Di rumah kami, tersedia banyak perkakas. Ada palu hingga bor bermesin listrik. Hanya saja, semua itu menjadi benda-benda yang teronggok di sudut ruangan. Tak berguna.
Ketika tidak ada ide dan inisiatif, sumberdaya yang ada tidak akan menjadi apa-apa. Kegunaannya dianggap tidak ada. Padahal, jelas nyata latar belakang benda-benda itu hadir di dunia.
Memang benar ide akan berbuah ketika terwujud nyata. Namun, ide pun sama berharganya dengan karya yang sudah terpampang nyata. Kenyataannya, sumberdaya yang ada di tengah kita berawal dari sebuah ide.
Ide yang ditambah dengan inisiatif untuk mewujudkannya maka berbuah karya nyata. Â Apakah ide itu berguna atau menghasilkan uang, menjadi langkah selanjutnya setelah khalayak tahu jika ide yang dimaksud terkomunikasikan.
Memang, mengkomunikasikan ide banyak caranya. Bisa dibicarakan, digambarkan atau bahkan dicontohkan. Saya memilih yang terakhir, karena budaya kami "mengharuskan" berpikir jika ide di atas kertas sama dengan kurang berharganya dengan kertas itu sendiri.
Misalnya, saya memiliki ide untuk membuat meja lipat, maka membuatnya dan menunjukkannya. Tentu dengan sumberdaya yang ada, agar tidak berbenturan dengan biaya. Setelah jadi, betapa mudah mengkomunikasikan kegunaan dari ide yang dipikirkan.
Alhasil, tidak perlu terjadi perdebatan yang tidak berkesudahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H