Mohon tunggu...
muhammadwahyuadinugraha
muhammadwahyuadinugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - universitas muhammadiyah surakarta

pembuat coffee

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengatasi perusakan lingkungan dengan prinsip-prinsip islam

10 Januari 2025   21:24 Diperbarui: 10 Januari 2025   21:24 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Planet kita menghadapi berbagai macam hal masalah lingkungan yang diakibatkan oleh dampak manusia terhadap ekosistem. Kebanyakan dari mereka muncul dari eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, yang menghasilkan degradasi yang mempengaruhi kemampuan lingkungan untuk beregenerasi. Khususnya, konsumsi manusia yang didasarkan pada perolehan produk dan jasa melebihi kapasitas regenerasi alami bumi, sehingga meningkatkan kerentanan ekosistem terhadap aktivitas manusia.

Perubahan iklim yang terutama disebabkan oleh emisi gas rumah kaca. Sehingga memerangkap panas di atmosfer menyebabkan pemanasan global. Fenomena ini tidak hanya mewakili peningkatan suhu rata-rata, tetapi juga peningkatan frekuensi fenomena seperti angin topan, kekeringan, banjir, dan gelombang panas. Di sisi lain, polusi atmosfer mempengaruhi kualitas udara yang kita hirup. Aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, penggundulan hutan dan penggunaan bahan kimia di pertambangan dan pertanian, berkontribusi signifikan terhadap emisi polutan seperti nitrogen oksida, karbon monoksida dan partikel tersuspensi. polusi ini tidak hanya menyebabkan jutaan kematian dini setiap tahunnya, namun juga berkontribusi terhadap perubahan iklim dan kerusakan ekosistem.

Dalam buku Fikih Ekologi mengidentifikasi bahwa penyebab utama dari kerusakan alam adalah perilaku manusia yang tidak bijaksana dalam mengelola alam. Agus Hermanto menyebutkan bahwa krisis ekologi bukan semata-mata masalah teknis atau ilmiah, tetapi juga merupakan masalah moral dan spiritual. Manusia, sebagai makhluk yang diberi amanah untuk menjadi khalifah di bumi, memiliki tanggung jawab besar terhadap keseimbangan alam.

Namun, dalam kenyataannya, perilaku manusia justru sering kali menjadi sumber kerusakan, baik itu melalui eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, penggundulan hutan, hingga polusi yang merusak ekosistem. Di dalam al quran banyak ayat yang menekankan pentingnya menjaga sumber daya alam dengan bijak. Dalam firman allah surah al baqarah ayat 11:

Artinya: Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan".

Ayat ini menggambarkan bahwa manusia adalah penyebab utama dari krisis ekologi, bukan hanya sebagai korban dari perubahan ikilm atau kerusakan alam. Oleh karena itu, masalah krisis ekologi ini menjadi tanggung jawab bersama untuk menyelesaikannya.

Islam Sebagai Agama Yang Berbasis Keseimbangan:

  • Konsep Khalifah Di Bumi

Pertama dan utama adalah konsep "khalifah," yang menggarisbawahi peran manusia sebagai pengganti Allah di bumi. Prinsip ini menuntut manusia untuk mengelola alam dengan penuh tanggung jawab, menjaga keseimbangan ekosistem, dan memastikan keberlanjutan sumber daya bagi generasi mendatang. Akhlak manusia terhadap lingkungan sangat penting dalam perannya sebagai khalifah fil ard. Mereka yang memahami dan menerapkan akhlak ini tidak melihat lingkungan sebagai sesuatu yang bisa dieksploitasi dengan mudah, tetapi sebagai sesama makhluk ciptaan Allah yang harus dihormati dan dijaga. Dengan sikap ini, manusia tidak hanya menjaga keseimbangan alam, tetapi juga memperkuat hubungan spiritual mereka dengan Sang Pencipta melalui tanggung jawab yang diberikan kepada mereka untuk merawat bumi.

  • Prinsip Mizan

Prinsip "mizan," yang berarti keseimbangan, juga memainkan peran penting dalam mengatur interaksi manusia dengan alam. Islam mengajarkan bahwa keseimbangan ekosistem adalah bagian dari ketentuan Allah SWT yang harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan yang dapat mengganggu harmoni kehidupan. Keseimbangan dinamis yang disebutkan dalam al-Qur'an diungkapkan melalui penulisan kata al-mizan sebanyak empat kali secara berturut-turut Ini menunjukkan bahwa keseimbangan adalah prinsip yang sangat penting dan mendesak. Oleh karena itu, manusia sebagai makhluk ekologis diharapkan untuk menjaga keseimbangan tersebut. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an surat ar-Rahman ayat 7-9 berikut:

Artinya: Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan).

Artinya: Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu.

Artinya: Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.

