Bali, sebuah pulau kecil yang terletak di antara gugusan Kepulauan Nusa Tenggara, tidak hanya terkenal dengan keindahan alamnya yang memukau, tetapi juga dengan warisan budayanya yang kaya. Salah satu tradisi yang paling kental dijaga dan dilestarikan adalah upacara adat Ngaben. Upacara ini bukan hanya sekadar ritual pemakaman, tetapi juga sebuah perayaan budaya yang sarat dengan makna dan simbolisme, yang menyoroti pentingnya peran adat dalam mempertahankan kearifan lokal.
Upacara Ngaben merupakan bagian tak terpisahkan dari siklus kehidupan masyarakat Hindu Bali. Yang mana di dalamnya terkandung nilai-nilai, keyakinan, dan filosofi yang berasal dari ajaran agama Hindu serta tradisi leluhur yang telah diwariskan secara turun-temurun. Perjalanan roh yang dianggap sangat penting dalam kepercayaan Hindu di Bali, menjadi pusat dari upacara Ngaben. Hal ini bukan hanya penghormatan terhadap orang yang meninggal, tetapi juga pembebasan roh dari belenggu dunia fana menuju alam baka.
Peran adat dalam upacara Ngaben sangatlah penting. Adat di sini bukan hanya prosedur formal yang harus dipatuhi, tetapi merupakan jati diri masyarakat Bali yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari dan upacara adat mereka. Adat berperan sebagai pemelihara dan penghubung antara masyarakat dengan tradisi leluhur mereka. Dalam konteks Ngaben, adat memberikan kerangka yang jelas tentang bagaimana upacara harus dilaksanakan, mulai dari persiapan hingga pelaksanaan upacara dan prosesi pemakaman.
Upacara Ngaben juga merupakan momen di mana komunitas lokal bersatu untuk memberikan dukungan moral dan praktis kepada keluarga yang berduka. Ini mencerminkan solidaritas dan rasa kebersamaan yang erat di antara masyarakat Bali. Dalam kegiatan persiapan Ngaben, warga saling membantu dengan menyediakan tenaga, material, atau dukungan emosional kepada keluarga yang berduka. Hal ini menegaskan betapa kuatnya nilai gotong royong dalam budaya Bali, yang juga merupakan salah satu pilar utama dalam adat mereka.
Selain itu, melalui upacara Ngaben, kearifan lokal Bali terus diperkuat dan dilestarikan. Simbolisme yang kaya dalam setiap tahapan upacara, mulai dari persiapan jenazah hingga prosesi pembakaran, membawa pesan-pesan filosofis yang dalam. Misalnya, penggunaan api sebagai alat pemurnian, atau penggunaan bahan-bahan alami dalam pembuatan bade (patung yang akan dibakar), menunjukkan kedekatan masyarakat Bali dengan alam dan keyakinan mereka akan siklus kehidupan yang tak terputus.
Pemeliharaan Warisan Budaya
Peran adat dalam mempertahankan kearifan lokal atas tradisi Ngaben terlihat dalam pemeliharaan warisan budaya. Adat memiliki aturan dan norma yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Aturan-aturan ini mengatur segala aspek pelaksanaan upacara, termasuk tata cara, mantra-mantra, dan persembahan yang harus dilakukan. Adat menjadi panduan yang kokoh bagi masyarakat Bali dalam menjaga kesucian dan kesakralan upacara Ngaben, sehingga tradisi ini dapat terus hidup dan dilestarikan.
Pembelajaran Budaya bagi Generasi Muda
Peran adat juga terlihat dalam pembelajaran budaya bagi generasi muda. Upacara Ngaben tidak hanya menjadi ajang pemenuhan kewajiban spiritual, tetapi juga menjadi bentuk pendidikan budaya yang berharga. Melalui proses persiapan dan pelaksanaan upacara, generasi muda belajar tentang nilai-nilai kehidupan, etika, dan penghormatan terhadap leluhur. Mereka diajarkan untuk menghargai dan memahami tradisi adat yang menjadi identitas budaya mereka. Dengan demikian, adat berperan sebagai sarana penting dalam melestarikan kearifan lokal dan meneruskannya kepada generasi mendatang.
