Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Ansori
Muhammad Yusuf Ansori Mohon Tunggu... Petani - Mari berkontribusi untuk negeri.

Bertani, Beternak, Menulis dan Menggambar Menjadi Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Tren Bekerja di Rumah, Berawal dari Belajar di Rumah

20 Maret 2020   06:13 Diperbarui: 20 Maret 2020   15:55 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tren bekerja di rumah nampaknya akan terus berlanjut malah semakin meluas. Apalagi jika adik-adik kita saat ini, sudah terbiasa belajar dari rumah nampaknya akan terbiasa juga bekerja di rumah. 

Saya pikir, himbauan untuk belajar di rumah  malah menjadi pijakan dasar untuk menyesuaikan cara belajar kita selama ini. Karena, bekerja pun bisa dilakukan di rumah.

Belajar di rumah, bukan PR sebagaimana pelajaran tambahan yang selama ini dipahami. Belajar di rumah, bisa berarti juga kalau apa yang dilakukan dirumah adalah sebuah pelajaran.

Pemikiran ini timbul ketika saya mendengar keluhan Ibu-ibu di kampung saya karena anak gadisnya sudah tidak bisa lagi membantu membereskan rumah dan mengasuh adiknya. Padahal, itu adalah kebiasaan para ibu  itu dahulu ketika masih seusia anaknya.

Bagi saya, ini semacam evaluasi atas sistem belajar anak-anak Indonesia yang semakin "terpusat di sekolah". Pelajaran orang tua di rumah, nampaknya tidak menjadi hal utama lagi karena tidak masuk "buku raport".

Jika dahulu saya sekolah hanya sampai tengah hari, anak sekarang di sekolah sampai sore hari. Datang ke rumah sudah kecapean, tidak ada energi untuk membantu pekerjaan orang tua.

Jika dahulu, saya ikut mencari rumput untuk ternak sehabis pulang sekolah. Maka, anak sekarang lebih nyaman dengan gajetnya. Para orang tua tidak tega untuk menyuruh ini-itu karena kelihatan sudah kecapean.

Menunggu akhir pekan untuk membantu Ibu-Bapa di sawah, tetapi kayaknya anak-anak lebih suka bermain sama temannya. Wajar, beberapa hari sebelumnya mereka kebanyakan 'terkurung' di sekolah.

***

Bukannya so' tahu, tetapi saya mencoba memahami hikmah dari kejadian yang sedang melanda negeri ini. Ketika keramaian tidak diperkenankan, bahkan di lembaga pendidikan maka  kita harus bisa mencari "alternatif" untuk mencapai tujuan kehidupan.

Bagi saya yang suka belajar di rumah, malah senang karena bisa mengeksplor banyak hal. Mulai dari membaca koleksi buku Bapa saya hingga belajar dari alam sekitar.

Namun, apabila anak tidak terbiasa belajar di rumahnya maka dia harus punya motifasi sendiri untuk itu.

Begitupun, ketika sudah dewasa nanti dia harus bisa memotifasi diri untuk bekerja di rumahnya sendiri. Dan, apabila tidak terbiasa beraktifitas di rumah maka jangan harap bisa menjadi pekerja rumahan.

Seperti yang saya sampaikan di atas, tren bekerja di rumah nampaknya akan semakin meluas karena faktor teknologi yang mendorong efisiensi. Untuk itu, sekolah harus "menyambut" tren ini.

Bisa jadi, bekerja di rumah bukan sekedar "pilihan" tetapi "keharusan". Apalagi bagi seorang perempuan, daripada berhenti bekerja karena melahirkan mending bekerja dari rumah. Kan, bisa online.

***

Tentu saja, cara kita bekerja di rumah berbeda dengan bekerja di kantor. Begitu pun cara belajar di rumah.

Tetapi, saya yakin setiap orang memiliki intuisi untuk bisa menyesuaikan diri dengan keadaan. Terpenting, bangkitkan motifasi pribadi maka bekerja ataupun belajar bisa dilakukan dimana saja.

Sumber:
bangka.tribunnews.com
republika.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun