Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Ansori
Muhammad Yusuf Ansori Mohon Tunggu... Petani - Mari berkontribusi untuk negeri.

Bertani, Beternak, Menulis dan Menggambar Menjadi Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lomba Tujuhbelasan, Berlomba untuk Maju

15 Agustus 2020   05:59 Diperbarui: 15 Agustus 2020   05:55 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan di kota Adeleid, Australia. (Foto: safitri.blogspot.com)

Perlombaan sesuatu yang baik adanya. Secara mental kita menjadi terpacu untuk menjadi yang terbaik. Sayangnya, terkadang menjadi yang terbaik hanya ada dalam lomba bukan dalam kehidupan nyata.

Menjadikan Indonesia Nyaman untuk Ditinggali

Saya suka memperhatikan betapa kita sebagai manusia Indonesia belum merasa berlomba untuk menjadi yang terbaik di dunia. Memang, mengejar ketertinggalan dari bangsa lain bukan perkara mudah, tetapi perasaan itu pun nampaknya tidak ada dalam jiwa sebagian warga.

Hal yang sering terlihat adalah bagaimana warga enggan untuk menjadikan lingkungannya jadi tempat yang nyaman untuk ditinggali. Sampah berserakan dimana-mana, ketidakteraturan menjadi pemandangan keseharian.

Saya tidak terlalu muluk-muluk berharap Indonesia bisa mengirim pesawat antariksa dalam waktu dekat, tetapi saya sangat berharap Indonesia menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali. Alam Indonesia yang indah sudah tidak bisa dibanggakan lagi jika warganya tidak bisa menjaga dan menjadikannya lebih asri.

Harapan untuk membuat Indonesia bangsa besar tidak usah berlomba untuk sama dengan bangsa lain. Mari kita berlomba untuk membuat negeri ini menjadi negeri yang punya citra baik. Saya sendiri terlalu lelah pikiran bila melihat ketidaknyamanan dimana-mana.

Citra kota-kota di Indonesia dengan sanitasi buruk, citra desa-desa yang alamnya mulai rusak. Bencana melanda bukan semata karena kehendak Yang Kuasa tetapi jelas sebagai ulah manusia.

Pemandangan di kota Adeleid, Australia. (Foto: safitri.blogspot.com)
Pemandangan di kota Adeleid, Australia. (Foto: safitri.blogspot.com)
Saya sendiri tidak tahu caranya bagaimana menanamkan ke dalam pikiran manusia Indonesia agar terpatri jika negerinya harus menjadi negeri yang nyaman untuk ditinggali. Sumpek, apakah harus merasakan itu dulu untuk paham bahwa kenyamanan itu perlu. Sebagaimana orang-orang Eropa harus mengalami kepadatan penduduk dan instabilitas sosial dimasa lalu.

Saya pikir Indonesia tidak harus mengalami masa dimana 'ledakan' jumlah penduduk malah membuat  tidak nyaman. Penduduk Indonesia yang banyak adalah pemberian Tuhan, tinggal bagaimana kita menjadikan ini anugerah bukan musibah.

Terkadang, saya ingin sekali berpindah kewarganegaraan ke Australia atau negara manapun dimana negaranya menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali di planet bumi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun