Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Ansori
Muhammad Yusuf Ansori Mohon Tunggu... Petani - Mari berkontribusi untuk negeri.

Bertani, Beternak, Menulis dan Menggambar Menjadi Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Segera Tatap Muka karena Sekolah Bukan Hanya Transfer Ilmu

24 Agustus 2021   06:05 Diperbarui: 24 Agustus 2021   06:19 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Bertemu guru bukan hanya tentang transfer ilmu. Meskipun Google menawarkan banyak ilmu-pengetahuan tetapi dia tidak menawarkan nilai-nilai kebaikan.

Saya mencoba mengamati fenomena ini dari kacamata sebagai warga yang ikut 'pusing' dengan pembelajaran daring. Setelah sekian lama mengamati, sekolah tanpa tatap muka ini ternyata menyisakan sisi gelap yang perlu segera diterangi.

Dalam kegiatan pembelajaran, guru menjadi sosok penting dimana menjadi agen pembangunan yang akan meyiapkan generasi selanjutnya. Ketika tidak terjalin komunikasi yang baik di tengah pembelajaran, ternyata ada juga anak dan remaja yang mengalami 'kebingungan' menentukan orientasi belajar.

Guru bukan hanya memberi kita ilmu tetapi juga mentransfer budaya, etika hingga bagaimana menghadapi realita. Dan, proses itu tidak bisa dilakukan dengan cara jarak jauh (online).

Berita gembira pada yang rindu pada guru. Ketika bertemu muka sudah semestinya, karena layar datar tidak sanggup menggantikan makhluk bernyawa dan berakal-budi.

Meskipun aplikasi belajar daring menawarkan banyak cara untuk memahami ilmu, tetapi tidak menawarkan cara untuk memahami realita. Pemahaman tentang banyak hal tidak seperti menghitung angka, bukan logis matematis. Pemahaman perlu imbuhan filosofi, budaya juga bentang alam sebagai penunjang kehidupan.

***

Pelajar yang satu generasi dengan saya, mungkin masih memiliki persepsi jika sekolah semata-mata "mencari ilmu". Sekarang, ilmu itu yang datang ke hadapan kita. Dari ilmu formal hingga pengetahuan yang didapatkan di pinggir jalan.

Persepsi berubah 180 karena Google membantu memudahkan "mencari ilmu". Maka,  belajar pun bukan lagi bagaimana mengumpulkan ilmu sebanyak yang disanggupi otak kita.

Nilai-nilai kehidupan yang dianggap "serasi" dengan masa kini dipilah oleh manusia berpengetahuan dan sekaligus memiliki intuisi. Google tidak bisa. Bagi komputer, budaya Barat dan Timur sama saja. Kesopanan ala Amerika sama saja dengan Sunda dst..

Pemilahan itu begitu penting ketika anak dan remaja disuguhkan informasi yang terlampau banyak. Ya, informasi sulit disaring ketika daring. Guru laksana agen intelejen yang berhak mengatakan mana yang layak dan tidak layak.

Dan, tentu saja guru tidak bisa menilai kecerdasan anak dengan angka-angka semata. Kalau begitu, tidak berbeda dengan algoritma komputer yang menilai manusia berdasarkan pola bukan pada norma ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun