Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Ansori
Muhammad Yusuf Ansori Mohon Tunggu... Petani - Mari berkontribusi untuk negeri.

Bertani, Beternak, Menulis dan Menggambar Menjadi Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Harga Pangan Mahal, Ciri Bangsa Kurang Bersyukur?

4 November 2019   06:18 Diperbarui: 4 November 2019   16:45 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sambutan Mentan Syhrul Yasin Limpo di Acara Peringatan Hari Pangan Sedunia di Sullawesi Tenggara (Sumber: antaranews.com)

Memalukan, lama-kelamaan bangsa ini menjadi  bangsa kerdil yang terlalu banyak berkutat dengan urusan perut. Seharusnya urusan makanan sudah terselesaikan kemudian kita bisa berpikir bagaimana terbang ke bulan ...

Saya berani menyatakan bahwa bangsa ini kurang bersyukur dan bangsa Amerika lebih banyak bersyukur. Bersyukur bukan hanya bicara "Alhamdulillah" tetapi juga bisa "memaksimalkan apa yang diberi Tuhan untuk kita".

Karena bangsa ini banyak menyia-nyiakan karunia Tuhan maka Dia pun mengganjar kita dengan kesulitan yang bertubi-tubi. Berawal dari masalah sepele yakni makanan.

Sampah berserakan dimana-mana. Menggunakan air dan tanah seenak saja karena dianggap barang 'murah'.

Kalau para ekonom berbicara tentang masalah impor pangan yang harus dihentikan, saya malah berpikir sebaliknya. Kita harus belajar banyak pada bangsa yang bisa mengekspor hasil pertaniannya hingga ke negeri "yang katanya agraris".

Kita mesti belajar hal yang filosofis terlebih dahulu sebelum hal teknis. Bagaimana Australia bisa mengekspor daging sapi hingga ke sini, Amerika bisa menjadi pemasok utama gandum dalam negeri,  bahkan Thailand bisa mengirim buah-buahan ke supermarket di kota-kota besar Indonesia.

Berhenti Bicara Produksi Pertanian Tetapi Bicara Bagaimana Memanfaatkan yang Ada

Ini masalah pola pikir. Kalau kita terus menganggap remeh masalah pangan dan tidak menganggapnya sebagai bentuk rasa syukur, maka teknologi pertanian tidak akan banyak berarti.

Lho, kenapa teknologi menjadi tidak berarti?

Ya, berdasarkan pengalaman saya masalah pangan dan pertanian adalah masalah yang berhubungan dengan faktor nonteknis. Entah bagaimana penjelasannya, terkadang masalah cuaca dan gejolak harga yang diluar kendali manusia justru lebih dominan mempengaruhi.

Kalau kita mau berpikir bagaimana memanfaatkan alam karunia Tuhan dengan bijaksana maka saya yakin Tuhan pun akan menganugerahkan kemurahan hatinya dengan pangan yang berlimpah.

Amin.

(Diolah dari berbagai sumber)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun