudah menguasai jiwa, maka siapapun yang memberikan Dikukan, maka akan terpental dengan sepontan. Layaknya pribahasa Madura "padena aing ojhen geggher ka bhelling, nampes". 

Kedua, berjuanglah, tapi jangan lupa beristirahat. Jika Dik Kikim punya keinginan, perjuangkan Dik. Tapi jika Dik merasa lelah, istirahatlah. Jangan paksakan jika sudah lelah. Hal itu bukannya membuat yang Dik Kikim capai, tapi malah bisa membuat semuanya hancur berantakan. Kebugaran tubuh juga diperlukan dalam setiap hal.

Coba renungkan saat Dik Kikim masih SD, SMP dan SMA. Tujuan sekolah selama itu tak lain hanyalah lulus dan ijazah. Meskipun ilmu juga sangat penting daripada dua hal itu. Tapi apakah selama 6 jam Dik sekolah, apakah disekolah Dik Kikim hanya duduk saja belajar tanpa melakukan kegiatan lainnya? Tentunya tidak kan Dik? Dik Kikim juga butuh istirahat, makan, bermain bersama teman yang lain, atau bahkan Dik Kikim sesekali pernah menggoda Fatimah putri bapak Sadrun itu kan. Lain lagi liburan tiap minggunya. Tak mungkin selama satu bulan, satu semester, atau satu tahun Dik Kikim hanya sekolah terus tanpa ada jeda buat istirahat. Itu semuanya merupakan rangkaian hidup Dik. Bekerjalah, tapi jika engkau lelah istirahatlah bukan lalu menyerah.

Tidak Dik, hidup itu tidak kejam. Hidup itu tak sejahat yang Dik Kikim rasakan sekarang. Bisa saja masalah apapun yang Dik Kikim hadapi sekarang adalah suatu rangkaian surprise dari Tuhan Semesta Alam yang telah dipersiapkan. Jika Dik Kikim berhasil melewati ujian-Nya, maka Dik Kikim layak mendapatkan hadiah yang telah Dia persiapkan. Percayalah Dik, Dia adalah Dzat Yang Maha Memberikan Kejutan kepada hamba yang dikehendaki-Nya dan meskipun hamba-Nya kadang tak menduganya Dik.

Ketiga, Kun Anta. Jadilah diri Dik Kikim sendiri. Jangan memaksakan diri menjadi orang lain. Kita kadang sibuk dengan haluan fana kehidupan orang lain yang kita rasa mereka lebih beruntung daripada kita. Coba sesekali tanya kepada orang yang kita anggap lebih beruntung daripada kita; uangmu ada? Siapa yang memberikan orang tuamu uang untuk kau belanjakan sekarang? Apakah orang tuamu sehat? Apakah orang tuamu sedang bekerja dibawah tekanan orang lain? Dan seterusnya. Menjadi diri sendiri penting. Kau lebih leluasa untuk memetik bintang yang jauh disana tanpa ada batasan dari siapapun. Belajar dari orang lain penting. Tapi jadi diri sendiri itu jauh lebih penting.

Kita hanya bisa mengambil ibrah dari orang lain, mengikuti kiat-kiat hidupnya, cara buat sukses seperti mereka, tapi bukan malah menjadi sepertinya. Aku tak bisa menjadi Dik Kikim, dan sebaliknya. Kita mempunyai alis yang sama, tapi model dan lekungan yang berbeda. Tak usah sibukkan diri berpenampilan seperti teman-teman yang lain. Ingat hidup tak selucu itu. Maulana Jalaluddin Rumi pernah berkata:

Jika kau dapat bertemu dengan Jati dirimu meski hanya sekali, 

maka rahasia dari segala rahasia akan terbuka bagimu. 

Wajah dari Yang Maha Tersembunyi, 

yang ada di luar alam semesta ini, 

akan nampak pada cermin persepsimu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun