Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Ansori
Muhammad Yusuf Ansori Mohon Tunggu... Petani - Mari berkontribusi untuk negeri.

Bertani, Beternak, Menulis dan Menggambar Menjadi Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Petani, Antara Idealis dan Realistis

9 Mei 2019   21:24 Diperbarui: 9 Mei 2019   21:41 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti Jepang, Robot Menjadi Andalan

Karena sikap yang terlalu melihat masalah dengan cara yang idealistis, maka masalah regenerasi petani dianggap hal yang mengkhawatirkan. Padahal tidak. Lagian, kalau melihat masalah pertanian dengan kacamata akademisi hanya akan melahirkan pandangan 'kurang realistis'.

Maksud saya, Pemerintah tidak usah membuat program pelatihan anak muda untuk menjadi petani. Menurut saya, buat saja proyek percontohan bagaimana bertani menggunakan teknologi tinggi.

Pastinya, tanpa melibatkan banyak tenaga manusia. Bapak/Ibu para pemangku kepentingan jangan 'membuai' kami dengan slogan-slogan yang menyanjung profesi petani. Apabila profesi petani kurang diminati, karena tidak bergengsi, ya tingkatkan gengsinya dengan teknologi.

Saat ini, paradigma petani sebagai profesi tradisional yang berusia ratusan tahun masih ada dalam benak kami. Petani itu kepanasan, kotor dan bau badannya. Itu nyata dan tidak usah ditutup-tutupi. Sarjana pertanian saja tidak mau jadi petani apalagi anak kampung seperti kami ini.

Tolong, ubahlah pertanian di negeri ini menjadi industri. Investasi dalam jumlah yang besar. Jangan ragu untuk mengganti tenaga manusia dengan mesin. Kenapa? Karena kita ingin produktifitas meningkat.

Bayangan saya, petani tidak perlu banyak. Asalkan hartanya banyak, pasti masih ada yang siap menjadi petani.

Sarjana Pertanian, Hapuskan!

Negeri ini tidak butuh sarjana pertanian. Dunia pertanian itu butuh sarjana industrialis. Petani itu yang dipikirkan hanya masalah biologis. Ilmu itu sudah ada di buku!

Dunia pertanian perlu kaum muda yang berpikir bagaimana pertanian menjadi komoditas perindustrian yang bernilai jual. Maaf, kalau sarjana pertanian terus memikirkan hama dan penyakit tanaman, maka kapan dia punya waktu dan tenaga membangun industri pertanian.

Daripada meluluskan sarjana pertanian yang tidak mau jadi petani, mendingan hapus saja jurusan pertanian di kampus-kampus. Menurut saya, ganti saja dengan jurusan industri berbasis alam. Istilah apa yang tepat, saya tidak tahu. Tetapi, tidak usah membubuhkan istilah pertanian atau agrikultur. Justru, hal itu mengekang cara berpikir bahwa bertani dan industri menjadi hal yang kontradiksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun