Lain cerita jika seorang Ulama rajin membangun maka dia menelorkan solusi akan masalah kesejahteraan yang melanda masyarakat. Kalau Ulama hanya bisa mengeluarkan dalil-dalil tanpa memberi solusi nyata maka saya pun mulai ragu akan kekuatan peran Ulama.
Dalam sinetron Dunia Terbalik di RCTI. Ada sesosok 'pemimpin spiritual' yang bernama Ustadz Kemed. Di cerita itu di gambarkan jika Ustadz Kemed adalah tokoh di Desa Ciraos. Desa itu terkenal sebagai "desa para TKW". Ya, dengan alasan adat-istiadat justru Ustadz Kemed ini melestarikan kebiasaan dimana para wanita berangkat ke berbagai begara menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW).
Lucunya, dia tidak berperan untuk menghapuskan adat ini. Biaya hidupnya sehari-hari hanya dari tabungan warisan dari istrinya _yang juga mantan TKW. Dia tidak berusaha menghapuskan tradisi itu, karena sudah 'nyaman' dengan posisi yang dimiliki.
Ustadz Kemed, pintar mengeluarkan dalil-dalil sebagai pembenaran. Untungnya, tokoh ini pun mendapat kehormatan dalam posisinya. Sang penulis cerita, tidak menjelekan atau menjelek-jelekan Si Ustadz sehingga kata-katanya masih didengar warga.
Begitulah, sebuah cerita rekaan. Juga menampilkan kenyataan jika masih ada tokoh agama yang tidak mau tahu kondisi sekitarnya.
Saya pikir, Ulama yang hanya pintar berdalil sebenarnya menutup diri dari situasi yang sebenarnya terjadi. Apakah dia berpikir bahwa ibadah itu hanya di masjid? Apakah dia berpikir kalau membangun masyarakat bukan termasuk ibadah.
Saya pun tidak akan banyak memberikan dalil ayat-ayat dalam tulisan ini. Hanya saja, saya berpikir jika sikap Ulama seperti ini _tidak solutif_ maka lama-lama saya tidak percaya lagi peran Ulama di tengah masyarakat.
Sikap enggan membangun ini malah mengokohkan Ulama pada kasta sosial yang spesial. Ulama hanya sebagai tempat meminta petuah dan obat spiritual. Kalau ada masalah aktual, maka Ulama hanya bisa mengeluarkan ceramah yang membosankan.
Budaya enggan membangun jelas menjalar ke banyak aspek. Apabila tidak ada yang membangun daerah, maka masalah-masalah dasar pun tidak bisa teratasi. Pendidikan, pangan hingga pemukiman bisa menjadi masalah besar dimana banyak yang masih kekurangan.
Hal yang saya khawatirkan adalah ketika investasi masuk ke desa-desa maka warganya hanya bisa menonton saja bukan menjadi pemain. Lucunya, kalau sudah ada yang marah kalau investasi asing masuk ke desa. Lah, orang desanya pada kemana?
Aa Gym, Sosok Ulama Pembangun