Oleh : Muhammad Yasin Fadilah
Ilmu Politik Universitas Nasional Jakarta
“Sebuah revolusi baru telah berlangsung dalam ilmu politik amerika, yang diperjuangkan adalah relevansi dan aksi. Tujuan kritiknya adalah disiplin, profesi dan universitas”
David Easton
Istilah ideologi dahulu muncul dari kalangan teoritisi dan ideologi di era pasca pencerahan (enlightment) yang mengartikannya sebagai “Ilmu Gagasan”. Ideology adalah sutu cara menemukan kebenaran dan mengenyahkan ilusi (Mullins : 1972), tetapi karl marx menyatakn pendapat lain terhadap pengertian ideologi. Marx misalnya dalam tulisannya yang berjudul The German Ideology, mengartikan istilah ideologi dengan kesadaran keliru atau sekedar ilusi politik yang bersumber dari pengalaman hidup di sebuah kelas tertentu. Hanya melalui kelas maka akan muncul kesadaran sejati.
Perjuangan tersebut bisa saja terjadi jika ada pengakuan minkonsepsi tersebut, yang berkaitan dengan kegagalan individu memahami keterasingannya di lingkungan. Jadi, kemajuan menuju masyarakat tanpa kelas akan menghilangkan berbagai mitodologi dan takhayul, serta menjamin tumbuhnya masyarakat yang utama (benevolent society), yang universal dalam dan penerimaannya.
Argumen yang ditekankan disini adalah bahwa ideologi itu terikat erat oeleh politik. Asumsi asumsi ideologis tentang indrustrialisasi dan modernisasi, kemajuan, stabilitas, senantiasa mewarnai ilmu politik.
KESARJANAAN, ETIKA DAN KEMAPANAN.
Secara tradisional, universitas dipandang sebagai lembaga netral yang terhormat. Biasanya, universitas juga adalah wadah belajar-mengajar para akademisi untuk terus berkembang dan meneliti masalah – masalah yang ada dimasyarakat. Namun kemudian bertolak belakang dengan latar belakang universitas dulu, sekarang banyak orang yang mau membayar untuk memperoleh pengetahuan dari universitas, yang kemudian diandalkannya untuk memperoleh mata pencaharian. Jadi, mahasiswa menggunakan pengetahuan sebagai suatu alat, bukan sekedar wahana dialog antara dirinya dengan dunia luar. Ini sama halnya dengan yang dipakai oleh para ilmuan dulu yang membedakan antara nilai dan fakta, dimana diasumsikan bahwa dalam kapasitas profesinya seseorang harus terikat pada nilai-nilai dan emosi jiwa.
Konsekuensinya, merekapun tidak mempersoalkan lagi gambaran keseluruhan aktivitasnya maupun bentuk hasil karyanya (termasuk dampak dan segi etisnya). Bahkan, sebagaimana disinyalir oleh clark kerr, perjuangan intelektual menjadi komponen dari kompleks indrustri dan militer modern.
Para ilmuan menilai bahwa etiaka para sarjana ilmu politik itu dibutuhkan untuk mengkokohkan pondasi ilmu mereka agar tidak adanya ilmuan politik yang bersifat “pengejar harta”.
Pemahaman atas ideologi-ideologi yang ,melingkupi politik itu mendoromng adanya peninjauan ulang terhadap ilmu politik dan para ilmuan politiknya, antara lain :
Pertama, bangkitnya tentangan terhadap struktur kekuasaan professional yang ada yang bertujuan mempromosikan etika didunia pendidikan kesarjanaan dan perkuliahan, yang kemudian juga memunculkan perubahan radikal atas pemahaman mengenai masyarakat.
Kedua, muncul kesadaran atas adanya hubungan antara dunia universitas dan pemerintahan.
Ketiga, berkembangnya penetrasi yang kritis terhadap kegiatan pemerintahan dan control terhadap jalannya kontrol-kontrol kepada pemerintah.
Dari semua akupan-cakupan para ilmuan diatas dapat kita simpulkan perbahan ideologi dan dampak perubahan ideologi yang sangat mempengaruhi berbagai kalangan termasuk kalangan akademisi untuk bertindak sebagai peneliti dan penerjemah serta pengkritisi untuk lebih menilai lebih akan ilmu bukan menjadikan nya sebagai alat pencapaian penghasilan yang bersifat kelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H