Mohon tunggu...
Muhammad Yusup Khan
Muhammad Yusup Khan Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa Sastra Indonesia

Berkuliah di Universitas Pamulang

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Penyuntingan: Kesalahan Penulisan Pada Artikel Media Online

20 November 2022   01:21 Diperbarui: 20 November 2022   02:19 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam sebuah karya tulisan yang akan dipublikasi, penyuntingan merupakan hal yang perlu untuk kita lakukan. Penyuntingan dilakukan untuk mengidentifikasi dan membenarkan kesalahan penulisan yang ada pada bahasa Indonesia dalam sebuah karya tulis yang kita buat. 

Penulis dan penyunting sendiri merupakan dua orang yang berbeda, tugas dari seorang penyunting yaitu untuk membenarkan kesalahan yang ada pada tulisan, seperti pada kesalahan tanda baca, ejaan, morfologi, semantik, dan sintaksis.

Walaupun karya tulisan itu sudah dipublikasi, pada kenyataannya penggunaan bahasa Indonesia dalam penulisan masih sering saja ditemukan kesalahan. Kesalahan yang sering ditemukan dalam sebuah karya tulisan biasanya yaitu dalam bentuk ejaan dan juga dalam bentuk prefiks. 

Kesalahan dalam penulisan bisa terjadi karena beberapa faktor yang kita alami, yaitu seperti kurangnya penguasaan penulisan ejaan dalam berbahasa, kurang ketelitian dalam menulis, dan juga ke terburu-buruan dalam menulis.

Pada kali ini saya akan penyunting sebuah artikel yang ada pada media Kompasiana yang berjudul mengenal legenda kota Tangerang, pendekar Cisadane. Kesalahan yang saya temukan pada artikel tersebut berupa kesalahan dalam ejaan dan juga kesalahan pada prefiks. 

Kesalahan dalam ejaan yang digunakan secara tidak benar dapat menyebabkan sejumlah masalah. Kesalahan ini dapat menyebabkan pembaca mengalami kesalahan  dalam pemahaman, seperti penggunaan tanda titik atau koma, dan juga tipografi.

Pada nyatanya, artikel yang saya akan sunting masih banyak kesalahan dalam penulisan. Pada tulisannya masih kurang pemahaman mengenai kaidah penulisan kebahasaan yang ada. 

Berdasarkan data kesalahan yang saya temukan pada artikel ini terdapat beberapa kesalahan penulisan ejaan dan juga prefiks. Kesalahan tersebut berupa tipografi dan penggunaan kata depan "di-".

 Berikut beberapa data kesalahan penulisan ejaan dan prefiks yang ada dalam penulisan artikel pada media kompasiana yang berjudul mengenal legenda kota Tangerang, pendekar Cisadane.

Gambar oleh penulis
Gambar oleh penulis

Gambar oleh penulis
Gambar oleh penulis

Kesalahan penggunaan ejaan tipografi

Data diatas merupakan kalimat-kalimat yang masih salah dalam penulisan ejaannya, karena belum sesuai dengan PUEBI. 

Data 1, kesalahan ada pada penulisan nama yang seharusnya itu menggunakan huruf "n" pada bagian belakang nama, jadi yang benar adalah Nyimas Gamparan. 

Data 2, kesalahan ada pada penulisan kata yang seharusnya menggunakan huruf "d" pada akhiran kata wujud, jadi yang benar adalah berwujudkan. 

Data 3, kesalahan juga terlihat pada penggunaan kata, kesalahan tersebut karena menggunakan huruf "i" pada tengah kata yang mengakibatkan kesalahan pemaknaan. Seharusnya menggunakan huruf "u", jadi yang benar siluman. 

Data 4, kesalahan terlihat juga adanya pengurangan satu huruf yaitu huruf "h" yang seharusnya adalah tahu. Data 5, kesalahan terlihat pada penggunaan kata yang seharusnya adalah kisahnya yang dimana kesalahan terlihat karena adanya huruf "n" yang seharusnya huruf "h".

Kesalahan penggunaan prefiks di-

Data diatas merupakan kalimat-kalimat yang masih salah dalam penulisan prefiks "di-", karena belum sesuai dengan PUEBI. Data 1, kata yang seharusnya adalah dipergunakan, awalan "di-" tersambung dengan kata terusan. 

Data 2,  kata yang seharusnya adalah dikenal awalan "di-" tersambung dengan kata terusan. Data 3, kata yang seharusnya adalah digunakan awalan "di-" tersambung dengan kata terusan. Data 4, kata yang seharusnya adalah dijuluki awalan "di" tersambung dengan kata terusan.

Kesalahan ejaan dapat kita antisipasi dengan berbagai cara. Salah satunya adalah mendapatkan pengalaman mengedit artikel untuk publikasi. Seorang editor perlu waspada terhadap kesalahan yang ada, harus memiliki keberanian untuk menerima tanggung jawab atas kesalahan yang diperbaiki. Sumber pedoman yang dipegang oleh penyunting harus PUEBI atau aturan yang terbaru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun