Saya tipe orang yang tidak memiliki motifasi membanggakan orang tua. Anda tidak usah bertanya-tanya kenapa demikian. Ataupun, protes karena berbeda dengan anda yang memiliki motifasi membanggakan orang tua.
Saya mulai menyadari hal demikian, ketika menginjak usia dewasa. Diingat-ingat lagi, ternyata itu terjadi sejak anak-anak bahkan berlanjut hingga remaja.
Mungkin anda akan menilai saya sebagai anak "tidak tahu terima kasih" atau lebih parah lagi dianggap sebagai "anak durhaka". Â Menganggap anak yang tidak berniat membanggakan orang tua disebut sebagai anak yang tidak berbakti.
Eits, tunggu dulu.
Membanggakan orang tua berbeda dengan berbakti kepada orang tua.
Hingga kini, saya sendiri sulit menemukan definisi membanggakan orang tua. Apa yang membuat orang tua saya bangga? Kebanggan seperti apa yang diharapkan oleh orang tua?
Jawabannya bisa berbeda pada setiap orang. Sangat personal.
Ada orang yang ingin mendapatkan pujian orang tuanya. Mungkin saja merasa senang ketika disebut-sebut pada acara keluarga ataupun pertemuan bisnis ibu-bapanya. Memajang foto prestasi di media sosial bahkan dipajang di dinding ruang tamu sehingga menjadi buah bibir.
Itu hak setiap orang. Saya menghormati orang-orang yang masih termotivasi dengan hal demikian. Tidak ada yang salah dengan membanggakan orang tua.
Namun, ketahuilah jika tidak semua anak ingin membanggakan orang tuanya. Ada alasan yang seharusnya dimengerti oleh orang banyak.