Anak milenial di abad ke-21 tentu sudah memasuki zaman modern pada 14 abad yang lalu, namun disamping itu Rasulullah telah meninggalkan dua pusaka terpenting dalam kehidupan didunia khususnya umat muslim "Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara [pusaka]. Kalian tidak akan tersesat selama-lamanya selagi kalian berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitab Allah (Alquran) dan sunah Rasul." (HR Malik, Muslim dan Ash-hab al-Sunan).
Disamping telah Rasulullah berikan al-Quran dan as-Sunnah tersebut tidak terlepas dari perkara-perkara lain bahkan kebanyakan dari perkara tersebut merupakan sesat yang menyebabkan manusia pada umumnya memilih hal itu seperti contoh munculnya aliran-aliran dalam islam, menuduh seseorang melakukan bid'ah, bahkan tidak luput menjadikan dirinya sebagai sesembahan ataupun nabi. Kejadian tersebut merupakan kisah dalam al-Quran sebagai contoh kaum yang mendustakan Rasul utusan Allah itu dan dijadikan pelajaran serta peringatan bagi kita yang ingin berpikir.
Semua syariat telah dijelaskan dalam Sunnah Rasulullah SAW., selain menghindarkan dari kesesatan kita juga mendapat pahala karena definisi sunnah secara istilah yaitu "apabila dikerjakan mendapat pahala, dan jika ditinggalkan tidak apa-apa".
Kehidupan Nabi lahir hingga wafat sudah terekam jelas pada hadis-hadis riwayat para sahabat, tabi'in, tabi'ut tabiin sebagai dasar untuk menetapkan suatu syariat. Bagaimana tidak dari riwayat tentang bagaimana cara tidur nabi?, bangun tidur nabi?, hingga Nabi melaksanakan perintah isra' mi'raj yang itu menggunakan batin.
Menetapkan sesuatu berdasarkan al-Quran dan Hadis
Ketika terdapat suatu perkara dimana kita tidak dapat menyelesaikan hal itu atau perkara tersebut dapat merugikan yang lain dan menjadikan kita sesat. Maka dalam menyikapi ini kita wajib kembali kepada Kitabullah (al-Quran)Â dan as-Sunna (hadis). Dan jika suatu hukum tidak ada nash yang cocok untuk menentukan perkara sesungguhnya jalan lain menuju haq ialah kepada Sunnah Nabi, sebagaimana firman-Nya dalam surah as-Syura ayat 32
 "Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus".
Dalil diatas membuktikan bahwa al-Quran merupakan mukjizat yang kuat dan bersifat mujmal (global) tidak heran sesuatu yang terperinci tidak ditemukan hukumnya dalam al-Quran secara khusus, maka tuntunan Rasul lah yang menjadi sumber, dalam hadis disebutkan
Kedua sumber ini merupakan jalan yang lurus, dikarenakan pembaca akan mendapat huda dari Allah yang kemudian menjadikannya orang yang bertakwa kepada jalan yang lurus sebagaimana aqidah yang telah ditetapkan.
Jangan sampai aku mendapati salah seorang dari kalian berbaring di atas dipannya (bermalas-malasan). Telah datang kepadanya satu perkara yang telah kuperintahkan dan kularang, lalu ia berkata, "Aku tidak tahu, apa yang kami dapati dalam Kitabullah", maka itulah yang kami ikuti.
Dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang yang tidak menemukan suatu hukum didalam al-Quran untuk menetapkan perkara, maka ikutilah tuntunan Sunnah Nabi.
Membiasakan hidup sehat berdasarkan tuntunan Sunnah
Sunnah menurut istilah yaitu "setiap perbuatan, perkataan, pengulangan, dan tindakan Rasulullah", dengan ini semua aktifitas yang dilakukan mulai berdakwah hingga tidur diabadikan dalam hadis. Sekian banyak hadis yang diriwayatkan perawi itu terdapat hal yang menarik seperti cara tidur, menggosok dengan siwak, peduli lingkungan sekitar, dan tata cara mandi junub.
Berdasarkan penelitian (Sains) yang sudah ditemukan pada Sunnah Nabi ini terdapat kesehatan luar biasa yang menjadikan tubuh menjadi bergerak, mengurangi resiko sakit, serta merupakan nikmat terbesar sehat.
"Dari Barangsiapa di antara kamu masuk pada waktu pagi dalam keadaan sehat badannya, aman pada keluarganya, dia memiliki makanan pokoknya pada hari itu, maka seolah-olah seluruh dunia dikumpulkan untuknya." [HR Ibnu Majah, no. 4141; dan lain-lain; dihasankan oleh Syaikh Al Albani di dalam Shahih Al Jami'ush Shaghir, no. 5918].
Berbuat baik tanpa menyakiti sesama
"Suatu tindakan tidak lengkap jika tidak ada timbal balik" ungkapan yang pada dasar nya mengacu pada perbuatan yang tidak senonoh/buruk kepada kita maka yang tepat ialah balas dendam sesuai perbuatan yang kita dapatkan.
"Dan bersabarlah (Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan jangan (pula) bersempit dada terhadap tipu daya yang mereka rencanakan (QS. An-Nahl : 127)
Dan tidaklah Allah menambah seorang hamba dengan kemudahan untuk memaafkan kecuali Allah akan memberinya izzah (kemuliaan). (HR. Muslim)
Pada kedua dalil tersebut sudah tampak jelas maka memaafkan merupakan hal baik dalam menyikapi balas dendam yang kemudia Allah berikan kemuliaan pada orang tersebut, dibanding menyikapi balas dendam yang kita tidak tahu itu balasan yang setimpal atau lebih berat.
Agama islam mengajarkan amar ma'ruf nahi munkar yang berlaku untuk semua pemeluk, karena ketika seseorang berbuat baik maka pada dasarnya dia menabung kebaikan disuatu saat ia sedang membutuhkan pertolongan.
Terlepas ada yang mengatakan "kok anda islami banget", "kok anda melakukan hal yang kuno". Ingat! Rasul juga mendapat celaan seperti itu dan dihadapi dengan sabar dan tawakkal agar terhindar dari kebencian.Â
Begitulah beberapa contoh menyikapi Sunnah Rasul di era yang jauh dengan nabi, maka
"Sungguh, Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan" (QS. An-Nahl : 128)
Follow juga instagram penulis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H