Penguatan Jaringan Sosial dan Solidaritas
Adat juga memiliki peran dalam memperkuat jaringan sosial dan solidaritas di masyarakat Bali. Pelaksanaan upacara Ngaben melibatkan berbagai peran dan tanggung jawab yang harus dilakukan oleh anggota masyarakat. Mulai dari persiapan tempat kremasi, pemotongan kayu bakar, hingga pengaturan tata kelola upacara, semua dilakukan dengan gotong royong oleh warga setempat. Kolaborasi dan kerjasama dalam melaksanakan upacara adat ini memperkuat ikatan sosial antara warga dan membangun solidaritas di antara mereka. Adat menjadi penghubung yang mempersatukan masyarakat dalam momen-momen penting seperti upacara Ngaben.
Pengembangan Pariwisata Budaya
Selain itu, peran adat dalam mempertahankan kearifan lokal atas tradisi Ngaben juga berdampak pada pengembangan pariwisata budaya di Bali. Upacara Ngaben menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara yang tertarik untuk mempelajari budaya Bali secara lebih mendalam. Wisatawan dapat menyaksikan keindahan dan kekayaan upacara adat ini, serta berinteraksi dengan masyarakat lokal dalam prosesnya. Dengan demikian, adat menjadi salah satu faktor penting dalam mempromosikan pariwisata budaya di Bali, yang pada gilirannya dapat berkontribusi pada perekonomian lokal dan pemertahanan tradisi Ngaben itu sendiri.
Walau begitu peran adat dalam mempertahankan kearifan lokal  atas tradisi upacara adat Ngaben di Bali tidak lepas dari tantangan dalam penerapanya berikut beberapa tantangan yang dihadapi.Â
Modernisasi dan Globalisasi, dalam era globalisasi pengaruh budaya asing dan modernisasi dapat mempengaruhi tradisi dan nilai-nilai adat. Nilai-nilai tradisional dalam upacara Ngaben mungkin terabaikan atau diabaikan oleh generasi muda yang lebih terpapar pada budaya populer global. Hal ini dapat mengancam kelangsungan dan pemeliharaan kearifan lokal.
Perubahan nilai masyarakat, perubahan nilai-nilai masyarakat juga dapat menjadi tantangan dalam mempertahankan tradisi Ngaben. Nilai-nilai materialisme, individualisme, dan pergeseran prioritas hidup dapat mengurangi minat dan komitmen masyarakat terhadap upacara adat ini. Banyak orang mungkin lebih memilih untuk menghabiskan waktu dan sumber daya mereka pada kegiatan yang dianggap lebih praktis atau menguntungkan secara ekonomi.
Urbanisasi dan pemisahan keluarga, juga dapat mempengaruhi pelaksanaan upacara Ngaben. Banyak orang Bali yang bermigrasi ke kota-kota besar atau bahkan keluar Bali untuk mencari pekerjaan. Jarak dan keterbatasan waktu seringkali membuat sulit bagi mereka untuk kembali ke desa asal dan berpartisipasi dalam upacara adat dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Hal ini dapat menyebabkan penurunan partisipasi dalam upacara Ngaben dan penurunan pemahaman generasi muda terhadap tradisi tersebut.
Perubahan sosial dan ekonomi juga berdampak pada tradisi Ngaben. Pengaruh modernisasi dan perubahan ekonomi dapat mengubah pola pemikiran dan perilaku masyarakat terkait dengan upacara adat ini. Biaya yang terkait dengan penyelenggaraan upacara Ngaben juga dapat menjadi beban bagi beberapa keluarga yang tidak mampu secara finansial, sehingga mengurangi frekuensi dan kegiatan yang terkait dengan Ngaben.
Kurangnya pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya mempertahankan tradisi dan kearifan lokal juga merupakan tantangan. Pendidikan dan pengetahuan tentang nilai-nilai budaya dan spiritual dalam upacara Ngaben perlu disampaikan secara efektif kepada generasi muda untuk memastikan kelangsungan tradisi ini. Tanpa pemahaman yang memadai, tradisi ini mungkin terabaikan atau dianggap tidak relevan.
Kesimpulanya peran adat dalam mempertahankan kearifan lokal atas tradisi upacara ngaben di Bali sangatlah penting, karena dengan adanya peran adat seharusnya dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran generasi muda bahwasanya penting untuk memahami warisan turun-temurun dalam masyarakat. Nilai-nilai dan norma yang terkandung didalamnya juga patut untuk dijaga agar tetap dilestarikan ke generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H