Adik saya segera memegang "Si Yusuf" untuk dinaikkan ke mobil. Tapi tak mudah. Berkali-kali adik saya mencoba menaikkannya, si kambing berontak.
"Sabar dulu, Mas," kata sang tukang kambing mengambilalih, "bismillahirrahmaanirrahiim...Yusuf, Yusuf, ayo naik..."
Subhanallah, setelah tukang kambing berkata begitu, si kambing "Hitam Putih" segera melompat masuk ke dalam mobil bak adik saya. Perjalanan kawasan Pemuda-Cilangkap pun berlangsung sukses. "Si Yusuf" tidak membuat ulah seperti yang dikhawatirkan saat di perjalanan, termasuk saat mobil masuk tol Jagorawi.
Sesampainya di rumah, adik saya ingin mencontoh kehebatan si tukang kambing. Setelah memarkir mobil, ia ingin memanggil "Si Yusuf". Tapi belum lagi ia memanggilnya, ayah kami muncul dari dalam rumah. Adik saya pun mengurungkan niatnya. Ia tak ingin dianggap anak durhaka karena memanggil kambing kurban dengan nama ayahnya.
Alhamdulillah, selama dipelihara menjelang hari penyembelihan, "Si Yusuf" baik-baik saja. Kami bersyukur karena mushalla kecil di belakang rumah ayah tahun ini bertambah jumlah hewan kurbannya. Lebih banyak daripada tahun lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H