Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Ansori
Muhammad Yusuf Ansori Mohon Tunggu... Petani - Mari berkontribusi untuk negeri.

Bertani, Beternak, Menulis dan Menggambar Menjadi Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Citra Barat di Era Keterbukaan Informasi, Masih Unggulkah?

10 Februari 2021   21:04 Diperbarui: 11 Februari 2021   05:31 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika saya sering mempublikasikan kegiatan keseharian di perdesaan, itu bukan hanya tentang keinginan eksistensi diri. Di era keterbukaan informasi, semua orang berhak untuk mendapatkan informasi yang dia butuhkan. Dan, informasi sederhana sekalipun berhak untuk didapatkannya.

***

Saya pernah menulis artikel tentang kegiatan sekawanan burung yang sering melintas di depan rumah. Ini bukan hanya tentang menyiarkan apa yang telah terjadi dalam kehidupan pribadi saya. Tetapi, saya hanya mencoba berkontribusi untuk "menyeimbangkan informasi".

Sejak kecil, saya sering dicekoki dengan informasi yang menggambarkan kemajuan peradaban Barat dan ajakan untuk menirunya. Dan, lambat laun saya mulai "melupakan" pengetahuan tentang desa kami sendiri.

Imaji saya tentang kemajuan selalu tertuju pada negara-negara Barat. Dan, bukan hanya teknologi yang berusaha untuk ditiru. Filsafat, etika dan pengetahuan sosiohumaniora dari Barat "selalu" dijadikan rujukan. Seakan sumber pengetahuan lokal menjadi tidak relevan dengan zaman.

Sejak dini kita sudah diperkenalkan dengan mitologi Yunani. Sudah dewasa diperkenalkan dengan  demokrasi dan hak azasi.

Amerika senantiasa dijadikan rujukan untuk menegakan demokrasi. Saat ini, negeri itu mengalami krisis demokrasi yang sangat parah. Gedung Kongres sebagai perlambang demokrasi diserang oleh sekelompok "teroris domestik". 

Nah, ketika demokrasi Amerika terlihat "menjijikan" begitu saya jadi bertanya-tanya apakah Barat harus selalu menjadi rujukan dalam usaha membangun peradaban?

***

Dahulu, saya minim sekali informasi tentang belahan dunia lain. Makanya, ketika membutuhkan model untuk sebuah kemajuan peradaban senantiasa mengacu pada Barat. Bahkan tidak terpikirkan untuk mencari sumber rujukan lain.

Namun, ketika informasi sudah sangat berlimpah rujukan pun tidak selalu tertuju pada Barat. Google memberikan pilihan lebih dari cukup untuk mencari sumber rujukan.

Untuk beberapa hal, Bhutan atau Nepal pun bisa menjadi sumber rujukan. Saat ini, kita tidak buta akan kondisi permukaan dunia. Lucunya, kegagahan Barat menjadi "biasa saja" ketika dibandingkan dengan kebersahajaan masyarakat Timur.

Menurut saya, ungkapan yang mengatakan _siapa yang menguasai informasi maka dia yang berkuasa_ sudah tidak relevan lagi. Untuk saat ini, orang yang bisa memilah informasi maka dia akan "berkuasa", minimal berkuasa untuk dirinya sendiri.

(Dari berbagai sumber)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun