Ketika sedang melakukan trip perjalanan wisata di Sumatera Barat rasanya tidak lengkap apabila tidak singgah ke kota Bukittinggi. Bukittinggi adalah sebuah kota kecil yang berada di kabupaten Agam. Â
Meskipun Bukittinggi adalah kota kecil, Bukittinggi merupakan kota yang padat penduduk. Tentu saja kita bertamasya bukan untuk melihat sebuah kota dengan penduduk yang padat. Alasan utama kita bertamasya tentunya untuk mengunjungi tempat-tempat ikonik di kota tersebut. Di Bukittinggi, terdapat sebuah menara jam yang menjadi landmark ikonik kota tersebut. Menara jam tersebut disebut dengan Jam Gadang.
Jam Gadang sendiri merupakan jantung dari kota Bukittinggi. Apabila orang-orang ditanyai mengenai kota Bukittinggi, maka jawaban yang terlintas pertama kali adalah Jam Gadang.
Jam Gadang adalah monument jam dengan 4 buah jam di setiap sisinya dengan diameter 80 cm. ukuran dasar jam gadang yaitu 6,5 x 10,5 meter dengan tinggi 26 meter ini memakan biaya pembuatan sekitar 3000 gulden yang mana pada saat itu terbilang sebagai angka yang fantastis. Jam Gadang ini dibangun sebagai hadiah dari Ratu Belanda kepada Rook Maker seorang sekretaris Fort de Kock. Batu pertama diletakkan oleh putra pertama Rook Maker. Pembuatannya tidak lah memakai besi atau pun semen, melainkan hanya campuran antara kapur, putih telur, dan pasir.
Mesin yang digunakan pada Jam Gadang merupakan mesin yang sama dengan yang ada di Big Ben (Inggris). Hal ini menjadikan nya unik karena mesin tersebut hanya diproduksi 2 buah di dunia ini.Â
Konstruksi Jam gadang ini dimulai pada tahun 1926 dan selesai pada tahun 1932 dan diselesaikan oleh arsitek Yazin Abidin Rajomangkuto dan Sutan Gigi Ameh.Â
Atap jam gadang pernah berubah mengikuti zaman pemerintahannya, yang pertama adalah atap dengan bentuk bulan dengan sebuah patung ayam jantan yang menghadap ke timur. Kemudian pada saat pemerintahan jepang, atap nya berubah menjadi bentuk pagoda. Pada saat Indonesia merdeka atap jam gadang berubah menjadi berbentuk gonjong yang menunjukkan lambang rumah gadang pada adat Minangkabau.
Dibalik sejarah singkat dibangunnya Jam Gadang, ada beberapa misteri mengenai Jam itu sendiri. Jika anda sudah pernah pergi ke Jam Gadang, mungkin anda dapat melihat keanehan yang ada di Jam tersebut. Yaitu adalah penulisan angka romawi IIII yang seharusnya ditulis IV.
1. Keseimbangan visual
King Louis XIV meminta seseorang untuk membuatkan jam untuknya, kemudian sang pembuat jam membuat jam sesuai dengan aturan angka romawi. Saat melihat angka IV King Louis merasa bahwa angka itu tidak seimbang dengan angka yang berada di seberangnya. Jadi King Louis meminta nya untuk diganti dengan IIII.
2. Angka IV berarti dewa
Harvey mengatakan bahwa IV merupakan singkatan dari dewa IVPPITER. Jadi apabila angka IV diletakkan di dalam jam bangsa romawi, maka jam itu akan bertuliskan 1,2,3, Dewa IVPPITER, 5 dan tentunya para bangsa romawi tidak ingin hal itu terjadi.
3. Bagi Belanda IV berarti "I Victory
Pada saat itu belanda juga berperan dalam pembangunan monument setinggi 26 meter itu menghindari penggunaan penggunaan angka IV yang berarti 'aku menang'. Belanda khawatir karena takut memicu pemberontakan untuk menantang penjajah. Karena Jam tersebut didatangkan langsung dari Belanda.
4. Angka IIII dibuat untuk mengenang orang yang telah gugur Ketika membangun Jam Gadang
Disebutkan bahwa Ketika membangun Jam Gadang ada 4 orang pekerja (tukang batu) yang meninggal karena kecelakaan kerja. Untuk mengenang hal tersebut, maka sengaja ditulis angka I berjajar 4 (IIII)
      Adapun misteri lain nya adalah lubang jepang yang dibuat Ketika masa penjajahan Jepang yang mana disaat itu tidak sempat terselesaikan karena Hiroshima dan Nagasaki di bom oleh sekutu. Disebutkan bahwa Lubang Jepang memhubungkan antara ngarai Sianok dan benteng Fort de Kock. Pada awalnya Lubang Jepang dibuat oleh Jepang sebagai kota bawah tanah dan sebagai markas perlindungan diri.
Diolah dari berbagai macam sumber.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI