Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Ansori
Muhammad Yusuf Ansori Mohon Tunggu... Petani - Mari berkontribusi untuk negeri.

Bertani, Beternak, Menulis dan Menggambar Menjadi Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiga Generasi di Bawah Satu Atap Plus Kawanan Domba

24 Juni 2024   06:46 Diperbarui: 27 Juni 2024   19:56 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pola demikian masih kami jalankan. Dalam rumah, tinggal nenek, ayah, ibu dan anak-anak ditambah kawanan domba yang dipelihara selayaknya bagian dari keluarga.

Di desa kami, tidak banyak keluarga yang menjalani pola demikian. Sebagian besar, tidak lagi memelihara domba karena kekurangan lahan untuk membangun kandang. Lagipula, banyak anak muda di desa memilih untuk merantau ke kota dan meninggalkan tanah kelahirannya.

Bisa dikatakan, keluarga kami masih tertinggal dalam hal gaya dan cara menjalani kehidupan. Apa yang kami lakukan merupakan sesuatu yang telah dijalani banyak orang di berbagai penjuru dunia. Sesuatu yang tidak lagi menarik bagi sebagian orang karena masih dianggap tidak bisa menyesuaikan tuntutan zaman.

Mungkin, di belahan negara lain pola seperti ini pun tidak lagi dilakukan banyak orang. Sebagaimana tampak di dalam gambar, seorang kakek di Turkiye masih menggembala domba. Mungkin juga keluarga di Arabia melakukan hal yang sama. Tampaknya, tidak jauh berbeda dengan Amerika.

Di sela ratusan ekor makhluk berbulu, ada sosok yang telah lama menemani mereka. Bisa jadi, domba-domba itu menemaninya sejak bayi, remaja kemudian beranak pinak. Berulang, hingga tidak menyadari jika waktu pun berlalu.

Foto: dokpri.
Foto: dokpri.

Tinggal bersama orang tua memang tidak lagi menjadi tradisi di desa kami. Entah karena perubahan persepsi atau karena tuntutan profesi, anak-anak bersikeras meninggalkan orang tuanya di kampung. 

Andaikan harus tinggal satu atap, tentu karena keterpaksaan. Bisa saja, keinginan terbesarnya adalah memiliki kehidupan sendiri. Apa daya, belum memiliki rumah menjadi alasan utama masih satu atap dengan orang tua. 

Tuntutan keluarga dan budaya untuk bisa lepas dari ikatan dengan orang tua. Wajar, generasi sebelumnya mengharuskan demikian. Membentuk budaya yang memaksa anak untuk menjauh dari sosok yang melahirkan dan membesarkannya. Lagipula, orang tua pun tidak keberatan jika harus hidup jauh dari anak dan cucunya. Toh, mereka pun akan menengoknya jikalau Lebaran dan liburan.

Keinginan untuk hidup mandiri memang hal yang baik. Wajar jika sang anak ingin segera berpisah dengan orang tuanya. Kalau bisa, pergi jauh mengarungi lautan mencari sesuatu yang baru demi  sebuah pengalaman. Hal yang tidak bisa ditemui di kampung halaman.

Pemikiran demikian sulit terlaksana apabila suatu keluarga memiliki kawanan domba. Karena kawanan domba mengikat para pengembala. Suara mereka yang meminta diberi rumput tidak mungkin ditinggalkan begitu saja. Menjadi alasan untuk tidak meninggalkan para orang tua sekaligus menemaninya untuk sekedar mencairkan suasana. Menemani keduanya di kala usia senja.

Memang, tidak semua anak sanggup melestarikan pola demikian. Tergoda untuk mencari sesuatu yang "besar" di luar sana.

Tidaklah mengherankan apabila seorang kakek masih berjalan di pematang sawah. Sekedar mencari rumput atau menengok lahan garapan. Kakek tersebut tidak bisa mengandalkan anak dan cucu yang telah hidup jauh darinya. Mereka sudah lama pergi ke kota demi mencari penghidupan.

Sebuah pemandangan yang lumrah di berbagai daerah. Tidak ada lagi suara domba mengembik di pagi hari. Perlahan, kawanan domba itu tidak lagi melahirkan keturunan. Bahkan, lahan pengembalaan pun berubah menjadi perumahan. 

Mau bagaimana lagi, kebutuhan zaman menjadi sebuah tuntutan.

----------

Bahan bacaan:

Garis Besar Sejarah Amerika, Departemen Luar Negeri AS, 2004.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun