Saya suka kebingungan dengan perbincangan orang di media massa, media sosial atau para tetangga kalau membicarakan sikap kita pada investor asing. Sebenarnya, kita ini membuka diri pada mereka atau menolak mereka atau setengah terbuka?
Ketidakjelasan kita pada investor asing bukan hanya membuat si investor enggan menanamkan modalnya di negeri ini. Tetapi, juga membuat warga yang ada di dalam negeri menjadi terbelah dua. Ada yang terang-terangan membuka karpet merah atas kedatangan para investor. Tetapi, tentu saja ada yang berteriak menolak demi menjaga kedaulatan.
Mungkin, sikap menolak atau menerima ini juga berawal dari sikap kita yang tidak siap menerapkan apa yang telah kita sepakati sejak awal. Yakni, kita sepakat untuk tidak menjadikan negeri ini negara Komunis.
Terang-terangan kita berteriak untuk menolak komunisme. Tetapi masih banyak yang malu-malu untuk menerima para Kapitalis.
Kita kan bukan Korea Utara yang serba menutup diri. Tapi, kenapa kemudahan investasi malah kita anggap melanggar kedaulatan? Bukankah kita sudah terbiasa dengan campur baur modal asing?
Saya pikir, kita belum benar-benar siap berdiri sama tinggi dengan masyarakat dunia. Ketakutan kita akan investasi asing memperburuk keadaan bahkan memperlihatkan ketidakmampuan kita menjaga apa yang kita punya.
Saya ilustrasikan, jika seorang tuan rumah takut ada tamu yang berkunjung ke rumahnya dengan alasan hartanya takut dirampas.
Maka, si tuan rumah itu melakukan banyak proteksi demi menjaga harta miliknya. Tapi, lambat laun dia dikucilkan para tetangga karena tidak mau bergaul dan saling bertukar keuntungan.
Maaf kalau analogi saya terlalu sederhana. Tetapi, sikap waspada pada harta pribadi bukan berarti mengusir orang yang sama-sama ingin mencari keuntungan. Ingat, kita hanya sama-sama menggerakan ekonomi. Jika Anda merasa investor asing sebagai penjajahan model baru, lalu Anda maunya bagaimana?
Ingat, kalau merasa mampu tanpa campur tangan asing, maka buktikan. Mengurus Sungai Ciliwung saja kita tidak sanggup, maka sanggupkah mengurus alam Indonesia yang begitu luas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H