Agnez Mo dengan kontroversinya justru menyadarkan kita bahwa manusia Indonesia harus menjadi bagian dari percaturan dunia. Sikap kita yang lebih sibuk dengan urusan dalam negeri "yang itu-itu saja" jangan sampai melupakan bahwa kita adalah 'warga dunia'.
Raga Masih Indonesia Jiwa Sudah Mendunia
Internet semestinya sudah bisa mengubah sikap kita yang begitu 'egois' seakan masalah hidupnya sendiri adalah paling berat. Energi kita sering terhabiskan hanya untuk memikirkan bagaimana memenuhi kebutuhan hidup diri pribadi.
Saya bisa tahu cara berpikir orang-orang yang berkutat dengan masalahnya sendiri jika melihat media sosial dipenuhi dengan curhatan dan umpatan. Maaf, kehidupan ternyata saling berkaitan dimana masalah pribadi tidak selesai begitu saja apabila kita pun tidak ada keinginan untuk ikut serta menyelesaikan masalah umum.
Contoh sederhana yang sering saya bahas adalah betapa kita tidak peduli pada menumpuknya sampah di tanah Indonesia yang katanya subur ini. Jadi, kita begitu bergairah untuk mencari nafkah demi kehidupan keluarga yang berlimpah sekaligus melahirkan masalah.
Lalu hubungannya dengan Agnez Mo?
Ya, pemikiran kita sudah semestinya tidak hanya 'sibuk meributkan kondisi diri sendiri' tetapi coba pikirkan banyak orang di muka bumi. Agnez Mo tidak hanya bicara panjang lebar bagaimana menghidupkan Indonesia tetapi dengan sebuah karya nyata.
Boleh saja kita mencaci-maki orang yang bicara "saya bukan orang Indonesia" tetapi kita pun harus bertanya pada diri sendiri "apa yang sudah kita lakukan untuk negeri ini?". Silakan Anda berbangga menjadi 'paling Indonesia' tetapi jangan sekedar kata-kata tetapi buktikan dengan menjaga dan memelihara peradabannya. Ya, kalau membangun belum bisa minimal bisa memeliharanya ...
Menjaga dan memelihara Indonesia tentu untuk menunjukan kepada dunia jika 'Indonesia ada' dan punya andil dalam percaturan dunia. Karena, akan terdengar omong kosong kalau orang Indonesia suka bicara banyak tentang kondisi negeri orang tetapi kondisi negerinya sendiri begitu 'mengerikan'.
Tidak Usah Menunggu Kaya untuk Diakui Dunia
Saya terinspirasi oleh Muhammad Yunus di Bangladesh dimana dia mendirikan Grameen Bank untuk memberdayakan kaum miskin di sana. Namanya begitu mendunia dan pola pemikirannya ditiru oleh banyak orang di berbagai belahan dunia.
Maksud saya, apakah kita harus menunggu menjadi bangsa yang makmur sejahtera untuk berkibar di dunia. Setahu saya, orang Cina pun tidak serta merta menjadi negeri raksasa sebelum mereka mendeklarasikan diri untuk menjadi bangsa yang diakui dunia.
Ya, pengakuan dunia. Itulah yang harus dicontoh dari Agnez Mo.
Namun, apakah dunia akan mengakui eksistensi bangsa Indonesia apabila kita terlampau banyak bicara tanpa aksi nyata?
Sumber:
Buku Bank Kaum Miskin oleh Muhammad Yunus
Buku Belajar Dari Cina oleh I Wibowo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H