Berdasarkan penjelasan diatas, jelas bahwa prinsip "mizan" adalah perintah langsung dari Allah SWT yang tercantum dalam Al-Qur'an, bukan hanya teori. Keseimbangan ekosistem menunjukkan betapa pentingnya menjaga harmoni alam sebagai cara untuk mengabdi kepada Sang Pencipta. Prinsip ini sangat penting, dan penggunaan kata "al-mizan" dalam Al-Qur'an menunjukkan hal ini. Ini mengingatkan manusia akan kewajiban mereka untuk menjaga keseimbangan alam dengan cara yang bijaksana dan adil. Oleh karena itu, sebagai makhluk ekologis dan khalifah di Bumi, manusia diharapkan untuk terus berusaha menjaga keseimbangan ini, menghormati semua makhluk yang diciptakan oleh Allah, dan memastikan bahwa tindakan mereka tidak merusak atau mengganggu alam.

  • Prinsip Amanah

prinsip "amanah" atau tanggung jawab. Prinsip ini menekankan bahwa manusia memiliki kewajiban etika dan spiritual untuk menjaga lingkungan agar tetap sehat untuk generasi mendatang. Menurut keyakinan Islam, bumi dan segala sesuatu di dalamnya adalah titipan dari Allah SWT dan harus dirawat dengan sebaik-baiknya. Orangorang diharapkan sebagai khalifah di bumi untuk mengelola sumber daya alam dengan bijak, menghindari kerusakan, dan memastikan bahwa tindakan saat ini tidak berdampak negatif pada masa depan. Umat Islam menggunakan prinsip "amanah" ini sebagai landasan etis yang kuat untuk berpartisipasi aktif dalam upaya pelestarian lingkungan, mengingatkan setiap orang bahwa menjaga alam adalah bagian penting dari ketaatan kepada Sang Pencipta.

Menurut MS Ka'ban, manusia memikul tiga amanat dari Allah ketika berinteraksi dengan alam dan lingkungannya. Pertama, al-intif', di mana Allah meminta manusia untuk mendayagunakan dan memanfaatkan sepenuhnya sumber daya alam demi kebaikan dan keuntungan mereka. Kedua, al-i'tibr, manusia hendaknya selalu mempelajari rahasia ciptaan Allah dan mengambil pelajaran dari fenomena alam. Ketiga, al-ilh, manusia harus senantiasa menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan tersebut.

 Dengan memahami prinsip-prinsip ajaran Islam tentang khalifah, mizan, dan amanah, manusia diingatkan bahwa mereka adalah wakil Allah (khalifa) di bumi, dan harus menjaga keseimbangan dan bertanggung jawab atas pelestarian lingkungan. Dengan mengetahui amanah ini, umat Islam didorong untuk bertindak sesuai dengan petunjuk agama dalam menjaga alam dan memberikan warisan yang berkelanjutan untuk generasi mendatang.

Larangan Merusak dan Mewujudkan Kebaikan

  • Larangan Membuat Kerusakan Di Bumi

Allah SWT menekankan larangan untuk berbuat kerusakan di bumi dalam beberapa ayat Al-Qur'an, di antaranya dalam Surah Al-A'raf dan Surah Al-Baqarah.

Dalam Surah Al-A'raf ayat 56, Allah berfirman:


Artinya: "Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik."

Ayat ini menekankan bahwa manusia dilarang melakukan tindakan yang dapat merusak keseimbangan dan keharmonisan alam setelah Allah menciptakannya dengan sempurna. Perbuatan yang merusak mencakup segala bentuk pencemaran, penebangan liar, dan tindakan yang membahayakan lingkungan Dalam konteks ini, Allah juga mengingatkan agar manusia berdoa kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan, menunjukkan pentingnya hubungan spiritual dalam menjaga bumi.

Surah Al-Baqarah ayat 205 juga menyampaikan pesan serupa:


Artinya: "Apabila dikatakan kepada mereka, 'Janganlah berbuat kerusakan di bumi,' mereka menjawab, 'Sesungguhnya kami hanyalah orang-orang yang melakukan perbaikan.'"

Ayat ini menggambarkan sikap sebagian orang yang mengabaikan larangan tersebut dengan mengklaim bahwa mereka sedang melakukan perbaikan. Namun, Allah menegaskan bahwa tindakan mereka sebenarnya adalah kerusakan, karena tidak selaras dengan perintah-Nya.

Dari kedua ayat tersebut, jelas bahwa Allah SWT melarang umat manusia untuk merusak bumi dan mengingatkan akan tanggung jawab sebagai khalifah di muka bumi. Tindakan merusak tidak hanya berdampak negatif pada lingkungan tetapi juga pada kehidupan sosial dan spiritual umat manusia. Oleh karena itu, menjaga kelestarian bumi adalah bagian dari ibadah dan ketaatan kepada Allah.

