Mohon tunggu...
Muhammad ZainalIbad
Muhammad ZainalIbad Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota ITERA

Minat pada perencanaan transportasi, perencanaan kota, pengelolaan perkotaan, dan politik perkotaan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kriminalitas Anak dan Remaja: Salah Siapa?

9 Oktober 2023   08:37 Diperbarui: 9 Oktober 2023   09:26 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasianer, kita tak bisa mengabaikan fakta bahwa peristiwa kekerasan antar sesama murid semakin sering terjadi di berbagai penjuru tanah air, termasuk salah satunya di Cilacap. Meskipun kejadian seperti ini sulit dipahami, yang lebih mengkhawatirkan adalah ketika seorang siswa menganiaya seorang guru dengan menggunakan senjata tajam, hingga melukai mereka dengan parah. Hal ini membawa kita pada pertanyaan yang mendalam: bagaimana kita bisa menekan angka kriminalitas oleh anak dan remaja? Apa hukuman yang pantas dan dapat membuat pelaku jera? Mari kita telaah masalah ini dari sudut pandang keluarga, guru, dan masyarakat.

Dalam hal ini, peran keluarga sangat penting. Keluarga adalah tempat pertama dan terutama di mana karakter dan nilai-nilai moral dibentuk. Orang tua harus aktif terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka, mendidik mereka tentang pentingnya empati, rasa hormat, dan penyelesaian konflik yang damai. Selain itu, pemantauan penggunaan media sosial dan kontrol terhadap akses anak-anak terhadap konten berbahaya juga harus diperhatikan. Keluarga juga harus memberikan contoh perilaku positif agar anak-anak dapat belajar dari mereka.

Di sisi pendidikan, guru memiliki peran besar dalam membentuk kepribadian siswa. Pelatihan guru dalam mengatasi perilaku agresif dan konflik harus ditingkatkan. Selain itu, pembinaan dan pendekatan psikologis perlu diterapkan untuk membantu siswa yang mungkin mengalami masalah emosional atau psikologis. Pendidikan karakter yang kuat juga harus menjadi bagian integral dari kurikulum sekolah, mengajarkan nilai-nilai seperti toleransi, keadilan, dan tanggung jawab.

Peran masyarakat juga sangat signifikan. Program-program sosialisasi tentang dampak negatif kekerasan harus digalakkan. Sekolah, keluarga, dan masyarakat harus berkolaborasi untuk membentuk lingkungan yang aman dan peduli. Keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan sosial dan olahraga dapat membantu mengalihkan perhatian anak-anak dari perilaku negatif.

Namun, dalam hal hukuman, kita juga harus berpikir tentang pendekatan rehabilitatif. Menghukum pelaku dengan hukuman yang berat mungkin akan menciptakan rasa dendam dan tidak akan membantu mereka berubah. Sebaliknya, program rehabilitasi seperti konseling, pendampingan, dan pelatihan keterampilan sosial dapat membantu pelaku memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan membimbing mereka menuju perubahan yang positif.

Melangkah lebih jauh, kita perlu menggali lebih dalam lagi untuk memahami akar masalah dan mencari solusi yang lebih spesifik.

Dari perspektif keluarga, komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak sangat penting. Orang tua harus memastikan bahwa anak-anak merasa nyaman berbicara tentang masalah mereka dan mendapatkan dukungan emosional. Mengenali perubahan perilaku anak juga bisa menjadi indikator awal jika ada sesuatu yang salah. Jika ditemukan tanda-tanda kekerasan atau perilaku agresif, langkah-langkah seperti konseling keluarga atau dukungan psikologis dapat sangat membantu.

Dari perspektif guru, peningkatan pengawasan di sekolah dan pelatihan dalam mendeteksi tanda-tanda bahaya dapat membantu mencegah insiden kekerasan. Lingkungan sekolah yang aman dan inklusif juga harus dipromosikan, di mana setiap siswa merasa diterima dan dihargai. Guru harus memiliki sarana dan dukungan yang cukup untuk mengatasi masalah perilaku siswa dengan bijaksana dan efektif.

Dari perspektif masyarakat, penting untuk mendorong kampanye anti-kekerasan dan program pendidikan yang mengajarkan pemahaman, empati, dan toleransi. Mengadakan lokakarya dan seminar tentang konflik dan penyelesaian konflik yang damai dapat membantu membentuk budaya perdamaian. Selain itu, melibatkan anak-anak dan remaja dalam kegiatan-kegiatan positif seperti olahraga, seni, atau sukarelawan juga dapat membantu mengarahkan energi mereka ke hal-hal yang positif.

Dalam menentukan hukuman yang pantas, kita harus mempertimbangkan berbagai faktor, seperti usia pelaku, keadaan psikologis mereka, dan seriusnya tindakan kekerasan. Hukuman seharusnya tidak hanya berfokus pada hukuman fisik atau pemisahan sosial, tetapi juga memberikan peluang bagi pemulihan dan perubahan perilaku. Program rehabilitasi yang disesuaikan dengan kebutuhan pelaku dapat menjadi solusi yang lebih efektif daripada hukuman keras.

Dengan kerjasama yang kuat antara keluarga, guru, dan masyarakat, serta dengan pendekatan yang seimbang antara pencegahan, pendidikan, dan hukuman, kita dapat berharap untuk mengurangi angka kriminalitas anak dan remaja. Ini adalah tanggung jawab kita bersama untuk menciptakan lingkungan di mana generasi muda kita dapat tumbuh dan berkembang dengan damai, menjadikan masa depan yang lebih baik bagi mereka dan masyarakat secara keseluruhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun