Ilustrasi sederhana itu menjadi pemandangan lumrah di desa seantero pulau Jawa. Termasuk di desa kami. Alhasil, upah minimum regional bisa ditekan ke angka yang lebih "masuk akal" bagi pengusaha.
Apa yang saya saksikan hari ini sudah ditulis dalam buku Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan puluhan tahun lalu. Dimana Perang Dunia baru usai dan negara miskin mulai berpikir membangun negerinya.
Nah, ketika kita ramai-ramai membangun sektor non-padi maka sebaiknya jangan lupa kami; orang-orang yang menyiangi pesawahan. Bekerja di bawah terik mentari.Â
Buat kami, budaya menanam padi masih dianggap modal budaya bagi pembangunan  itu sendiri. Andaikan bisa, kebiasaan menanam padi ini didaftarkan ke Unesco sebagai warisan budaya tak benda.
Karena, darinya masyarakat bisa memenuhi kebutuhan. Berbagai kebutuhan sekaligus, kebutuhan dasar fisik, kenyamanan sekaligus aktualisasi diri.
Dengannya, kedekatan manusia dengan makhluk hidup lain bisa terjalin. Di dekat pesawahan, koloni burung terbentuk.Â
Binatang mamalia hingga melata mendapatkan sumber makanannya. Warga pelaku industri tidak perlu jauh untuk sekedar menghilangkan kepenatan karena hijaunya pesawahan menyajikan keindahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H