  • Pelestarian Lingkungan Adalah Bagian Dari Amar Ma'ruf Nahi Munkar

Pelestarian lingkungan merupakan aspek penting dalam konsep amar ma'ruf nahi munkar, yang secara harfiah berarti "mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari keburukan." Dalam konteks ini, kita dapat melihat bagaimana tindakan menjaga lingkungan dapat dihubungkan dengan prinsip-prinsip moral dan etika dalam Islam.

Amar ma'ruf : mendorong kebaikan

1. Tanggung Jawab sebagai Khalifah

Dalam Islam, manusia dianggap sebagai khalifah di bumi (QS Al-Baqarah: 30). Sebagai khalifah, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan merawat lingkungan. Ini termasuk melestarikan sumber daya alam, menjaga keanekaragaman hayati, serta mengurangi polusi dan kerusakan lingkungan. Tindakan ini adalah bagian dari amar ma'ruf, yaitu mendorong kebaikan yang berdampak positif bagi masyarakat dan generasi mendatang.

2. Membangun Kesadaran Lingkungan

Amar ma'ruf juga mencakup upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan. Melalui pendidikan dan sosialisasi, kita dapat mendorong orang lain untuk berperilaku lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan, seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, melakukan daur ulang, dan mendukung praktik pertanian yang berkelanjutan.

  • Nahi Munkar: mencegah kerusakan
  • Menanggulangi Kerusakan Lingkungan

Nahi munkar berarti mencegah tindakan yang merugikan atau merusak. Dalam konteks lingkungan, ini termasuk menentang praktik-praktik yang dapat menyebabkan kerusakan, seperti penebangan hutan secara liar, pencemaran sungai dan udara, serta perusakan habitat hewan. Dengan menolak tindakan-tindakan ini, kita berkontribusi pada pelestarian lingkungan dan kesehatan ekosistem.

  • Menegakkan Hukum Lingkungan

Sebagai bagian dari nahi munkar, kita juga perlu mendukung penegakan hukum yang melindungi lingkungan. Ini termasuk mendukung kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk melestarikan alam dan menindak pelanggar yang merusak lingkungan. Dengan cara ini, kita berperan aktif dalam menciptakan masyarakat yang lebih baik dan lebih berkelanjutan.

Jadi Eksploitasi sumber daya alam yang merusak bumi merupakan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip Islam dan dapat dikategorikan sebagai dosa besar. Manusia sebagai khalifah di bumi memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestarian lingkungan. Tindakan merusak tidak hanya berdampak negatif pada alam tetapi juga pada kehidupan sosial dan moral masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk menyadari konsekuensi dari tindakan mereka terhadap lingkungan dan berkomitmen untuk menjaga serta melestarikan alam sebagai bagian dari ketaatan kepada Allah.

prinsip-Prinsip Islam yang Relevan untuk Pelestarian Lingkungan

  1. Tawhid (Keimanan kepada Allah): Segala yang ada di alam adalah ciptaan Allah; merusaknya sama dengan mengkhianati amanah-Nya.
  2. Adil: Pengelolaan sumber daya harus memperhatikan keseimbangan dan hak generasi mendatang.
  3. Ihsan: Berbuat baik tidak hanya kepada sesama manusia tetapi juga kepada makhluk lain.
  4. Qana'ah (Kepuasan): Menghindari sifat rakus dan konsumsi berlebihan.

Solusi Berbasis Islam untuk Mengatasi Perusakan Lingkungan

  • Kesadaran Spiritual: Mendorong umat Islam untuk melihat menjaga lingkungan sebagai bagian dari ibadah.
  • Edukasi Islam tentang Lingkungan: Pendidikan berbasis nilai-nilai Islam untuk mencetak generasi yang sadar lingkungan.
  • Penerapan Hukum Islam: Misalnya, zakat untuk mendukung proyek lingkungan atau pengelolaan sumber daya secara syariah.
  • Kolaborasi dengan Teknologi Modern: Mengintegrasikan prinsip Islam dengan inovasi ramah lingkungan.

Krisis lingkungan yang kita hadapi saat ini bukan hanya masalah teknis, tetapi juga persoalan moral dan spiritual. Islam, sebagai agama yang menekankan keseimbangan dan tanggung jawab, menawarkan prinsip-prinsip yang relevan untuk mengatasi tantangan ini. Konsep khalifah, mizan, dan amanah mengingatkan kita bahwa manusia memiliki peran penting dalam menjaga keberlanjutan ekosistem.

Dengan menjadikan menjaga lingkungan sebagai bagian dari ibadah, umat Islam dapat berkontribusi secara signifikan terhadap pelestarian alam. Kolaborasi antara ajaran Islam dan inovasi modern dapat menciptakan solusi yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga berlandaskan nilai-nilai spiritual.

Mari kita bersama-sama menjadikan bumi sebagai tempat yang lebih baik, tidak hanya untuk kita saat ini, tetapi juga untuk generasi mendatang. Menjaga lingkungan adalah bentuk ketaatan kepada Allah dan tanggung jawab kita sebagai khalifah di muka bumi. Semoga kita dapat menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun