Belakangan ini jagat media sosial Indonesia dihebohkan dengan beredarnya video wanita paruh baya yang memaki hingga berkata kasar kepada lawan bicaranya, tak hanya satu tapi dua kejadian sekaligus di waktu yang hampir bersamaan.Â
Video pertama berisi makian seorang ibu kepada kurir pengantar paket lantaran tak terima paket yang diterimanya dianggap tak sesuai dengan apa yang diharapkan. Video lainnya berisi tentang makian seorang wanita yang hendak pergi liburan kepada petugas polisi karena disuruh putar balik.
Kedua video tersebut memiliki konteks yang tak jauh berbeda, berisi makian kepada lawan bicara yang saat itu sedang menjalankan tugas. Padahal saat menjalankan tugas, tentu orang tersebut menjalankan tugasnya berdasarkan Standar Operasional yang ada. Lantas kenapa hal ini bisa terjadi di negara yang terkenal dengan keramahannya?
Kebebasan berpendapat dan masifnya perkembangan sosial media bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan hal ini terjadi. Oleh karena itu sebagai manusia yang hidup di masa ini, kita tak hanya dituntut untuk memahami perkembangan teknologi. Tapi juga harus memahami bagaimana menggunakan teknologi secara bijak sehingga kejadian seperti yang disebutkan sebelumnya tak lagi terjadi. Dan identitas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang ramah tak hanya menjadi sejarah belaka.
Sebagai mahasiswa jurusan komunikasi Unissula, maka fenomena ini akan coba dibahas dalam perspektif komunikasi. Dalam perspektif komunikasi hal ini terjadi karena adanya kegagalan komunikasi. Kegagalan komunikasi bisa terjadi karena adanya perbedaan penafsiran makna antara komunikator dan komunikan atas suatu hal. Hal ini dapat berupa objek, pikiran, ide atau konsep (makna referensial), hubungan istilah dengan konsep lain dan perbedaan penafsiran lambang (makna intensional).
Kegagalan komunikasi juga bisa dipengaruhi oleh perbedaan latar belakang dan kondisi psikologi antara pihak komunikator dan komunikan. Orang yang memiliki ego tinggi biasanya memiliki kecenderungan untuk sulit mendengarkan orang lain karena selalu berpikir bahwa ia benar. Padahal komunikasi hanya bisa berjalan bila dua pihak sama-sama terlibat dan saling memahami dan orang dengan ego tinggi tentu kesulitan untuk mendengarkan apa yang lawan bicaranya inginkan.
Faktor lain yang menjadi penyebab kegagalan komunikasi adalah persepsi negatif. Saat seseorang sudah memiliki pandangan negatif kepada orang lain, biasanya apa pun yang dilakukan oleh orang tersebut akan terlihat buruk. Hingga tak jarang orang yang memiliki pandangan negatif cenderung mengabaikan komunikasi yang dilakukan oleh lawan bicaranya.
Selain kedua faktor diatas, orang yang tidak percaya diri juga cenderung mengalami kegagalan komunikasi. Orang-orang akan lebih tertarik berkomunikasi dengan seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang baik sehingga bisa membawa diri pada situasi yang tepat dan tidak merusak suasana seperti yang dilakukan oleh orang yang tidak memiliki kepercayaam diri.
Faktor selanjutnya yang bisa menyebabkan kegagalan komunikasi adalah perbedaan bahasa. Orang sunda yang berbicara bahasa sunda tentu akan kesulitan untuk menjawab pertanyaan yang menggunakan bahasa jawa begitu pun sebaliknya. Selain itu orang yang sehari-hari menggunakan bahasa lembut dan sopan akan merasa tidak nyaman saat berkomunikasi dengan orang yang berbicara kasar dan tanpa menyaring bahasa yang digunakan.
Tentu hal tersebut hanyalah sebagian kecil faktor yang menjadi penyebab gagalnya komunikasi. Masih banyak faktor yang bisa menjadi penyebab kegagalan komunikasi. Namun dari faktor yang telah disebutkan diatas terdapat beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menghindari kegagalan komunikasi. Diantaranya adalah mengelola emosi sehingga dapat menurunkan ego, memandang dunia dengan lebih positif, membangun kepercayaan diri dan memahami bahwa dalam berkomunikasi diperlukan etika komunikasi yang akan menjadi pagar penahan untuk berkomunikasi secara membabi buta tanpa memepertimbangkan lawan bicara atau pun hukum yang berlaku.
Mari menjadi orang Indonesia yang berbudaya Indonesia dengan berbicara dan berperilaku sesuai dengan identitas kita, menjadi smart people di era smart gadget itu bukan hal yang sulit kok.