Jika Anda melihat dua foto yang diunggah, ada sesuatu yang menarik perhatian saya.Â
Foto 1 yang memperlihatkan suasana perkebunan dimana dua orang yang "diduga" mandor menggunakan pakaian rapih serba putih.Â
Kemudian membandingkannya dengan foto 2 yang memperlihatkan karyawan kantoran yang menggunakan pakaian serba kasual, tidak bisa dibedakan dengan pakaian untuk "nongkrong".
Bagi Anda, mungkin hal demikian tidak terlalu penting. Namun, bagi saya terasa penting karena kondisi ini agak mengejutkan atau setidaknya mengherankan.
Kami, di pedesaan masih memiliki persepsi jika pekerjaan yang menggunakan baju rapih dan bersih merupakan profesi dambaan. Entah disadari atau tidak, kami mewarisi persepsi ini sejak lahir dari para orang tua. Saya pun masih diarahkan pada profesi serba formal dengan pakaian "necis".
Apabila memperhatikan dua foto ini, saya heran ketika bekerja di perkebunan pun harus berbaju putih. Demi menegaskan strata jabatan di perusahaan. Harus dibedakan antara pengawas/pemilik perkebunan dengan para kuli yang mengaduk-aduk tanah.
Namun, saya juga heran ketika ada kantor yang memperbolehkan karyawannya berpakaian kasual. Saya jadi berpikir, apakah pakaian serba necis yang selama ini saya persepsikan telah berubah? Apakah masih ada perusahaan yang mengharuskan pegawainya berpakaian serba rapih?
Mungkin, tidak semua perusahaan di ibu kota memperbolehkan karyawannya berpakaian serba kasual. Ada alasan mendasar ketika pimpinan perusahaan mengharuskan dia dan karyawannya berpakaian serba formal. Setidaknya, berkemeja putih, celana pantalon dan sepatu pantofel.
***