Saya heran ketika berjalan kaki mesti menjadi kegiatan yang dikampanyekan. Padahal, hal tersebut menjadi keseharian.
***
Dalam acara bincang di Youtube, seorang penyanyi dan pelakon, Tika Panggabean mengenakan kaos bertuliskan "jalan kaki yuk!" Sepertinya tulisan tersebut dimaksudkan agar penonton memiliki kesadaran jika berjalan kaki merupakan hal penting.
Ajakan tersebut malah menimbulkan pertanyaan dalam batin saya, "buat apa mengajak orang untuk berjalan kaki, bukankah itu kegiatan sehari-hari?"
Pertanyaan demikian timbul dari saya karena sehari-hari berjalan kaki ketika berkegiatan. Mencari rumput di pematang sawah, tentu saja mengharuskan berjalan kaki. Menggembalakan domba pun berjalan kaki. Bahkan untuk sekedar menuju lahan pesawahan pun mesti berjalan kaki karena jauh dari permukiman.
Namun, keheranan saya mendapat sedikit jawaban. Ketika memperhatikan kebiasaan banyak orang dalam menjalani keseharian.
Karyawan kerah putih di perkantoran tentu saja tidak berjalan kaki karena nyaris seharian duduk di kursi. Pedagang di pasar menghabiskan energi untuk berbicara kala melayani pembeli. Berbeda dengan kami para petani, jalan kaki bukan "olahraga" tetapi "terpaksa".
Ah, lama-lama saya mengerti kenapa berjalan kaki memang penting untuk dikampanyekan.
Budaya yang lambat laun berubah karena pengaruh zaman turut serta mengubah kebiasaan warga. Diantara kita memisahkan terlampau tegas antara kegiatan bekerja versus berolahraga. Bahkan, dalam perspektif sebagian orang, berolahraga harus dilakukan dengan gaya dan dalam momen yang berbeda.
Menggerakkan kaki pun mesti berbaju trendi. Hanya bersedia melakukannya di kala minggu pagi. Paling banter masuk gelanggang olahraga karena teman sebaya melakukan hal yang sama.