Mohon tunggu...
Muhammad Yusup Khan
Muhammad Yusup Khan Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa Sastra Indonesia

Berkuliah di Universitas Pamulang

Selanjutnya

Tutup

Seni

Pementasan Teater Kalaanagata Lakon MahKota

3 Juli 2023   00:34 Diperbarui: 3 Juli 2023   00:38 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : diambil yusup

Mahkota merupakan judul lakon dari teater kalaanagata yang merupakan pementasan dari mahasiswa semester 6 universitas pamulang. Mahkota tampil pada perhelatan tahunan yang diadakan oleh mahasiswa semester 6 yang di namakan Drawata (Drama Warisan Tahunan).

Pada kali kini Drawata sudah memasuki tahun ke 4. Yang dimana pada tahun ke 4 ini Drawata bertemakan "8 Kolaborasi Rengkarnasi Era Mati" yang di adakan pada tanggal 22 juni sampai 25 juni 2023 kemarin. Yang dimana dalam perhelatan tersebut ada 8 teater yang tampil dengan berbagai macam lakon. Salah satunya yaitu lakon Mahkota dari teater kalaanagata.

Mahkota sendiri menceritakan tentang seorang remaja bernama Deniz. Deniz merupakan siswi SMA yang sering dikira anak ROHIS (Rohani Islam) karena ia menggunakan ciput atau dalaman kerudung. Menuntut ilmu di sekolah negeri memang harus memiliki rasa toleransi tinggi. Tapi, siswi yang menutup rambutnya dengan ciput belum tentu ia adalah wanita yang dekat dengan agamanya. Bisa jadi karena ia tidak bisa menggunakan hijab dengan rapih jika tidak menggunakan ciput. 

Penampilannya memang tidak mencerminkan anak dari keluarga Islam dengan para anggota keluarganya yang mengenakan pakaian tertutup dan mengharamkan penggunaan celana saat bepergian. Deniz hanya gadis biasa yang berasal dari keluarga biasa pula. 

Keluarganya bukan termasuk golongan kelompok fanatik Islam. Tidak ada silsilah keluarga pemuka agama yang tersohor dalam keluarga Deniz. Fatma Hamzah, ibunda Deniz tidak pernah menuntut anaknya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan sekolah Islam atau menjadi perempuan yang begitu agamis. Baginya menjalankan rukun Islam dengan sungguh-sungguh dan menutup auratnya sesuai syariat agama saja sudah hal yang cukup untuk ia syukuri.

Melihat dari make up yang di terapkan pada pemain merupakan meke up yang memiliki konsep realis. Begitu pula dengan kostum yang di gunakan cukup menggambarkan pada kehidupan aslinya.
Pesan singkay yang bisa diambil dari cerita mahkota ialah pandangan atau stereotip berpakayan seseorang yang harus di hilangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun