Jika anda pengusaha yang masih bertanya-tanya kenapa karyawannya banyak bicara ketika bekerja, mungkin tulisan ini bisa memberikan penjelasan. Apalagi, jika anda investor dari luar negeri kemudian mendapati jika karyawan di sini suka sekali ngobrol ketika bekerja.
Perlu dipahami, apabila karyawan anda berasal dari daerah pedesaan. Sudah menjadi kebiasaan jika kami bekerja sambil bercengkrama.
Bayangkan keaadan di pedesaan yang minim kebisingan. Ibu-ibu pergi ke sawah atau kebun untuk bercocok tanam. Jika musim tanam tiba, para ibu beramai-ramai pergi ke sawah dan ladang. Embun tidak menghalangi kaki untuk melangkah. Kabut tidak menghalangi mata untuk terus memandang ke depan.
Tentu saja, karena minim kebisingan maka para ibu terpikat untuk meniru para burung. Berkicau tanpa henti ketika pagi. Ketika tangan memegang alat pertanian, mulut masih asyik membicarakan kelakuan tetangga yang tidak tahu etika.
Apabila waktu makan tiba, maka mulut tak akan berhenti bicara. Ketika mengunyah pun mulut masih tetap bersuara. Tidak mau kalah nyaring dengan hembusan angin yang menerpa dedaunan.
Hal yang dibicarakan tentu saja bukan masalah yang ada di depan mata. Bukan pula masalah negara yang jauh dari jangkauannya. Di depan mata, suasananya "begitu-begitu saja" dan nyaris membosankan. Pola alami kehidupan di persawahan atau perkebunan sudah dapat ditebak bagaimana awal dan akhirnya.
Karena suasana yang kurang dinamis itulah, manusia desa, mewarnai hari dengan obrolan yang membawa suasana harmonis. Kerinduan pada "kebisingan" itu tetap ada. Walaupun dengan kadar seperlunya saja.
***
Tidak jauh beda dengan ibu-ibu, bapa-bapa yang bekerja di tempat lain juga begitu. Misalkan, anda berkunjung ke suatu desa. Mendapati ada pembangunan rumah atau pembangunan irigasi.
Tidak usah heran jika bapa-bapa berteriak ketika sedang bekerja. Mungkin hanya teriakan meledek temannya atau sekedar bercanda. Jika tidak mengeluarkan suara, bibir rasanya gatal untuk bergetar. Hanya sebatang roko yang bisa membungkam mulut bapa-bapa.