Sebuah buku berjudul guru sejati Hasyim asyiari pendiri pesantren tebu ireng yang mengakhiri era kejayaan kebo ireng dan kebo kicak. Karya Masyamsul Huda, buku ini terbit pada tahun 2014, setelah Masyamsul Huda menulis buku manunggaling dewa ahmad dhani, dan kalau saat ini di cek di good reads saat ini guru sejati karya Masyamsul Huda dengan rating terbaik setelah buku pertamanya manunggaling dewa ahmad dhani di terbitkan pada 2006.
Buku guru sejati Hasyim asyari pendiri pesantren tebu ireng yang mengakhiri era kejayaan kebo ireng dan kebo kicak, menceritakan sejarah berdirinya pondok pesantren, dan juga sejarah pada awal berdirinya pabrik gula cukir yang ada di dusun tebu ireng desa cukir kecamatan diwek kabupaten jombang.
Buku ini disusun berdasrkan catatan catatan sejarah dan informasi dari keturunan langsung tokoh tokoh yang terlibat dalam kejadian, kisah ini mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi di masa masa perjuangan melawan penjajah dan kerusakan moral. Buku ini mengungkap fakta fakta tersembunyi dari sejarah berdirinya pondok pesantren tebu ireng.
Masyamsul huda menyampaikan bahwa buku ini dibuat sebagai rujukan dari buku mengenang 100 tahun pondok pesantren tebu ireng karya KH Ishom Hadzik yang juga merupakan cucu dari KH Hasyim Asyari. Masyamsul Huda berkeyakinan bahwa buku yang ditulis oleh KH Ishom Hadzik tersebut telah dilakukan melalui penyeleksian referensi yang valid dari berbagai sumber literatur tentang Hadratus Syaikh Hasyim Asyari. Masyamsul Huda berkeyakinan bahwa buku tersebut memiliki keakuratan yang cukup baik disbanding buku buku lain yang pernah terbit.
Tentang penulis
Masyamsul Huda lahir pada tanggal 10 juli 1965 di tebu ireng, cukir, kecamatan diwek, kabupaten jombang, anak ke enam dari delapan bersaudara dari H. Ahmad Riyadi (1925) dan Z. Fatimah (1938 -- 2000) yang mengawali karir sebagai staf keuangan majalah tebu ireng (1988 -- 2000), promotor musik, menulis buku manunggaling dewa 19 ahmad dhani, aktif di Gerakan 98, wakil sekertaris nadhlatul ulama DKI Jakarta, dan penasihat hukum di beberapa perusahaan di Jakarta.
Sebagian sumber informasi untuk menulis buku didapat dari orang tuannya sendiri yang adalah cucu sakiban (penghuni dan pemilik pertama tanah tebu ireng), dari anak ke 2 H. Abdul Hadi dan masyarakat sekitar tebu ireng.
Masyamsul tinggal di Jakarta Bersama keluarganya.
Sinopsis
Tadinya, dusun Sumoyono adalah perkampungan asri. Masyarakat hidup tentram, para santri belajar dengan tenang. Namun semua berubah ketika pemerintah hindia belanda mendirikan pabrik gula cukir. Dampaknya adalah kemerosotan moral dan terjun bebasnya standar hidup masyarakat desa sumoyono, dan menyebabkan terjadinya pertempuran berdarah  antara surontanu dengan kebo kicak.
Sakiban, seorang dalang terkenal dan tokoh yang dihormati, memutuskan harus dilakukan sesuatu demi memerangi maksiat dan memperbaiki tatanan masyarakat. Tekadnya bersambut Ketika takdir memutuskan untuk mempertemukannya dengan seseorang berkharisma, seorang yang diharapkan sakiban mampu memperbaiki keadaan, seseorang yang disebutnya sebagai guru sejati.